SITH Bangun Green House Pengering Kopi Hemat Energi dan Ramah Lingkungan untuk Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis
Salah satu teknologi pasca panen yag memengaruhi kualitas kopi adalah teknik pengeringan buah kopi. Kegiatan pengeringan hasil panen buah kopi, sebaiknya dilakukan pada tempat (ruang) dimana kondisi suhu dan kelembabanya dapat dikontrol dengan baik, antara lain dapat dilakukan di dalam bangunan Green Huose (GH) pengering kopi. Selama ini Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis yang diketuai Pak Saepudin, belum memiliki fasilitas bangunan GH pengering kopi yang ideal, sehingga pengeringan buah kopi dilakukan dengan fasilitas apa adanya. Sudah tentu kualitas hasil pengeringan buah kopi masih rendah. Oleh karena itu, petani kopi di sekitar Gunung Geulis (Gugeul) sangat membutuhkan adanya fasilatas bangunan GH pengering buah kopi. Memahami permasalahan dan kebutuhan kelompok petani kopi Gugeul tersebut, maka tahun ini SITH memberikan bantuan merancang dan membangun GH pengering kopi yang hemat energi dan ramah lingkungan melalui program pengabdian pada masyarakat (PPM).
Kegiatan PPM merancang dan membangun GH pengering kopi tersebut dilaksanakan di Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang (31 Oktober 2021). PPM ini didanai dari dana LPPM ITB melalui skema bottom up. Tim PPM SITH diketuai oleh Dr. Ir. Yayat Hidayat MSi, beranggotakan Dr. Ir. Rijanti Rahaju Maulani MSi dan Ahim Ruswandi MP. Kegiatan PPM tahun ini melibatkan dua mahasiswa melalui skema MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). PPM ini bertujuan untuk membantu komuitas petani kopi Gugeul merancang dan membangun bangunan GH pengering buah kopi yang hemat energi dan ramah lingkungan. Tujuan PPM ini sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s) butir ke 7 yaitu industri, inovai dan infrastruktur.
Pelaksanaan PPM dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu (1) penyuluhan pemahaman konsep dasar pengeringan, (2) penyusunan rancangan/desain bangunan GH pengering kopi dan (3) pelaksanaan pembangunan GH pengering kopi. Toeri pemahaman konsep dasar pengeringan disampaikan dalam bentuk kegiatan penyuluhan/pelatihan, dengan menghadirkan tutor ahli bidang konservasi energi dari Polban, Dr. Sapto Prayogo. Setelah peserta memahami konsep-konsep pengeringan tersebut dilanjutkan dengan kerja kelompok penyusunan rancangan/desain bangunan GH pengering kopi. Rancangan bangunan GH pengering ini dilakukan oleh komunitas petani kopi, melalui musyawarah kelompok dibimbing oleh tim PPM SITH dan tutor. Prinsip rancangan GH adalah hemat energi dan ramah lingkungan disingkat “Herang” (Energy Efficient Environment Friendly), artinya bahwa dalam pembangunan GH harus efektif dan efisien menggunakan bahan-bahan yang murah serta aman bagi ligkungan. Hasil penyusunan rancangan berupa gambar/desain bangunan, rancangan anggaran biaya serta tata waktu pelaksanaan pembangunan. Tahapan yang terakhir adalah pelaksanaan pembangunan fisik bangunan GH herang. Pelaksanaan pembangunan akan dilakukan secara kerja gotong royong para petani kopi Gugeul. Material bangunan sebagian diadakan secara swadaya kelompok dan sebagian lagi berasal dari bantuan ITB.
Bangunan pengering yang memanfaatkan energi surya (Green House/GH) merupakan pilihan alternatif. Faktor yang mendorong berkembangnya bangunan pengering energi surya (GH) di Indonesia dikarenakan ketersediaan energi surya yang melimpah, dan merupakan energi terbarukan, gratis dan ramah lingkungan. Pengering GH yang dirancang tim PPM SITH ITB adalah bangunan pengering berenergi surya yang memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi karena adanya penutup transparan pada dinding bangunan serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan suhu udara ruang pengering. Lapisan transparan memungkinkan radiasi gelombang pendek dari matahari masuk ke dalam dan mengenai elemen-elemen bangunan (termasuk plat absorber). Hal ini menyebabkan radiasi gelombang pendek yang terpantul berubah menjadi gelombang panjang dan terperangkap dalam bangunan karena tidak dapat menembus penutup transparan sehingga menyebabkan suhu menjadi tinggi. Proses inilah yang dinamakan efek rumah kaca.
Bangunan GH pengering “Herang” dirancang berukuran 11m x 4m dengan tinggi 2m. Konstruksi bangunan menggunakan bahan bahan non logam dan ramah lingkungan. Atap dan dinding bangunan mengunakan plastik UV. Rak jemuran buah kopi dibuat bertingkat untuk menjalankan system pengeringan berotasi. Secara garis besar bangunan pengering terdiri dari dua bagian yaitu bangunan beratap dan bangunan yang tidak beratap. Alur proses pengeringan dimulai dari bangunan tidak beratap lalu masuk ke bangunan beratap. Bangunan pengering “Herang” ini pada prinsipnya dirancang dengan biaya murah dengan mengunakan bahan konstruksi bambu dan bersifat ramah lingkingan. Cara kerjanya adalah menjebak panas di dalam ruangan GH dan mengeluarkan uap air yang terjebak di dalam ruangan GH sehingga proses pengeringan berjalan dengan baik, tidak menimbulkan efek “cash harderning”.
Suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya proses penguapan air dari objek yang dikeringkan, dan uap air yang meninggalkan objek pengeringan menyebabkan meningkatnya kelembaban di dalam ruangan. Hal ini akan mengurangi efektifitas proses penguapan pada tahap selanjutnya. Untuk menjaga agar proses penguapan tetap berlangsung dengan baik, maka kelembaban di dalam ruangan harus dijaga pada tingkat yang memadai. Pengaliran udara dari luar serta upaya membuang udara basah dapat dilakukan dengan menggunakan bebrapa metode.