Enter your keyword

Peningkatan Kapasitas Wirausaha Petani Kopi Gunung Geulis pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Peningkatan Kapasitas Wirausaha Petani Kopi Gunung Geulis pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Penulis: Dr. Ir. Yayat Hidayat

Gambar 1. Tim PPM SITH ITB melakukan pembinaan peningkatan kapasitas wirausaha kopi kepada kelompok petani kopi Gunung Geulis. (Ki-ka; Saepudin, ketuas FKGG, Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani ketua tim PPM, Dr. Ir. Mia Rosmiati, anggota tim, Dr. Ir. Yayat Hidayat, anggota tim, Ir. Budi Djatnika MSi, Kasi binus Dinas Pertanain dan Ketahanan Pangan Kab. Sumedang, Fikri, PPL Jatiroke).

SUMEDANG, SITH.ITB.AC.ID – Tim PPM SITH ITB memberikan pelatihan Peningkatan Kapasitas Wirausaha Petani Kopi Gunung Geulis dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan dengan Menerapkan Konsep Green Bussines Kopi kepada Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis (Koppi Gugeuls) di Sekretariat Forum Komunikasi  Gunung Geulis Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Minggu (28/6). Pelaksanaan PPM tersebut dilakukan pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal) dengan menerapkan protokol pencegahan penularan Covid19 seperti dianjurkan pemerintah dan kampus ITB. Tim PPM SITH terdiri dari Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani, SP. MSi. IPM sebagai ketua dan Dr. Ir. Mia Rosmiati, MSi. IPM serta Dr. Ir. Yayat Hidayat, SHut. MSi. IPM sebagai anggota.

Penyelenggaraan PPM tersebut berkolaborasi dengan Forum Komunikasi Gunung Geulis dan Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis (Koppi Gugeuls). Pelatihan diikuti oleh sebanyak 20 orang bapak dan ibu petani kopi di sekitar Gunung Geulis yang tergabung dalam Koppi Gugeuls. Selain dihadiri oleh Tim PPM SITH ITB, acara ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang, yang diwakili oleh Kasi Bina Usaha, Ir. Budi Djatnika, MSi. serta penyuluh pertanian Desa Jatiroke.

Acara tersebut dibuka oleh Dr. Ir. Yayat Hidayat, SHut. MSi. IPM selaku pembina Forum Komunikasi Gunung Geulis serta sambutan dari Ketua Forum Komunikasi Gunung Geulis, Saepudin. Dalam kata sambutannya Hidayat mengatakan bahwa kegiatan PPM tahun ini merupakan kelanjutan dari dua kegiatan PPM pengembangan Kopi Gunung Geulis yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu aspek budidaya dan tekonologi pasca panen. PPM kali ini fokus kepada aspek teknologi pengemasan serta manajemen usaha dan pemasaran. Berbeda dengan tahun sebelumnya, PPM kali ini dilaksanakan di tengah masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau lebih dikenal dengan sebutan masa New Normal pasca pandemi Covid19. Penyelenggaraan PPM menerapkan protokol pencegahan penularan Covid19 antara lain peserta diwajibkan memakai masker yang telah disediakan Tim PPM, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Hanya peserta yang dalam keadaa sehat (fit) yang boleh mengikuti acara ini.

Ketua Forum Komunikasi Gunung Geulis, Saepudin, menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak SITH ITB khususnya Tim PPM Kopi yang sudah tiga tahun berturut-turut membina petani kopi di sekitar Gunung Geulis.  Masalah pemasaran adalah hal yang sangat penting bagi kelompok petani kopi Gunung Geulis dalam memasarkan produknya, mengingat kelompok tani ini masih baru memulai menjalankan usahanya. “Dengan pelatihan pengemasan dan pemasaran kopi dari PPM ITB ini, proses pengemasan akan membuat produk kopi yang dihasilkan lebih menarik dan akan memiliki daya jual lebih. Produk kopi petani menjadi lebih berkelas dan elegan, serta dapat lebih bersaing di pasaran. Harapannya, mudah-mudahan hal ini bisa mengangkat harga kopi dan bisa menggairahkan petani kopi khususnya di Gunung Geulis,” katanya.

Sementara itu, Kasi Bina Usaha Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan memberikan arahan kepada kelompok petani kopi Gunung Geulis agar senantiasa mengontrol kualitas produk dan menerapkan strategi pemasaran yang tepat.  Budi mengatakan bahwa isu keterlibatan petani kopi dalam upaya konservasi hutan Gunung Geulis adalah isu yang sangat menarik bagi pasar. Petani melakukan upaya konservasi sekaligus memberdayakan ekonomi kelompok.  Budidaya kopi membutuhkan pohon sebagai penaung, maka dengan demikian lahan hutan Gunung Geulis akan tetap hijau dengan pepohonan, tidak akan gundul.

Gambar 2. Acara pembukaan dan sambutan: Pembukaan oleh Dr. Ir Yayat Hidayat, Sambutan dari Ketua Forum Komunikasi Gunung Geulis oleh Saepudin dan pengarahan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang, oleh Ir. Budi Djatnika

Kegiatan pelatihan terdiri dari penyampaian materi (modul) dan praktik. Terdiri dari tiga materi yang disampaikan, yaitu Teknik Pengemasan Produk Kopi, Teknik Pengujian Mutu Kopi, dan Manajemen Usaha dan Pemasaran. Modul Pertama dibawakan oleh Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani, SP. MSi. IPM dengan judul Teknik Pengemasan Produk Kopi. Dalam pemaparannya, Rijanti menyampaikan  beberapa jenis bahan kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk kopi yang terdiri dari kopi gabah (hard skin bean), kopi beras (green bean), kopi sangrai (roasted bean), dan kopi bubuk (coffee). Jenis-jenis kemasan tersebut disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing produk kopi.

Kemasan yang baik digunakan untuk produk kopi gabah dan kopi beras adalah menggunakan karung goni atau karung plastik. Kemasan tersebut dapat digunakan sebagai kemasan massal yang dapat melindungi produk dengan baik serta mudah di dalam proses penangannya. Sedangkan untuk mengemas biji kopi sangrai dan kopi bubuk, dikenalkan beberapa jenis kemasan yang selain dapat melindungi produk kopi tersebut sehingga dapat menjaga mutunya dengan baik, juga memiliki tampilan menarik dan nilai estetika. Pertama, kemasan gusset pouch; kemasan ini aman digunakan untuk membungkus biji kopi atau bubuk kopi karena terbuat dari bahan aluminium foil dengan ketebalan 90 micron yang akan melindungi kopi dari paparan sinar matahari dan oksigen dari luar kemasan. Kedua, kemasan standing pouch oneway valve; Kemasan ini menggunakan bahan aluminium foil, plastik polipropilen (PP), atau kertas dengan laminasi alufo dan PP, dengan ketebalan 125 mikron yang tahan terhadap paparan sinar matahari, air, dan gas. Selain itu juga dilengkapi filter oneway valve atau katup satu arah berbahan nylon yang berfungsi untuk mengeluarkan CO2 pada kopi yang tertahan di dalam kemasan. Ketiga, kemasan kantong kertas Greaseproof; merupakan kemasan kertas berlabel food grade yang khusus digunakan untuk kopi. Kemasan ini adalah kemasan retail yang hanya digunakan sebagai kemasan sementara (maksimal 10 hari) sebelum dipindahkan ke dalam wadah tertutup lainnya seperti coffee canister. Keempat, kemasan flat bottom pouch; merupakan kombinasi dari stand up pouch dan gusset pouch, yaitu kemasan berbentuk gusset yang dilengkapi dengan zipper sebagai penutup. Kelima, glass coffee canister; toples gelas yang banyak digunakan untuk menyimpan biji kopi atau bubuk kopi agar tetap awet. Kemasan ini biasanya digunakan pelaku usaha biji/bubuk kopi, karena terlihat transparan dan berkelas sehingga kopi terlihat sangat mahal dan menarik yang akan membuat penasaran penikmat kopi. Keenam, kemasan vakum; kemasan yang lebih sederhana karena menggunakan plastik polietilen yang divakumkan. Dengan cara seperti kemasan menjadi kedap udara sehingga biji kopi terlindungi dari kontak dengan gas. Kemasan dengan cara seperti ini hanya cocok digunakan untuk mengemas biji kopi.

Materi kedua masih diberikan oleh Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani, SP. MSi. IPM, dengan topik Teknik Pengujian Mutu Kopi. Materi yang disampaikan meliputi standar mutu biji kopi baik berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun Standar Specialty Coffee Association of America (SCAA); Faktor-faktor yang memengaruhi mutu kopi; Teknik pengujian mutu kopi (mutu fisik dan organoleptic); dan dilanjutkan dengan praktei pengujian mutu fisik biji kopi yang dihasilkan oleh kelompok, sehingga anggota kelompok mengetahui standar mutu produk yang mereka hasilkan.

Materi ketiga disampaikan oleh Dr. Ir. Mia Rosmiati, MSi. IPM dengan judul Managemen Usaha dan Pemasaran.  Mia memberikan pemahaman mengenai pengertian manajemen, usaha, pemasaran dan manajemen pemasaran. Komunitas petani kopi Gunung Geulis membutuhkan manajemen yang efektif dan efisien mulai dari aspek perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), mengarahkan (actuiting), dan pengendalian (controlling). “Kelompok ini sudah punya susunan organisasi, namun apakah sudah berfungsi organisasinya? Seringkali suatu organisasi kelompok tani hanya bergantung kepada peran ketuanya saja,” ujarnya.  Lebih jauh Mia menjelaskan bahwa manajemen usaha kelompok tani kopi Gugeuls harus berorientasi bisnis yang menguntungkan agar mampu menggerakan ekonomi anggotanya. Hal penting dalam pemasaran hasil kopi adalah harus menjalin link kerjasama kemitraan dengan pihak lain, misalnya pengusaha kopi yang sudah maju.

Gambar 3. Penyampaian materi pelatihan oleh Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani (kiri) dan Dr. Ir. Mia Rosmiati (kanan)

Gambar 4. Para peserta (petani kopi Gunung Geulis Sumedang) tengah menyimak penjelasan dari pemateri

X