Enter your keyword

3rd Forestry Engineering Excursion Program 2017 :  The Introduction of Science and Profession of Forestry Engineering

3rd Forestry Engineering Excursion Program 2017 : The Introduction of Science and Profession of Forestry Engineering

Penulis : Hairatunnisa, mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB

SITH.ITB.AC.ID, Bandung – Pada hari Jumat-Sabtu, tanggal 27-28 Oktober 2017 telah dilangsungkan kegiatan ekskursi oleh Himpunan Mahasiswa Rekayasa Kehutanan SITH-ITB (HMH ‘Selva’ ITB). Ekskursi merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan secara rutin oleh mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB untuk mengekplorasi profesi Rekayasa Kehutanan di berbagai instansi. Melalui kegiatan ekskursi, mahasiswa Rekayasa Kehutanan diharapkan memiliki gambaran mengenai peluang dan potensi keprofesian Rekayasa Kehutanan yang dapat berguna sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja setelah lulus sebagai sarjana. Pada tahun ini lokasi tujuan ekskursi adalah instansi World Resources Institute (WRI) yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang berlokasi di Bogor. Disamping kegiatan tersebut juga dilakukan kunjungan/studi banding ke Himpunan Mahasiswa Manajemen Hutan (FMSC) Fakultas Kehutanan IPB di Darmaga Bogor.  Dalam melakukan kunjungan, mahasiswa Rekayasa Kehutanan didampingi oleh para dosen, yakni Dr. Ichsan Suwandhi (pembimbing kemahasiswaan Prodi Rekayasa Kehutanan) dan Dr. Tien Lastini.

World Resources Institute Indonesia (WRI Indonesia)

WRI Indonesia merupakan salah satu instansi non profit yang bergerak di dalam bidang penelitian dengan isu utama adalah energi, hutan, iklim, kota dan transportasi, serta tata kelola. Penelitian WRI berbasis data untuk menghasilkan informasi serta aksi. Dalam mewujudkan gagasan menjadi aksi nyata, WRI bekerja sama dengan pemerintah serta pelaku usaha. Beberapa proyek yang dilakukan WRI dalam bidang hutan diantaranya adalah mengenai restorasi, Kebijakan Satu Peta (KSP), dan global forest watch. Restorasi dilakukan untuk mengembalikan baik fungsi maupun produktivitas lahan yang telah terdeforestasi dan terdegradasi. Saat ini pelaksanaan program-program restorasi diutamakan di daerah gambut. Kemudian WRI mengembangkan kegiatan kolaboratif untuk mengimplementasikan Kebijakan Satu Peta (KSP) dalam perbaikan tata kelola penggunaan lahan, salah satunya di Provinsi Riau yang merupakan provinsi dengan konflik tenurial dan agraria yang tinggi. Dengan adanya KSP sebagai referensi tunggal yang disepakati berbagai pihak dalam pengambilan keputusan mengenai tata kelola lahan, diharapkan dapat meminimalisir konflik-konflik tenurial yang marak terjadi akibat kesimpangsiuran data. Selanjutnya WRI juga menyediakan suatu sistem jaringan yang dinamakan dengan global forest watch. Sesuai dengan namanya, sistem jaringan tersebut mampu menampilkan data dalam bentuk peta yang dapat digunakan untuk memantau dan mengawasi hutan.

Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Indocement merupakan salah satu perusahaan produsen semen dengan produk yang dihasilkan yaitu semen, beton siap-pakai (RMC), dan agregat. Dalam menghasilkan produk tersebut, perusahaan melakukan penambangan batu kapur, pasir silika, dan tanah liat yang diawali dengan land clearing serta pengambilan top soil. Kegiatan penambangan yang dilakukan mengakibatkan kualitas tanah bekas galian tambang menurun sehingga diperlukan kegiatan reklamasi untuk memulihkan kualitas tanah yang telah rusak. Setelah dikeluarkannya kebijakan reklamasi di tahun 2008, PT. Indocement secara aktif melaksanakan kegiatan reklamasi pada area seluas lima hektar setiap lima tahun. Kegiatan reklamasi pada lahan pasca tambang PT. Indocement diawali dengan penyiapan lahan seperti penimbunan tanah dan pembuatan lubang, lalu kemudian dilanjutkan dengan penanaman. Lahan pasca tambang PT. Indocement direklamasi menjadi kawasan budidaya serta kawasan konsevasi. Kawasan budidaya dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan melakukan penanaman spesies tumbuhan yang homogen dan memiliki nilai ekonomi, sedangkan kawasan konservasi dimaksudkan untuk meningkatkan biodiversitas dengan melakukan penanaman spesies tumbuhan yang heterogen dan memiliki nilai ekologi sehingga dapat menjadi habitat satwa.

Forest Management Student Club (FMSC) Fahutan IPB

Selain ekskursi, dilakukan juga studi banding ke Departemen Manajemen Hutan IPB yang diorganisir oleh Divisi Ekstrakampus HMH ‘Selva’ ITB. Saat tiba di lokasi, HMH ‘Selva’ ITB disambut dengan hangat oleh perwakilan mahasiswa Departeman Manajemen Hutan IPB yang tergabung dalam Forest Management Student Club (FMSC). Beberapa agenda dalam studi banding ini adalah kegiatan ramah tamah, diskusi mengenai keilmuan dan kegiatan kemahasiswaan, serta diakhiri dengan kegiatan campus tour.

. Selama kegiatan tersebut mahasiswa Rekayasa Kehutanan terlihat antusias mendengarkan penjelasan yang disampaikan karena kedua program studi tersebut walaupun masing-masing memiliki kekhasan masing-masing, juga memiliki irisan keilmuan khususnya dalam bidang pengelolaan hutan. Diharapkan kegiatan silaturrahmi ini dapat terus dilanjutkan dan tidak terputus karena “rimbawan dimanapun adalah bersaudara.”

X