Rekayasa Pertanian ITB Menyelenggarakan Seri Kuliah Tamu Mengenai Integrasi Sektor Pertanian dan Energi Terbarukan
Penulis : Mochamad Firmansyah (Asmik Prodi Rekayasa Pertanian)
Jatinangor, sith.itb.ac.id – Pada Kamis, 16 Mei 2019 Prodi Rekayasa Pertanian ITB menyelenggarakan seri kuliah tamu Rekayasa Pertanian (Guest Lecture Series – Agricultural Engineering ITB) yang berkenaan dengan integrasi sektor pertanian dengan sektor energi terbarukan. Tidak tanggung-tanggung pembicara kuliah tamu yang diundang merupakan dua orang doktor dari Department of Earth and Environmental Science, Temple University, Philadelphia-Amerika Serikat, yaitu Dr. Sujith Ravi dan Dr. Nicholas C. Davatzes. Selama kurang lebih 3 jam berlangsung, kuliah tamu yang berlokasi di ruang K2.9653 GKU 2 Kampus ITB Jatinangor terebut ramai dihadiri oleh para mahasiswa dan staff pengajar di lingkungan SITH ITB, termasuk juga Prof. Dr. I Nyoman P. Aryantha selaku dekan SITH dan Dr. Mia Rosmiati selaku kaprodi Rekayasa Pertanain. Selain itu, seri kuliah tamu tersebut dihadiri oleh Prof. Iskandar Siregar dari IPB yang juga sedang menjalin kerjasama penelitian bersama kedua doktor dari Temple University tersebut. Seri kuliah tamu Rekayasa Pertanian bulan Mei yang disampaikan dalam bahasa Inggris ini dimoderatori oleh Dr. Ima Mulyama Zainudin yang merupakan staff pengajar di prodi Rekayasa Pertanian. Acara tersebut terbagi tiga sesi utama, yaitu menjadi sesi pemaparan dua materi kuliah, sesi tanya jawab, dan ditutup dengan sesi foto bersama.
Sesi pemaparan pertama merupakan penyampaian materi dengan judul “Colocation of Solar-Agriculture and Future Research” oleh Dr. Sujith Ravi. Dalam kuliahnya, beliau menjelaskan mengenai integrasi lahan lokasi instalasi pembangkit listrik tenaga surya (solar panel) dengan penanaman beberapa jenis tanaman pertanian. Poin-poin penting yang beliau paparkan di antaranya adalah, bahwa kolokasi penanaman tanaman pertanian di lokasi instalasi solar panel memberikan dampak yang positif terhadap aspek penggunaan air dan adanya penambahan manfaat dari hasil panen tanaman pertanian di lahan tersebut, dibandingkan dengan instalasi konvensional tanpa kolokasi solar-agriculture. Selain itu beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa dengan adanya kolokasi yang dilakukan, terjadi peningkatan produktivitas beberapa jenis tanaman di area tersebut. Meskipun konsep dan aplikasi kolokasi ini terbilang baru dan masih perlu banyak penelitian lebih lanjut, namun secara umum kolokasi solar panel dengan pertanian dapat memberikan dampak posiif bagi lingkungan dan ketersediaan energi yang berujung pada peningkatan ekonomi.
Sesi pemaparan kedua disampaikan oleh Dr. Nicholas C. Davatzes dengan materi berjudul “Geothermal Research and Environmental Protection”. Kuliah tersebut berisi penjelasan berbagai penelitian -termasuk yang sedang digarap oleh tim Dr. Davatzes-, mengenai potensi geothermal atau panas bumi yang tersebar di berbagai penjuru benua, di mana salah satu negara dengan potensi terbesarnya adalah Indonesia. Beliau menuturkan bahwa panas bumi merupakan suatu sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dengan prospek ekonomi yang sangat baik untuk dikembangkan. Namun diperlukan berbagai persiapan yang matang dalam penggunaan sumber energi panas bumi tersebut, di antaranya adalah penelitian yang matang lengkap dengan simulasinya, perencanaan pebangunan yang sesuai, analisis terhadap dampak lingkungan (AMDAL), serta berbagai aspek yang menyangkut keamanan sosial dan kemanusiaan. Terlebih lagi, aspek yang paling utama dari pemanfaatan energi panas bumi adalah aspek keberlanjutan lingkungan dan sosial-ekonomi. Secara umum beliau menyimpulkan bahwa sumber enegi panas bumi sangat berpotensi dikembangkan di Indonesia agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk ketersediaan energi dan peningkatan ekonomi.
Sesi diskusi tanya jawab di peghujung pemaparan kedua pemateri terasa begitu hidup dengan berbagai pertanyaan dari peserta mahasiswa maupun staff dosen di SITH. Mulai dari diskusi seputar feasibility dan persiapan aplikasi kolokasi solar-agriculture di Indonesia, potensi beberapa daerah yang memungkinkan untuk penerapan konsep kolokasi, dampak lingkungan dan aplikasi praktis energi panas bumi, perbedaan sumber energi terbarukan dengan sumber energi berkelanjutan, hingga beberapa studi kasus yang berkaitan dengan kosep kolokasi maupun yang berkaitan dengan pemanfaatan energi panas bumi. Para peserta terlihat sangat antusias pada saat sesi tanya jawab berlangsung, karena dapat berdiskusi dengan para pemateri dengan leluasa dan memberikan insight baru seputar bidang pertanian maupun energi terbarukan.
Sesi diskusi ditutup dengan penyerahan cinderamata dari SITH ITB oleh Prof. Dr. I Nyoman P. Aryantha selaku dekan SITH, kepada kedua pemateri kuliah tamu. Kemudian rangkaian acara seri kuliah tamu diakhiri dengan sesi foto bersama para pemateri kuliah tamu dan seluruh peserta yang hadir. Dengan adanya kuliah tamu dari Temple University yang telah diselenggarakan, Prof. Nyoman berharap bahwa materi tersebut dapat memberikan pengetahuan baru kepada mahasiswa mengenai aplikasi pertanian yang terintergrasi dengan sektor enegi terbarukan. Selain itu, diharapkan bahwa acara tersebut dapat menjadi awal yang baik untuk menjalin hubungan kerjasama penelitian maupun dalam bentuk lainnya guna memberikan manfaat bagi kedua institusi, yaitu SITH ITB dengan pihak Temple University, Philadelphia-Amerika Serikat.