Enter your keyword

Belajar Kearifan Lokal dari Kampung Naga dan Kampung Pulo

Belajar Kearifan Lokal dari Kampung Naga dan Kampung Pulo

Kampung Naga yang terletak di Kecamatan Salawu, Tasikmalaya dan Kampung Pulo, Leles, Garut menjadi lokasi tempat kunjungan mata kuliah Etnobotani (BI-4208) semester ini. Sabtu, 21 April 2012, sebanyak 34 peserta yang didampingi oleh staf, karyawan dan SITH-ITB dilepas Ketua Prodi Biologi, Dr. Sony Suhandono, sekitar pukul 6 pagi. Kampung Naga dengan luas kawasan sekitar 1,5 hektar ini berada di lembah. Lahan di sini dimanfaatkan untuk permukiman dan pertanian, serta hutan. Salah satu keunikan kampung adat ini adalah selain tidak ada listrik, semua bahan-bahan bangunan terbuat dari bambu dan kayu, sedangkan atap terbuat dari daun nipah, ijuk atau alang-alang. Tanaman yang digunakan sebagai bahan pembuatan rumah antara lain sengon, surian, bambu, tepus, dan tanaman berkayu lainnya. Rumah-rumah terletak berhadap-hadapan memanjang arah barat-timur. Untuk obat, masyarakat Kampung Naga tidak menanamnya secara khusus, namun memanfaatkan tumbuhan yang ada disekitar perkampungan.

Pada umumnya, masayarakat Kampung Naga mempunyai mata pencaharian sebagai petani, berternak ikan, dan pengrajin bambu. Masyarakat Kampung Naga memiliki kebiasaan bergotong royong. Sebagai contoh pada saat membuat rumah, setiap orang memiliki perannya masing-masing.

Kampung adat kedua yang dikunjungi adalah Kampung Pulo yang terletak di sekitar komplek Candi Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Kampung Pulo dan Candi Cangkuang berada di sebuah pulau kecil yang memiliki bentuk memanjang dari Barat ke Timur dengan luas 16,5 hektar. Ciri khas Kampung Pulo antara lain hanya memiliki enam bangunan rumah dan satu mesjid. Tidak seperti Kampung Naga, Kampung Pulo termasuk kampung adat yang cukup mengikuti arus modernisasi.

Namun, tetap ada larangan yang dipertahankan oleh masyarakat Kampung Pulo, yaitu: Hari Rabu merupakan hari untuk menggali ilmu Islam, sehingga dilarang melakukan aktivitas lain, Bentuk atap rumah harus memanjang dengan bentuk prisma dan yang mewarisi rumah adalah anak perempuan; Tidak boleh memukul gong besar; Tidak memelihara ternak besar berkaki empat. Nama cangkuang sendiri merupakan nama tanaman Pandanus furcatus yang digunakan untuk obat tradisional antara lain sebagai obat pencahar. Setelah kuliah lapangan ini diharapkan mahasiswa lebih menghargai berbagai kearifan lokal di masyarakat yang merupakan salah satu jati diri bangsa Indonesia. (Sumber: teks-rina; foto-arief)

X