Tim SITH ITB Kembali Menginisiasi Aktivitas Budidaya Jamur pada KWT Mekar Mandiri, Sumedang
Tim Pengabdian Masyarakat Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB yang terdiri dari Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, Dr. Ir. Mia Rosmiati, Dr. Ir. Mustika Dewi, Dr. Ir. Rika Alfianny, Dr. Ir. Aos, dan Azizah Nur Fitriani, S.Si pada Minggu, 29 Agustus 2021 kembali mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat di Desa Cibunar, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Kali ini, tim Pengabdian Masyarakat SITH-LPPM ITB berkolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Mandiri melaksanakan kegiatan pelatihan dengan topik kultivasi serta budidaya jamur tiram dan kuping.
Kegiatan pelatihan ini menjadi salah satu upaya untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat dan juga meningkatkan nilai potensi sumber daya lokal dengan teknologi dan teknik budidaya jamur yang efektif untuk mendukung berjalannya program pengendalian angka stunting di Rancakalong, Sumedang. Menurut perwakilan tim, Dr. Mustika Dewi, budidaya jamur saat ini dapat menjadi usaha yang menjanjikan, mengingat potensi jamur sebagai bahan pangan nutraseutikal sangat tinggi, ditambah dengan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang mengarah ke pola hidup sehat. Untuk itu, pengetahuan terkait dasar kultivasi jamur sangat penting untuk dikuasai oleh para peserta.
Dalam kesempatan ini pula, peserta diajarkan bagaimana proses pembuatan media tanam, proses sterilisasi, pembuatan bibit jamur dari proses isolasi, F0, F1, F2 hingga F3 (baglog). Dr. Rika Alfianny, sebagai dosen pemateri kegiatan mencontohkan dan membimbing peserta dalam mengidentifikasi jamur yang berkualitas untuk dijadikan sebagai bibit. “Bibit jamur yang baik adalah yang berusia tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, warna dan fisik jamur bersih, tidak ada hama, dan yang terpenting dalam proses kultivasi jamur adalah teknik aseptis. Bagaimana kita bisa menjaga lingkungan kerja dan peralatan kerja selalu aseptis. Jika teknik ini sudah bisa dikuasai dengan baik, maka tingkat kontaminasi dapat diturunkan dan kualitas bibit jamur dapat terjamin sehingga meminimalisir tingkat kegagalan dalam budidaya,” papar Dr. Rika Alfianny.
Para anggota KWT Mekar Mandiri yang terdiri dari 15 orang anggota sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan. Peserta diberikan kesempatan untuk langsung mencoba melakukan proses isolasi dan kultivasi jamur yang sesuai standar, didampingi oleh pengawasan tim. Ajang pelatihan ini juga dimanfaatkan sebagai kesempatan berdiskusi terkait permasalahan yang dialami oleh para anggota KWT dalam memulai proses budidaya yang baru dirintis. Selain itu, dilakukan juga pembahasan mengenai prospek ke depannya, sasaran distribusi, dan rencana pemasaran produk jamur yang dihasilkan dan pengolahan berbagai produk turunan berbahan baku jamur.
Walaupun baru aktif selama lima bulan, KWT Mekar Mandiri sudah sangat aktif dan berkembang dalam kegiatan budidaya jamur, peternakan ayam Elba, budidaya lele dan pengolahan kopi menjadi kopi siap seduh. Ke depannya, “KWT Mekar Mandiri berharap dapat membuat suatu bisnis café yang dikelola secara mandiri dan menjual produk-produk dari komoditas yang mereka budidayakan,”ungkap Ibu Dewi, Ketua KWT Mekar Mandiri.
Hasil kegiatan PPM Tim SITH di KWT Mekar Mandiri diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para anggota KWT Mekar Mandiri dalam budidaya jamur tiram dan kuping sehingga para anggota KWT dapat melaksanakan budidaya jamur mulai dari penyiapan bibit hingga proses panen serta pascapanen jamur secara mandiri dengan memanfaatkan teknik yang sudah diajarkan, peralatan budidaya, bibit jamur, dan fasilitas kumbung serta alat sterilisasi yang telah diberikan oleh tim SITH ITB. Pengawasan, pemantauan dan koordinasi akan terus dilakukan diantara tim SITH ITB, pemerintah dan stakeholder terkait dengan KWT Mekar Mandiri agar kegiatan ini dapat terus berkembang dan berkelanjutan, sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemiskinan dan stunting di Kecamatan Rancakalong.