Enter your keyword

Dari Limbah jadi Manfaat: Pengabdian Mahasiswa SITH ITB Hadirkan Pupuk Organik Cair dan Eco-Enzyme di Desa Cupunagara, Subang

Dari Limbah jadi Manfaat: Pengabdian Mahasiswa SITH ITB Hadirkan Pupuk Organik Cair dan Eco-Enzyme di Desa Cupunagara, Subang

BANDUNG, sith.itb.ac.id – Dua himpunan mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB), yaitu Himpunan Mahasiswa Biologi “Nymphaea” dan Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi “Archaea” sukses berkolaborasi dalam menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Cupunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Hingga saat ini, kegiatan masih terus berlanjut dengan melibatkan warga secara aktif dalam pengolahan limbah organik. Pupuk organik cair yang dihasilkan bahkan sudah mulai digunakan di lahan pertanian warga, dengan implementasi perdana yang dilakukan pada Minggu, 11 Mei 2025. Program pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang HIMABIO “Nymphaea” ITB dalam pengembangan desa binaan melalui pendekatan community development.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berangkat dari permasalahan yang ditemui di Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, sebuah desa agraris yang sebagian besar mata pencaharian warganya bergantung pada sektor pertanian. Ketergantungan pada pupuk kimia dan minimnya akses terhadap solusi pertanian berkelanjutan menjadi tantangan utama yang perlu dibenahi. Di sisi lain, pengelolaan limbah organik rumah tangga di desa ini pun belum dilakukan dengan optimal. Padahal, limbah organik tersebut berpotensi diolah menjadi pupuk organik cair dan eco-enzyme yang dapat bermanfaat bagi sektor pertanian.

Melihat tantangan dan potensi tersebut, HIMABIO “Nymphaea” ITB bersama dengan HIMAMIKRO “Archaea” ITB melalui kegiatan pengabdian masyarakat berupaya memperkenalkan teknologi sederhana untuk mengelola limbah yang sekaligus dapat meningkatkan produktivitas pertanian warga. Dalam pelaksanaannya, kedua himpunan mahasiswa tersebut berhasil memperoleh pendanaan dari Direktorat Kemahasiswaan ITB yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan ini. Kegiatan tersebut juga berada dibawah arahan Dosen Pembimbing Kemahasiswaan Biologi SITH ITB, Dr. Andira Rahmawati.

Menurut Dr. Andira, Peran mahasiswa dalam kegiatan ini mencerminkan penerapan nilai-nilai tridarma perguruan tinggi, khususnya dalam aspek pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka tidak hanya menjadi agen perubahan, tetapi juga pembelajar aktif yang tumbuh melalui interaksi langsung dengan masyarakat. ”Sebagai dosen kemahasiswaan, saya sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan Pengabdian Masyarakat yang merupakan kegiatan kolaborasi himpunan mahasiswa Nymphaea dan Archaea, dampak kegiatan ini tidak hanya terbatas pada peningkatan pengetahuan masyarakat, tetapi juga memiliki potensi jangka panjang dalam menciptakan sistem pertanian berkelanjutan dan meningkatkan nilai ekonomi bagi petani setempat,” papar Dr. Andira.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah organik rumah tangga, melatih warga dalam pembuatan pupuk organik cair dan eco-enzyme melalui metode fermentasi sederhana, serta mendorong kemandirian petani dalam menghasilkan pupuk sendiri guna mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Dengan demikian, diharapkan desa ini dapat mewujudkan praktik pertanian organik yang lebih berkelanjutan dan berbasis komunitas.

Himpunan Mahasiswa Biologi “Nymphaea” dan Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi “Archaea” menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Cupunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (22/2/2025). (Dok. Tim pengabdian masyarakat)

Sejak diinisiasi pertama kali pada 22 Februari 2025, kegiatan yang dipimpin oleh M. Luqman Dzaky (Biologi, 2021), Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat HIMABIO “Nymphaea” ITB, dan dibantu oleh 8 mahasiswa lainnya sebagai tim pelaksana, masih berlangsung dengan monitoring berkala hingga saat ini.

“Pengabdian masyarakat ini berupaya menawarkan solusi berbasis keilmuan Biologi dan Mikrobiologi untuk membantu mengatasi permasalahan pengelolaan limbah organik di Desa Cupunagara. Desa ini belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau sistem pengelolaan sampah terpadu, sehingga limbah organik seperti sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan masih sering dibuang sembarangan atau dibakar yang berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan. Harapannya limbah organik tersebut dapat diubah menjadi sebuah produk seperti pupuk dan eco-enzyme yang bermanfaat ,” ujar Luqman.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk lokakarya yang melibatkan langsung warga Desa Cupunagara. Kegiatan dimulai dengan penyuluhan mengenai pengelolaan limbah organik dan manfaatnya dalam pertanian. Selanjutnya, peserta diajak untuk mengikuti demonstrasi pembuatan pupuk cair menggunakan bahan-bahan sederhana seperti rebung, EM4, gula merah, dan air kelapa. Selain itu, tim mahasiswa juga mengadakan pelatihan pembuatan eco-enzyme, sebuah cairan hasil fermentasi dari sisa buah dan sayuran yang dilakukan selama beberapa minggu. Pada akhir sesi, diadakan diskusi terbuka untuk menyesuaikan metode dengan kondisi lokal masyarakat desa.

Sasaran utama dari kegiatan ini adalah petani, ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, serta kader lingkungan dan perwakilan kelompok tani lokal Desa Cupunagara.

Mahasiswa ITB menyelenggarakan praktik pembuatan pupuk cair dan eco-enzyme bersama warga di Desa Cupunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (22/2/2025). (Dok. Tim pengabdian masyarakat)

Hal yang paling berkesan bagi tim mahasiswa ITB dalam kegiatan ini adalah antusiasme tinggi yang ditunjukkan oleh warga setempat, baik dalam sesi pemaparan materi maupun saat kegiatan praktik.

“Semua warga yang mengikuti kegiatan ini menunjukkan antusiasme yang tinggi, terutama pada kegiatan praktik pembuatan pupuk cair dan eco-enzyme. Selain itu, sejak awal tim mahasiswa datang untuk survei, warga menerima kedatangan kami dengan baik. Ini merupakan pengalaman berkesan bagi saya dan mahasiswa lainnya karena dapat secara langsung berinteraksi dengan warga desa untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada,” ujar Luqman.

Selain mendorong kemandirian masyarakat, program ini juga membuka peluang pengembangan usaha mikro berbasis produk ramah lingkungan yang dapat turut meningkatkan perekonomian desa. Program ini sekaligus menunjukkan kontribusi mahasiswa dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan menghadirkan solusi atas permasalahan masyarakat melalui pendekatan berbasis ilmu dan kolaborasi.

“Program ini merupakan awal yang baik untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Harapannya program ini dapat benar-benar membantu masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, harapannya kedepannya produk pupuk cair dan eco-enzyme yang dihasilkan dari limbah organik warga tidak hanya bisa dimanfaatkan oleh warga, tetapi bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak,“ ujar Luqman.

Reporter: Wanda Dantini Putri (Biologi, 2021)
Editor : Ardhiani Kurnia Hidayanti

 

X