Enter your keyword

SITH-ITB Jembatani Peternak dan Praktisi dalam Kegiatan PPM di Desa Genteng, Sumedang

SITH-ITB Jembatani Peternak dan Praktisi dalam Kegiatan PPM di Desa Genteng, Sumedang

Penulis : Dr. Ramadhani Eka Putra dan Fakhira Rifanti M.

Foto Bersama Kegiatan PPM ITB di Kelompok Tani Saung Domba dan Jaya Makmur, Desa Genteng

Jatinangor, sith.itb.ac.id – Sabtu, 13 Juli 2019, Tim Program Pemberdayaan Masyarakat Unggulan Perguruan Tinggi (PPMUPT) Ristekdikti 2019 dari SITH ITB mengadakan pelatihan mengenai budidaya rumput hijau, pembuatan silase dan pemanfaatan limbah ternak ke Kelompok Tani yang bertempat di Rumah UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik), Desa Genteng, Kec. Sukasari, Kab. Sumedang.  PPM yang diketuai oleh Dr. Ramadhani Eka Putra dan beranggotakan Dr. Mia Rosmiati ini merupakan salah satu rangkaian acara dari PPM yang berjudul “Diseminasi Teknologi Pemanfaatan Serangga sebagai Peningkatan Produksi Pertanian, Penyedia Sumber Nutrisi, Pengolah Limbah Organik, dan Bahan Baku Industri pada Kelompok Tani Berbasis Budidaya dan Pengolahan Kopi”. PPM ini diadakan sebagai respon Tim PPM (Dr. Ramadhani Eka Putra) terhadap permintaan para petani peternak mengenai materi manajemen ternak dan pengolahan limbahnya. Ternak yang dikelola petani di Desa Genteng  yaitu sapi potong dan domba, dan saat ini pengelolaannya masih  secara tradisional dan belum menerapkan manajemen peternakan secara baik. Berkaitan dengan hal tersebut, agar materi yang disampaikan lebih komprehensif maka Dr. Ramadhani mengundang juga praktisi peternakan dari Yayasan Walungan Bhakti Nagari, yaitu Bapak drh. Riki Frediansyah sebagai narasumber untuk berbagi pengalaman tentang manajemen peternakan dengan para petani/peternak di Desa Genteng. Adapun acara ini dihadiri oleh 11 anggota Kelompok Tani dan perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Sumedang.

Sesi Pengantar dari Dr. Mia Rosmiati dan Penyampaian Materi dari Bapak Riki Frediansyah

Acara dimulai pada pukul 09.30 yang diawali dengan pembukaan dan pengantar dari Dr. Mia Rosmiati. Selanjutnya, di sesi materi, Bapak Riki Frediansyah berbagi pengalaman mengenai manajemen produksi dan reproduksi ternak, yang utamanya terdiri dari 3 hal yaitu feeding management (pakan), breeding managemet, dan environmental management. Pada manajemen pakan, Bapak Riki menjelaskan bahwa pengadaan Hijauan Pakan Ternak (HPT) merupakan hal yang sangat penting. Peternak harus dapat menyediakan rumput hijau sebagai asupan gizi bagi ternak secara terus-menerus. Peternak dapat menanam jenis rumput odot atau taiwan sebagai pakan ternak dengan jarak tanam yang disarankan ialah 1 meter. Hal ini bertujuan untuk memperbanyak anakan. Selain itu, Peternak harus dapat mengukur ketersediaan rumput hijauan dengan kebutuhan pakan setiap ternaknya. Diusahakan pakan harus sudah siap 5 bulan sebelum ternak datang.

Ketersediaan pakan ternak juga memiliki tantangan yaitu pergantian musim (ketersediaan air) yang mempengaruhi jumlah rumput hijauan. Bapak Riki menyarankan untuk menyiapkan stok rumput ketika sedang berlimpah yaitu pada musim hujan. Selain itu, pakan ternak juga bisa diawetkan dengan teknik silase. Silase merupakan teknik fermentasi bahan-bahan pakan ternak yang terdiri dari rumput hijauan, dedak, probiotik dan molase. Bahan pakan bisa juga menggunakan limbah kulit kopi yang selama ini menjadi masalah di daerah penghasil kopi. Fermentasi cukup sederhana yaitu dilakukan di plastik atau tong. Setelah dibiarkan selama 2 minggu, silase yang berhasil akan berbau harum. Silase yang diberikan ke ternak ini dapat meningkatkan kualitas daging dan susu ternak. Selain itu, Bapak Riki menjelaskan bahwa manajemen pakan ternak akan mempengaruhi kesehatan ternak. Sebesar 70% kesehatan ternak dapat tuntas jika petani mengurus pakan ternak dengan baik dan benar. Untuk mengatur ketersediaan pakan dengan lebih baik para peternak juga disarankan memiliki gudang pakan.

Manajemen breeding membahas tentang cara mengawinkan ternak. Peternak harus sangat memerhatikan siklus birahi jantan dan betina yang menentukan keberhasilan perkawinan. Dijelaskan pula bahwa hewan yang akan dijadikan sebagai bibit harus diperhatikan kesehatannya, diberikan pakan yang baik, dan diberikan vitamin yang cukup.

Manajemen lingkungan berkaitan dengan limbah sisa-sisa pakan dan kotoran ternak yang dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat. Solusinya, peternak dapat membuat bak-bak penampungan dekat kandang untuk bisa memisahkan kotoran padatan dan cairan. Padatan dapat dibuat menjadi kascing melalui proses vermicomposting. Selain itu, padatan yang dicampurkan dengan sisa pakan bisa dijadikan bokashi serta kotoran cairan bisa dijadikan bio urine. Limbah yang sudah diolah tersebut akan bernilai ekonomis sehingga dapat dijual ke pasar untuk menambah pendapatan para peternak. Lebih jauh, selain dapat menyelesaikan masalah lingkungan, pengolahan limbah menjadi pupuk dapat mengarah ke pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adapun pengolahan limbah ini bisa dilakukan secara komunal seperti yang sudah dilakukan oleh Yayasan Walungan.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi. Alhamdulillah, di sesi diskusi ini para petani menunjukkan antusiasmenya sehingga terbangun komunikasi yang interaktif. Menjelang akhir acara, Bapak Asep dari Kelompok Tani Jaya Makmur, menyampaikan kesan dan pesan untuk acara hari ini.

“Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada ITB atas fasilitas yang diberikan ke Kelompok Tani. Terimakasih juga kepada Bapak Riki yang begitu detail membagikan pengalamannya. Mudah-mudahan silaturahim ini terus terjadi dan para petani bisa mempraktekkan seperti apa yang telah dilakukan Pak Riki dan kawan-kawan. Ke depannya, semoga ITB dapat memfasilitasi field trip ke Lembang agar petani dapat melihat praktek dan realitanya secara langsung “. ujar Pak Asep.

Bapak Riki Frediansyah sedang menjelaskan materi Manajemen Peternakan

Suasana Anggota Kelompok Tani saat pemaparan materi

Bapak Yayat, Ketua Kelompok Tani Saung Domba

X