Studi Banding ke Yayasan Walungan, SITH – ITB Kenalkan Sistem Pertanian Terintegrasi
Penulis : Dr. Ramadhani Eka Putra, Dr. Mia Rosmiati, Farhan Ilham Wira Rohmat, S.T.
LEMBANG, SITH.ITB.AC.ID – Sebagai langkah pengenalan inovasi dan teknologi di bidang pertanian sekaligus memperkaya wawasan petani, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) – ITB kembali mengadakan program pengabdian masyarakat kepada para petani dan peternak dari Kab. Sumedang pada 6 Oktober 2019. Tim PPM yang diketuai oleh Dr. Ramadhani Eka Putra dan Dr. Mia Rosmiati ini menggelar acara studi banding ke Yayasan Walungan Bhakti Nagari di Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kec. Lembang untuk belajar lebih dalam mengenai berbagai inovasi dalam praktik pertanian terpadu yang dapat menguntungkan petani, khususnya pada tanaman kopi
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat Unggulan Perguruan Tinggi (PPMUPT) yang didanai Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristekdikti dengan judul “Diseminasi Teknologi Pemanfaatan Serangga sebagai Peningkat Produksi Pertanian, Penyedia Sumber Nutrisi, Pengolah Limbah Organik, dan Bahan Baku Industri pada Kelompok Tani Berbasis Budidaya dan Pengolahan Kopi”.
“Petani kopi di Indonesia masih kurang efisien dalam melakukan budidaya kopi yang mengakibatkan tingginya biaya produksi kopi. Oleh karena itu, petani diajak untuk melihat dan mempelajari bagaimana praktik pertanian yang sebenarnya bisa diintegrasikan dengan komponen lain agar menekan biaya produksi dan lebih efisien, seperti yang telah dilakukan oleh para praktisi Yayasan Walungan Bhakti Nagari di kampung Pasir Angling”, ujar Dr. Ramadhani.
Yayasan Walungan merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang tata wilayah dan pemberdayaan masyarakat yang diantaranya menyentuh bidang pertanian dan peternakan di Kampung Pasir Angling (www.walungan.org) sejak tahun 2014. Riki Frediansyah, selaku ketua Yayasan Walungan Bhakti Nagari, mengatakan bahwa pelaksanaan pertanian terpadu antara berbagai komoditas tanaman dengan hewan ternak membawa banyak keuntungan. Kotoran sapi yang umumnya dianggap limbah dapat dimanfaatkan menjadi pupuk bokashi dan vermikompos yang selanjutnya digunakan sebagai input pupuk untuk tanaman kopi sehingga mengurangi biaya produksi petani dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Limbah kulit kopi pun dapat dimanfaatkan kembali sebagai media tanaman dan pupuk. Penggunaan pupuk organik ini dapat memperbaiki kualitas tanah karena mengandung banyak mikroba yang menguntungkan. Petani juga dapat meningkatkan hasil pertanian dan menambah pendapatan dengan mengintergrasikan kopi dengan tanaman jeruk. Selain itu, Yayasan Walungan juga berbagi mengenai teknik pengawetan pakan ternak dengan silase dan pengendalian hama hortikultura dengan pestisida alami dan tumpang sari yang lebih ramah lingkungan.
“Respon petani Desa Genteng dan Desa Nagarawangi yang kami ajak ke sini sangat positif. Para petani merasa terinspirasi dan termotivasi melihat bagaimana pertanian ternyata bisa padukan dengan cara-cara yang mudah dibantu dengan teknologi-teknologi sederhana yang bisa dilakukan sendiri oleh para petani. Diharapkan ilmu yang didapat bisa diterapkan di Desa Genteng dan Desa Nagarawangi, Kab. Sumedang sehingga terjadi peningkatan produksi pertanian dengan kualitas yang baik”. ujar Dr. Mia Rosmiati.
Foto-foto kegiatan studi banding