Enter your keyword

Mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB Berpartisipasi dalam 3rd Asia-Pasific Rainforest Summit 2018

Mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB Berpartisipasi dalam 3rd Asia-Pasific Rainforest Summit 2018

Penulis: Nadya Karina Arifiani (Rekayasa Kehutanan ITB 2015)

YOGYAKARTA, SITH.ITB.AC.ID – Sebanyak 23 mahasiswa dan alumni Rekayasa Kehutanan ITB yang terdiri dari 15 mahasiswa angkatan 2015, 6 mahasiswa angkatan 2014, dan dua alumni angkatan 2013 dan 2012 mengikuti serangkaian acara 3rd Asia-Pasific Rainforest Summit 2018 yang dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 23 – 25 April 2018. Acara ini merupakan acara konferensi oleh CIFOR yang ketiga kalinya, yang sebelumnya telah dilaksanakan di Australia dan Brunei Darussalam. Selain menjadi partisipan, salah seorang mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB juga meraih prestasi pada mata acara photo competition yang bertemakan the value of rainforests in the Asia-Pacific region. Mahasiswa angkatan 2015 tersebut yaitu Reksa Manggala berhasil meraih juara 1 pilihan juri dengan judul “Over the Rainbow”. Reksa membidik pemandangan lanskap di wana wisata Air Terjun Tumpak Sewu, Lumajang, Jawa Timur.

Acara dibuka dengan sambutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, H.E. Siti Nurbaya Bakar ; Australia’s Minister of Environment and Energy , The Hon. Josh Frydenberg ; dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selanjutnya merupakan sesi Pernyataan Tingkat Tinggi oleh para menteri lingkungan hidup dari berbagai negara se Asia-Pasifik antara lain yaitu negara Brunei Darussalam, Fiji, Singapura, Filipina, Denmark, Norwergia, dan juga oleh CIFOR. Salah satu pernyataan Ibu Siti Nurbaya Bakar adalah mengenai perhutanan sosial. “Lebih dari 450 juta jiwa bergantung pada pengelolaan hutan lestari. tahun lalu Indonesia mengambil langkah-langkah besar untuk mempromosikan perhutanan sosial, menetapkan target untuk mengalokasikan 12,7 juta hektar lahan untuk perhutanan sosial pada tahun 2019”, ujar beliau.

Hari kedua merupakan diskusi tematik. Karena tema 3rd Asia-Pasific Rain Forest Summit 2018 kali ini mengangkat enam tema yang berbeda sehingga diskusi dilakukan pada dua sesi yang bersifat pararel. Sesi pertama membahas mengenai Restoration and Sustainable Management of Peatlands: Policy ; Forest Finance, Investment, and Trade ; Production Forests ; dan Community Forestry I: Policy. Sesi kedua membahas tentang Restoration and Management of Peatlands: Implementation ; Ecotourism and Conservation of Biodiversity ; Mangroves and Blue Carbon ; dan Community Forestry II: Implementation.Pada hari terakhir, peserta 3rd Asia-Pasific Rain Forest Summit 2018 berkesempatan untuk mengikuti kunjungan lapangan dengan tujuan Taman Nasional Gunung Merapi (mempelajari tentang restorasi alami pasca erupsi tahun 2010) atau KPHP Kayu Putih, Gunung Kidul (mempelajari produksi HHBK minyak kayu putih, mulai dari pemanenan daun hingga ekstraksi dan pemrosesan minyak yang dihasilkan). Sangat banyak pelajaran yang bisa diambil oleh para pegiat lingkungan terutama mahasiswa Rekayasa Kehutanan mengenai kondisi nyata, permasalahan, serta peluang untuk sama-sama memperbaiki kehutanan di Indonesia. Salah satu mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB 2015, Dinda Safira Fauziah berpendapat bahwa melalui acara ini, menurutnya, bagi mahasiswa Rekayasa Kehutanan merupakan sebuah kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya adalah lulusan Rekayasa Kehutanan seharusnya tidak akan kekurangan lapangan pekerjaan, namun di sisi lainnya, permasalahan dunia kehutanan yang dihadapi sangat banyak dan kompleks sehingga setiap dari diri kita harus berani memilih untuk fokus di salah satu bidang yang diminati dan mampu untuk berkolaborasi satu sama lain.

Dr. Ichsan Suwandhi sebagai dosen pembina kemahasiswaan juga berpesan bahwa beliau berharap setelah mengikuti acara ini dan pulang ke Jatinangor, mahasiswa dapat memetik ilmu pengetahuan dan isu terkini dalam kaitannya dengan rain forest. Mahasiswa juga dapat menambah jejaring dengan pihak-pihak di luar kampus khususnya dunia kehutanan sehingga tidak terkungkung di dalam lingkungan kampus saja. Selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu meningkatkan kepekaan terhadap informasi-informasi terkini yang berkembang khususnya di wilayah Asia-Pasifik.

Sumber : https://www.cifor.org/asia-pacific-rainforest-summit-2018/

X