SITH ITB Gelar Kunjungan Lapangan Terintegrasi, Kenalkan Berbagai Dunia Kehutanan kepada Mahasiswa
MUARA ENIM, sith.itb.ac.id — Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB menyelenggarakan Kunjungan Lapangan Terintegrasi pada hari Rabu (15/1/2025) hingga Senin (20/1/2025). Kegiatan ini diikuti oleh 62 orang mahasiswa Program Studi Rekayasa Kehutanan, 5 orang asisten, serta 7 orang dosen. Kegiatan ini merupakan pemenuhan dari mata kuliah Kunjungan Lapangan Terintegrasi yang wajib diambil oleh mahasiswa Rekayasa Kehutanan terutama angkatan 2022.
Terdapat empat tempat utama yang dikunjungi dalam kegiatan kali ini, yakni: (1) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Gunung Balak, Desa Giri Mulyo, Lampung; (2) PT Bukit Asam Tbk., Sumatera Selatan; (3) PT Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan; dan (4) Taman Nasional Way Kambas, Lampung.
Pada hari pertama, terdapat kunjungan ke KPH Gunung Balak, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Saat kunjungan, mahasiswa mempelajari bagaimana masyarakat setempat dilibatkan secara aktif oleh pemerintah (dalam hal ini Dinas Kehutanan Provinsi Lampung melalui KPH Gunung Balak) dalam program konservasi lingkungan.
Kemudian, di hari kedua, terdapat kunjungan ke PT Bukit Asam Tbk., Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan. PT Bukit Asam Tbk. merupakan perusahaan tambang batubara yang secara aktif melakukan reklamasi lahan pasca tambang sehingga mahasiswa dapat mempelajari contoh nyata penerapan ilmu dan teknik dasar rekayasa hutan dalam program reforestasi.
Selanjutnya pada hari ketiga, tim mengunjungi PT Musi Hutan Persada yang berada di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan. PT Musi Hutan Persada merupakan perusahaan pemasok kayu untuk industri pulp and paper sehingga mahasiswa dapat mempelajari teknik-teknik perencanaan, penanaman, dan pengelolaan hutan secara berkelanjutan untuk keperluan industri.
Pada hari terakhir, tim melakukan kunjungan ke Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Di sini, mahasiswa mempelajari nilai penting perlindungan hutan beserta biodiversitas yang ada di dalamnya, juga strategi pelestarian satwa langka yang terancam punah, seperti badak sumatera dan gajah sumatera.
Salah satu peserta Kunjungan Lapangan Terintegrasi ini, Yadi Apriadi (Rekayasa Kehutanan, 2022) mengungkapkan bahwa kegiatan ini menarik dan bermanfaat karena ia dapat melihat secara langsung apa yang diajarkan di kelas.
“Untuk kunjungan lapangan sendiri sudah sangat keren dan proper, dalam artian kita bukan hanya jalan-jalan tetapi juga bisa melihat langsung implementasi dari apa yang sering kita pelajari di kelas, jadi kita bisa kebayang kayak misalnya tata cara konservasi hidupan liar, manajemen persemaian, manajemen HTI, dan lain sebagainya” ungkapnya.
Menurut Koordinator Mata Kuliah Kunjungan Lapangan Terintegrasi, Noviana Budianti, S.Si., M.Si., Ph.D., kunjungan ini bertujuan untuk pengayaan (enrichment) bagi tiga mata kuliah wajib lainnya, yaitu Teknik Perencanaan Hutan, Teknik Silvikultur, dan Biometri Hutan. Oleh karena itu, mata kuliah ini dirancang agar mahasiswa dapat mengintegrasikan pengetahuan yang diperolehnya selama menjalani ketiga mata kuliah wajib tersebut dengan informasi yang diperoleh di lapangan.
“Melalui site visit dan interaksi langsung dengan para pemangku kawasan, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh tambahan wawasan, perspektif, dan pengalaman mengenai berbagai bentuk pengelolaan hutan di Indonesia” tuturnya.
“Kegiatan ini diharapkan dapat memperkenalkan Prodi Rekayasa Kehutanan SITH-ITB kepada berbagai instansi yang bergerak di bidang kehutanan, mengingat usia prodi yang masih muda (13 tahun) dibandingkan prodi kehutanan lainnya di Indonesia.” jelasnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa Kunjungan Lapangan Terintegrasi merupakan mata kuliah baru di Kurikulum 2024 sehingga semua aspek harus dirancang dan dipersiapkan dari nol, tanpa ada contoh yang dapat dijadikan referensi. Kendati demikian, kegiatan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti. Seluruh peserta cukup antusias meskipun melalui perjalanan darat selama berjam-jam untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.
“Jumlah instansi dan lokasi yang dikunjungi juga menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menyusun jadwal kegiatan dan menyesuaikan kebutuhan materi. Namun dengan sistem koordinasi yang terstruktur dan bantuan dari asisten serta dukungan dari dosen lainnya, segala tantangan ini dapat teratasi sehingga dihasilkan rangkaian kegiatan yang efisien dan sesuai target” ungkapnya.
Beliau berharap ke depannya pelaksanaan Kunjungan Lapangan Terintegrasi ini dapat lebih baik lagi dan dapat bekerja sama dengan lebih banyak instansi lainnya. “Ke depannya, saya harap Kunjungan Lapangan Terintegrasi dapat dilaksanakan dengan lebih baik sehingga bisa memberikan manfaat yang lebih maksimal bagi seluruh peserta. Saya juga berharap bisa bekerjasama dengan lebih banyak instansi agar setiap angkatan memiliki pengalaman yang unik dalam pelaksanaan Kunjungan Lapangan Terintegrasi ini.” pungkasnya.
Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)
Editor : AKH