Joint One Day Seminar on Biotechnology and Signing Ceremony of Opening Institut Teknologi Bandung – Osaka University Joint Campus
[:id]Penulis : Adani Nurfathurahmi, S.Si, M.Si dan Dr.rer.Nat. Marselina Irasonia Tan
Kolaborasi yang terjalin antara Osaka University dan Institut Teknologi Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang, diawali sejak lebih dari 10 tahun yang lalu. Kolaborasi yang terjalin meliputi bidang penelitian dan edukasi, yang melibatkankerjasama staff pengajar dan mahasiswa dari kedua universitas. Setelah perjalanan panjang yang telah dilalui, akhirnya pada Jumat, 27 Juli 2018, ITB dan Osaka University sepakat untuk mencetak sejarah baru melalui program “Join Campus”khususnya di bidang nanoteknologi dan bioteknologi. Program Join Campus ini diresmikan pada tanggal 27 Juli 2018di PPNN.
Selain prosesi penandatanganan perjanjian antara kedua universitas, pada hari itu diselenggarakan pula seminar bertajuk “Joint One Day Seminar on Nanotechnology and Biotechnology”.
Rangkaian seminar ini diawali dengan pembukaan oleh Prof. Hermawan K. Dipojono (Ketua Joint One Day Seminar) dan Prof. Toshihiro Tanaka (Dean of Graduate School of Engineering, Osaka University). Lalu dilanjutkan dengan sesi seminar paralel dalam bidang bioteknologi dan nanoteknologi. Adapun partisipan untuk seminar dalam bioteknologi terbatas untuk 40 peserta yang berasal dari berbagai institusi, yaitu Fakultas Kedokteran Univ. Islam Sultan Agung Semarang, Universitas Singaperbangsa Karawang, Universitas Esa Unggul, Poltekkes Kemenkes Bandung, Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran, dan peserta yang berasal dari Kampus ITB (SITH, SF, FMIPA, dan FTI).
Prof. Eiichiro Fukusaki membuka sesi seminar dalam bidang bioteknologi
dengan topik “Application of metabolomics for high resolution phenotype analysis”. Dalam kesempatan ini, beliau membahas tentang penggunaan metabolomik untuk menyelesaikan beragam masalah yang dijumpai oleh berbagai industri. Penyelesaian masalah menggunakan pendekatan metabolomik secara umumdapat dilakukan denganmenganalisis hubungan antara matriks data yang didapatkan melalui profil metabolik dan data matriks yang didapatkan melalui performa sampel. Salah satu jenis pendekatan yang banyak digunakan dalam berbagai aspek yaitu metode metabolic fingerprinting, yang memanfaatkan profil metabolik sebagai fingerprintuntuk prediksi performa dan klasifikasi sampel. Pendekatan metabolomik memungkinkan kita untuk memprediksi life spandari suatu sampel berdasarkan analisis kuantitatif terhadap fenotip yang kompleks dan terintegrasi. Beberapa penelitian yang dibahas dalam seminar ini antara lain senyawa metabolit yang dapat memudahkan determinasi kopi luwak asli dan kopi luwak palsu, serta analisis terhadap kimchi.
Presentasi kedua diberikan oleh Assist. Prof. Azzania Fibriani dengan tajuk “Molecular study of emerging infectious diseases in Indonesia: HIV case”. Melalui seminar ini, beliau menyampaikan bahwa meskipun secara umum Indonesia bukan negara dengan kasus HIV tertinggi, namun kasus HIV di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun, sedangkan prevalensi pada negara asia lainnya, kasus HIV perlahan-lahan menurun. Penelitian yang dilakukan membahas empat masalah besar, yaitu pengembangan kit diagnostik molekuler HIV, evaluasi dari pengobatan HIV yang telah diterapkan saat ini, ko-infeksi HIV, dan perkembangan obat untuk HIV. Melalui data yang didapatkan, diketahui bahwa diagnosis HIV pada tahap awal memegang peranan yang sangat penting untuk mengurangi angka kematian (mortalitas) dan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu telahdikembangkan uji HIV in-houseuntuk diimplementasikan pada negara berkembang. Prevalensi ko-infeksi HIV dengan hepatitis yang tinggi menunjukkan bahwa sangat dibutuhkan pengembangan manajemen pengobatan untuk pasien yang terinfeksi beberapa macam virus dan dibutuhkan pula obat dengan harga terjangkau untuk mengobati pasien jenis tersebut. Untuk pengembangan obat HIV, saat ini dapat digunakan sistem skrining dimer untuk menemukan kandidat obat baru menggunakan bahan baku yang berasal dari Indonesia.
Akhir dari sesi 1 ditutup oleh presentasi dari Prof. Toshiya Muranaka dengan judul “Redesign of terpenoid biosynthetic pathway in plant by genome editing toward human health”. Dalam seminar ini, Prof. Muranaka memaparkan bahwa sangat sulit tercapai proses rekayasa genetika yang tepat dan efisien pada era sebelum genome editing. Namun saat ini, hal tersebut sudah dapat dilakukan menggunakan sistem genome editing menggunakan TALEN dan CRISPR/Cas9. Tumbuhan diketahui memiliki berbagai macam metabolit sekunder yang terspesialisasi yang dapat bertahan melewati berbagai macam stres biotik dan abiotik. Keberagaman senyawa kimia yang dimiliki oleh spesies-spesies spesifik merupakan dampakdari seleksi alam akibat proses evolusi. Diantara berbagai kelas senyawa kimia tersebut, terpenoid merupakan kelas yang memiliki beragamjenis metabolit terspesialisasi dengan berbagai macam fungsi yang memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas biologis. Oleh karena itu, metabolit ini banyak dipakai sebagai obat tradisional sejak dahulu dan saat ini digunakan dalam berbagai industri (pangan, obat-obatan, dll). Fokus utama dari studi yang dilakukan meliputipenelitian mengenaikeberagaman TSs dan CYPs pada biosintesis terpenoid dan aplikasinya dalam rekayasa metabolisme atau biologi sintetik.
Sesi 2 dimulai oleh Assist. Prof. Indra Wibowo yang membahas tentang “Zebra Fish (Danio rerio) as animal model system to unravel biomedical research and drug discovery in Indonesia”. Perkembangan riset biomedis dan eksplorasi obat yang sangat pesat menuntut digunakannya model vertebrata yang menonjol. Meskipun selama ini dalam riset biomedis telah digunakan berbagai jenis model, dari ragi sampai monyet, diperlukan model yang dapat menjembatani model invertebrate dan vertebrata. Zebrafish merupakan organisme model yang baik dengan berbagai potensi yang belum dimanfaatkan. Organisme ini memiliki anatomi dan fisiologi sertagenom yang komparatif terhadap manusia, sehingga hewan ini dapat digunakanuntuk investigasi awal dalam memperolehinformasi mengenai obat dan pengaruhnya terhadap gen-genmanusia sebelum dilakukan peningkatan skala uji coba yang membutuhkan sistem yang lebih kompleks dan mahal. Selain itu, karena embriohewan ini transparan dan berkembang di luar tubuh ikan betina, maka peneliti dapat memanipulasi organ, jaringan, dan gen yang berkaitan dengan penyakit yang terjadi pada manusia. Saat ini, fokus utama penelitian yang dilakukan meliputi uji coba kapabilitas zebrafish untuk permodelan penyakit, skrining obat, dan toksikologi.
Presentasi berikutnya diberikan oleh Prof. Kazuhito Fujiyama dengan tajuk “Production of human β-glucocerebrosidase in Nicotiana benthamiana root culture”. Tanaman merupakan inang alternatif yang menarik untuk memproduksi protein rekombinan tanpa risiko kontaminasi dari pathogen manusia dan bahan turunan hewan. Selain itu, penggunaan sistem tanaman dapat menekan biaya produksi skala besar. Penyakit Gaucher disebabkan oleh kelainan turunan yang berhubungan dengan enzim glucocerebrosidase (GCase). Saat ini, GCase rekombinan diproduksi menggunakan sel mamalia dan digunakan sebagai terapi pengganti enzim. Dibandingkan tanaman secara keseluruhan, penggunaan akar lebih mudah untuk ditangani apabila diberi perlakuan fisik seperti suhu dan cahaya. Melalui studi yang dilakukan, proses produksi enzim GCase dapat dilakukan dengan menginduksi akar dengan indole-3-acetic acid. Hal tersebut memberikan terobosan baru dalam produksi protein rekombinan yang lebih aman dan efisien untuk diaplikasikan dalam memproduksi protein rekombinan lainnya.
Seminar ini ditutup dengan presentasi dari Bapak Acep Riza Wijayadikusumah, Ph.D dengan presentasi yang membahas tentang “Human Vaccine Development in Indonesia from an Industrial perspective”. Vaksin merupakan strategi paling efektif untuk mencegah penyakit infeksi. PT. Bio Farma merupakan satu-satunya perusahaan pemroduksi vaksin di Indonesia dan salah satu perusahaan pemasok vaksin terbesar di dunia. Dua per tiga kebutuhan vaksin polio di dunia disuplai oleh PT. Bio Farma. Perusahaan ini telah bertahan selama seratus tahun. Untuk mempertahankan posisinya dimata dunia, dibutuhkan pengembangan vaksin next-generationdan vaksin baru yang didesain untuk penyakit infeksi yang sedang muncul atau tersebar luas. Selain itu, akselerasi pengembangan vaksin dapat dicapai dengan memperkuat kolaborasi nasional dan internasional untuk melanjutkan inovasi dari teknologi desain vaksin, proses pengembangan, dan produksi.
Setelah seminar selesai dilaksanakan, acara dilanjutkan dengan penandatanganan MOU Institut Teknologi Bandung-Osaka University Join Campus. MOU ini ditandatangani oleh Prof. KadarsahSuryadi, yang diwakili oleh Prof. Bermawi Priyatna Iskandar M.Sc.,Ph.D. (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, ITB) dan Prof. Genta Kawahara (Executive Vice President of Global Engagement and Student Support, Osaka University). Signing ceremony tersebutdihadiri olehKedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Prof. Hermawan K. Dipojono (Ketua Pusat Penelitian Nanoteknologi dan Nanosains), Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha (Dekan SITH ITB),Prof. Abdul Waris (Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA), Prof.Deddy Kurniadi (Dekan FTI ITB), Assoc. Prof. Dr. Irma Damayanti(Direktorat Akademik), serta dari pihak Osaka University (OU) Prof. ToshihiroTanaka(Director Graduate School of Engineering (GSE)), Prof. Yoshitada Morikawa(Computational Physics Laboratory, GSE), Prof. Tamio Oguchi(Department of Theoretical Nanotechnology),Prof Kazuhito Fujiyama(International Center for Biotechnology), Prof. Eiichiro Fukusaki(Department of Biotechnology, GSE), Prof Toshiya Muranaka(Department of Biotechnology, GSE), dan Assoc. Prof. Wilson Agerico Dino(Department of Applied Physics, GSE).[:en]Penulis : Adani Nurfathurahmi, S.Si, M.Sidan Dr.rer.Nat. Marselina Irasonia Tan
Kolaborasi yang terjalin antara Osaka University dan Institut Teknologi Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang, diawali sejak lebih dari 10 tahun yang lalu. Kolaborasi yang terjalin meliputi bidang penelitian dan edukasi, yang melibatkankerjasama staff pengajar dan mahasiswa dari kedua universitas. Setelah perjalanan panjang yang telah dilalui, akhirnya pada Jumat, 27 Juli 2018, ITB dan Osaka University sepakat untuk mencetak sejarah baru melalui program “Join Campus”khususnya di bidang nanoteknologi dan bioteknologi. Program Join Campus ini diresmikan pada tanggal 27 Juli 2018di PPNN.
Selain prosesi penandatanganan perjanjian antara kedua universitas, pada hari itu diselenggarakan pula seminar bertajuk “Joint One Day Seminar on Nanotechnology and Biotechnology”.
Rangkaian seminar ini diawali dengan pembukaan oleh Prof. Hermawan K. Dipojono (Ketua Joint One Day Seminar) dan Prof. Toshihiro Tanaka (Dean of Graduate School of Engineering, Osaka University). Lalu dilanjutkan dengan sesi seminar paralel dalam bidang bioteknologi dan nanoteknologi. Adapun partisipan untuk seminar dalam bioteknologi terbatas untuk 40 peserta yang berasal dari berbagai institusi, yaitu Fakultas Kedokteran Univ. Islam Sultan Agung Semarang, Universitas Singaperbangsa Karawang, Universitas Esa Unggul, Poltekkes Kemenkes Bandung, Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran, dan peserta yang berasal dari Kampus ITB (SITH, SF, FMIPA, dan FTI).
Prof. Eiichiro Fukusaki membuka sesi seminar dalam bidang bioteknologi
dengan topik “Application of metabolomics for high resolution phenotype analysis”. Dalam kesempatan ini, beliau membahas tentang penggunaan metabolomik untuk menyelesaikan beragam masalah yang dijumpai oleh berbagai industri. Penyelesaian masalah menggunakan pendekatan metabolomik secara umumdapat dilakukan denganmenganalisis hubungan antara matriks data yang didapatkan melalui profil metabolik dan data matriks yang didapatkan melalui performa sampel. Salah satu jenis pendekatan yang banyak digunakan dalam berbagai aspek yaitu metode metabolic fingerprinting, yang memanfaatkan profil metabolik sebagai fingerprintuntuk prediksi performa dan klasifikasi sampel. Pendekatan metabolomik memungkinkan kita untuk memprediksi life spandari suatu sampel berdasarkan analisis kuantitatif terhadap fenotip yang kompleks dan terintegrasi. Beberapa penelitian yang dibahas dalam seminar ini antara lain senyawa metabolit yang dapat memudahkan determinasi kopi luwak asli dan kopi luwak palsu, serta analisis terhadap kimchi.
Presentasi kedua diberikan oleh Assist. Prof. Azzania Fibriani dengan tajuk “Molecular study of emerging infectious diseases in Indonesia: HIV case”. Melalui seminar ini, beliau menyampaikan bahwa meskipun secara umum Indonesia bukan negara dengan kasus HIV tertinggi, namun kasus HIV di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun, sedangkan prevalensi pada negara asia lainnya, kasus HIV perlahan-lahan menurun. Penelitian yang dilakukan membahas empat masalah besar, yaitu pengembangan kit diagnostik molekuler HIV, evaluasi dari pengobatan HIV yang telah diterapkan saat ini, ko-infeksi HIV, dan perkembangan obat untuk HIV. Melalui data yang didapatkan, diketahui bahwa diagnosis HIV pada tahap awal memegang peranan yang sangat penting untuk mengurangi angka kematian (mortalitas) dan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu telahdikembangkan uji HIV in-houseuntuk diimplementasikan pada negara berkembang. Prevalensi ko-infeksi HIV dengan hepatitis yang tinggi menunjukkan bahwa sangat dibutuhkan pengembangan manajemen pengobatan untuk pasien yang terinfeksi beberapa macam virus dan dibutuhkan pula obat dengan harga terjangkau untuk mengobati pasien jenis tersebut. Untuk pengembangan obat HIV, saat ini dapat digunakan sistem skrining dimer untuk menemukan kandidat obat baru menggunakan bahan baku yang berasal dari Indonesia.
Akhir dari sesi 1 ditutup oleh presentasi dari Prof. Toshiya Muranaka dengan judul “Redesign of terpenoid biosynthetic pathway in plant by genome editing toward human health”. Dalam seminar ini, Prof. Muranaka memaparkan bahwa sangat sulit tercapai proses rekayasa genetika yang tepat dan efisien pada era sebelum genome editing. Namun saat ini, hal tersebut sudah dapat dilakukan menggunakan sistem genome editing menggunakan TALEN dan CRISPR/Cas9. Tumbuhan diketahui memiliki berbagai macam metabolit sekunder yang terspesialisasi yang dapat bertahan melewati berbagai macam stres biotik dan abiotik. Keberagaman senyawa kimia yang dimiliki oleh spesies-spesies spesifik merupakan dampakdari seleksi alam akibat proses evolusi. Diantara berbagai kelas senyawa kimia tersebut, terpenoid merupakan kelas yang memiliki beragamjenis metabolit terspesialisasi dengan berbagai macam fungsi yang memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas biologis. Oleh karena itu, metabolit ini banyak dipakai sebagai obat tradisional sejak dahulu dan saat ini digunakan dalam berbagai industri (pangan, obat-obatan, dll). Fokus utama dari studi yang dilakukan meliputipenelitian mengenaikeberagaman TSs dan CYPs pada biosintesis terpenoid dan aplikasinya dalam rekayasa metabolisme atau biologi sintetik.
Sesi 2 dimulai oleh Assist. Prof. Indra Wibowo yang membahas tentang “Zebra Fish (Danio rerio) as animal model system to unravel biomedical research and drug discovery in Indonesia”. Perkembangan riset biomedis dan eksplorasi obat yang sangat pesat menuntut digunakannya model vertebrata yang menonjol. Meskipun selama ini dalam riset biomedis telah digunakan berbagai jenis model, dari ragi sampai monyet, diperlukan model yang dapat menjembatani model invertebrate dan vertebrata. Zebrafish merupakan organisme model yang baik dengan berbagai potensi yang belum dimanfaatkan. Organisme ini memiliki anatomi dan fisiologi sertagenom yang komparatif terhadap manusia, sehingga hewan ini dapat digunakanuntuk investigasi awal dalam memperolehinformasi mengenai obat dan pengaruhnya terhadap gen-genmanusia sebelum dilakukan peningkatan skala uji coba yang membutuhkan sistem yang lebih kompleks dan mahal. Selain itu, karena embriohewan ini transparan dan berkembang di luar tubuh ikan betina, maka peneliti dapat memanipulasi organ, jaringan, dan gen yang berkaitan dengan penyakit yang terjadi pada manusia. Saat ini, fokus utama penelitian yang dilakukan meliputi uji coba kapabilitas zebrafish untuk permodelan penyakit, skrining obat, dan toksikologi.
Presentasi berikutnya diberikan oleh Prof. Kazuhito Fujiyama dengan tajuk “Production of human β-glucocerebrosidase in Nicotiana benthamiana root culture”. Tanaman merupakan inang alternatif yang menarik untuk memproduksi protein rekombinan tanpa risiko kontaminasi dari pathogen manusia dan bahan turunan hewan. Selain itu, penggunaan sistem tanaman dapat menekan biaya produksi skala besar. Penyakit Gaucher disebabkan oleh kelainan turunan yang berhubungan dengan enzim glucocerebrosidase (GCase). Saat ini, GCase rekombinan diproduksi menggunakan sel mamalia dan digunakan sebagai terapi pengganti enzim. Dibandingkan tanaman secara keseluruhan, penggunaan akar lebih mudah untuk ditangani apabila diberi perlakuan fisik seperti suhu dan cahaya. Melalui studi yang dilakukan, proses produksi enzim GCase dapat dilakukan dengan menginduksi akar dengan indole-3-acetic acid. Hal tersebut memberikan terobosan baru dalam produksi protein rekombinan yang lebih aman dan efisien untuk diaplikasikan dalam memproduksi protein rekombinan lainnya.
Seminar ini ditutup dengan presentasi dari Bapak Acep Riza Wijayadikusumah, Ph.D dengan presentasi yang membahas tentang “Human Vaccine Development in Indonesia from an Industrial perspective”. Vaksin merupakan strategi paling efektif untuk mencegah penyakit infeksi. PT. Bio Farma merupakan satu-satunya perusahaan pemroduksi vaksin di Indonesia dan salah satu perusahaan pemasok vaksin terbesar di dunia. Dua per tiga kebutuhan vaksin polio di dunia disuplai oleh PT. Bio Farma. Perusahaan ini telah bertahan selama seratus tahun. Untuk mempertahankan posisinya dimata dunia, dibutuhkan pengembangan vaksin next-generationdan vaksin baru yang didesain untuk penyakit infeksi yang sedang muncul atau tersebar luas. Selain itu, akselerasi pengembangan vaksin dapat dicapai dengan memperkuat kolaborasi nasional dan internasional untuk melanjutkan inovasi dari teknologi desain vaksin, proses pengembangan, dan produksi.
Setelah seminar selesai dilaksanakan, acara dilanjutkan dengan penandatanganan MOU Institut Teknologi Bandung-Osaka University Join Campus. MOU ini ditandatangani oleh Prof. KadarsahSuryadi, yang diwakili oleh Prof. Bermawi Priyatna Iskandar M.Sc.,Ph.D. (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, ITB) dan Prof. Genta Kawahara (Executive Vice President of Global Engagement and Student Support, Osaka University). Signing ceremony tersebutdihadiri olehKedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Prof. Hermawan K. Dipojono (Ketua Pusat Penelitian Nanoteknologi dan Nanosains), Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha (Dekan SITH ITB),Prof. Abdul Waris (Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA), Prof.Deddy Kurniadi (Dekan FTI ITB), Assoc. Prof. Dr. Irma Damayanti(Direktorat Akademik), serta dari pihak Osaka University (OU) Prof. ToshihiroTanaka(Director Graduate School of Engineering (GSE)), Prof. Yoshitada Morikawa(Computational Physics Laboratory, GSE), Prof. Tamio Oguchi(Department of Theoretical Nanotechnology),Prof Kazuhito Fujiyama(International Center for Biotechnology), Prof. Eiichiro Fukusaki(Department of Biotechnology, GSE), Prof Toshiya Muranaka(Department of Biotechnology, GSE), dan Assoc. Prof. Wilson Agerico Dino(Department of Applied Physics, GSE).[:]