Enter your keyword

Kuliah Tamu Tentang Teknologi Bayi Tabung

Kuliah Tamu Tentang Teknologi Bayi Tabung

Kuliah tamu oleh:

Harris Harlianto (S1 Biologi Angkatan 86, Mahasiswa Program Doktor Biologi, SITH ITB)
Aster Fertility Clinic
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Kuliah tamu tentang teknologi bayi tabung telah berlangsung pada tanggal 12 Maret 2012 pukul 14.00 -16.00 WIB di Aula Sipil ITB. Peserta kuliah adalah mahasiswa SITH angkatan 2011 yang mengambil Matakuliah Konsep Biologi II, yaitu seluruh mahasiswa SITH angkatan 2011. Jumlah peserta ada sekitar 162 orang. Kuliah dibuka oleh salah satu Dosen Pengajar Konsep Biologi II, Dr. Tjandra Anggraeni, yang kemudian langsung dilanjutkan oleh Bapak Harris Harlianto. Kuliah diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta. Berikut sekilas mengenai isi dari kuliah tersebut:

The A.R.T of making babies
(Assisted Reproductive Technologies)

Teknologi Reproduksi berbantu (in vitro fertilization), diperuntukan untuk pasangan yang sulit memiliki anak. Secara awam disebut mandul. Sebenarnya kata mandul kurang tepat, karena ada pasangan yang sulit mempunyai anak namun sebenarnya bisa hamil tanpa perlu dibantu. Pionir bayi tabung adalah Prof. Robert Geoffrey Edwards (Biolog dan Fisiolog) dan Dr. Patrick Steptoe ( Ginekolog) dan bayi tabung pertama di dunia, dilahirkan pada tahun 1978 di Inggris. Di Indonesia, bayi tabung pertama dilahirkan pada tahun 1987. Keberhasilan bayi tabung rata rata tergantung pada usia istri. Umur oosit lebih tua dari pada umur wanita itu sendiri. Karena oosit sudah ada saat di fetus. Sel telur yang telah di deposit dalam tubuh manusia tidak bisa diisi ulang dan akan berkurang tiap menstruasi. Kualitas sel telur makin menurun, seiring penambahan usia.

Secara sederhana, bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh ibu, istilahnya in vitro vertilization (in vitro bahasalatin, artinya “dalam gelas atau tabung,” vertilization artinya pembuahan). Dalam proses bayi tabung, sel telur matang diambil dari indung telur ibu, dibuahi dengan sperma di dalam medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke rahim dengan harapan berkembang menjadi bayi.

Ket gambar: Dr. Tjandra Anggraeni membuka kuliah tamu tentang Teknologi Bayi Tabung.

Ket gambar: Pembicara: Bapak Harris Harlianto sedang menjelaskan tentang Assisted Reproductive Technology

Ket gambar: Peserta kuliah terlihat antusias mengikuti jalannya kuliah

Ket gambar: Teknik pembuahan sel telur dengan teknik injeksi

Ket: salah satu peserta kuliah sedang mengajukan pertanyaan kepada pembicara

Ket: Bapak Harris Harlianto sedang menjawab pertanyaan salah satu peserta kuliah

 

Proses program bayitabung bukan proses singkat. Sebelum menjalani program bayi tabung pasangan harus menjalani konseling, pemeriksaan fisik/ginekologik, pemeriksaan ultrasonografi dan hormon, analisa sperma, dan evaluasi gaya hidup (merokok, minum minuman beralkohol dan sebagainya). Setelah pasien dinyatakan layak untuk mengikuti program ini, barulah proses bayi tabung dimulai. Proses bayi tabung dimulai dengan:

  • Merangsang indung telur dengan pemberian obat-obatan hormonal, agar menghasilkan cukup sel telur.
  • Tahap pengambilan sel telur. Dokter mengambil sel telur jika minimal ada tiga folikel dengan diameter 17-18 milimeter. Pengambilan folikel berisi sel telur ini dilakukan dengan cara dihisap menggunakan jarum khusus melalui vagina dengan bantuan USG.
  • Pengambilan sperma yang dilakukan melalui operasi atau masturbasi.
  • Semua sel telur dan sperma yang diperoleh akan diproses di laboratorium. Setelah siap, sel telur dan sperma akan dipertemukan untuk dilakukan proses pembuahan di dalam cawan petri dengan bantuan medium kultur.
  • Setelah terjadi pembuahan terbentuk zigot, zigot itu akan ditumbuhkan di cawan petri dengan bantuan medium kultur. Zigot akan membelah diri terus menerus hingga akhirnya menjadi embrio. Teknik pembuahan ini bisa dengan cara konvensional atau dengan teknik injeksi
  • Embrio berusia 2-3 hari kemudian dipindahkan kembali ke rahim calon ibu dengan memakai kateter dipandu alat USG. Setelah semua proses ini selesai, diharapkan akan terjadi kehamilan.

Proses bayi tabung bukanlah hal yang pasti 100% berhasil. Tingkat kegagalannya cukup tinggi, yaitu sekitar 60-70%, terutama menyangkut usia istri. Semakin meningkat usia istri, maka kemungkinan untuk hamil – meskipun dengan proses bayi tabung – juga semakin kecil.

Tetapi, faktor gagalnya proses bayi tabung tidak hanya tergantung usia. Kegagalan dapat disebabkan oleh faktor dari pihak laki-laki dan wanita. Dari pihak wanita meliputi tersumbatnya saluran telur (karena adanya infeksi), dari pihak laki-laki dipengaruhi oleh kualitas sperma. Misalnya karena ada kelainan pada klep yang menyebabkan sperma tidak keluar, tapi malah masuk ke kandung kemih. Ada juga yang disebut Azzo spermi, artinya cairan mani nya tidak mengandung sprematozo. Azzospermi terbagi dua, ada yang terganggu pada salurannya, ada pula yang terganggu pada “pabrik”nya.

Kegagalan lain yang cukup umum terjadi karenaembrio tidak menempel pada dinding rahim atau tidak terjadi implantasi. Hal ini dapat disebabkan oleh factor embrio (cacat kromosom), factor rahim dan faktor lain yang tidak diketahui penyebabnya.

Kegagalan lain yang cukup umum terjadi karenaembrio tidak menempel pada dinding rahim atau tidak terjadi implantasi. Hal ini dapat disebabkan oleh factor embrio (cacat kromosom), factor rahim dan faktor lain yang tidak diketahui penyebabnya.
X