Manfaatkan Mikroalga Sebagai Floating Carbon Capture, Gabungan Tim Mahasiswa SITH, FTI, dan FTSL ITB Raih Runner Up di Ajang International Energy Fair
Caption: Tim Project ALFRED meraih 2nd Runner Up Paper and Poster Competition BOREYES 2025
BANDUNG, sith.itb.ac.id – Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menorehkan prestasi skala internasional dalam acara BOREYES International Energy Fair 2025 yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineer (SPE) International Student Chapter Universitas Padjadjaran. Tim Project ALFRED, terdiri dari kolaborasi mahasiswa dari berbagai jurusan, yaitu Hanif Yusran Makarim dari Rekayasa Pertanian, SITH, ITB ; Muhammad Daffa Anrizky dari Teknik Bioenergi dan Kemurgi, FTI, ITB; dan Muhammad Rafly Putra Pratama dari Teknik Kelautan, FTSL ITB, berhasil meraih prestasi 2nd Runner Up dalam Paper and Poster Competition BOREYES 2025 pada Sabtu, 10 Mei 2025.
Judul yang diusung tim ini adalah “Project ALFRED: Floating Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) Integrated with Microalgae for Co-firing and Circular Carbon Reduction in Offshore Oil and Gas Industries”. Karya ini menekankan inovasi sistem penangkapan karbon terintegrasi menggunakan teknologi Floating Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) berbasis mikroalga. Sistem ini dirancang khusus untuk lingkungan kilang minyak dan gas lepas pantai. Melalui pendekatan ini, karbon yang tertangkap dari atmosfer diolah dan digunakan kembali oleh mikroalga, lalu mikroalga tersebut dikonversi menjadi energi dalam proses co-firing untuk produksi minyak dan gas pada kilang.
Lebih lanjut, energi yang dihasilkan dari biomassa mikroalga ini tidak berhenti di proses pembakaran. Tim ALFRED menjelaskan bahwa hasil konversi berupa biogas akan digunakan sebagai bahan bakar co-firing yang dicampur dengan gas alam untuk menjalankan sistem Combined Heat and Power (CHP). Sistem ini berfungsi menyediakan listrik dan panas secara simultan guna memenuhi kebutuhan fasilitas floating CCUS dan kilang itu sendiri. Sementara itu, biogas yang surplus akan dimurnikan menjadi Bio-CNG, sehingga dapat dijual langsung kepada konsumen akhir. Dengan demikian, karbon yang semula merupakan limbah justru menjadi sumber energi bernilai tambah yang bisa langsung dimanfaatkan dan dikomersialkan. Tim mereka menunjukkan bahwa bentuk pemanfaatan karbon perlu memiliki manfaat yang meluas untuk menjadi hal yang tidak hanya bersifat solutif, tetapi juga strategis secara ekonomi.
Keunggulan utama pada sistem ini adalah kekokohan sistem di lingkungan laut terbuka dan potensi signifikan dalam menyerap emisi karbon. Terlebih lagi, dampaknya terhadap masyarakat, peningkatan kualitas lingkungan laut melalui penyerapan karbon turut berkontribusi pada peningkatan hasil perikanan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Caption: Desain struktur floating carbon capture yang dibuat oleh Tim Project ALFRED
Selain menghasilkan karya yang unggul dan inovatif, Tim Project ALFRED memiliki kunci keberhasilan dalam kompetisi ini, terutama saat presentasi pada pitching day. Kuncinya adalah memahami nilai dan kelebihan karya mereka serta menyesuaikan penyampaian dengan latar belakang juri.
“Sebenarnya kuncinya sederhana: know your value, know your audience. Dengan memahami karakter juri dan konteks kompetisi, kita bisa menyesuaikan gaya penyampaian dan istilah teknis yang digunakan saat presentasi,” ujar Hanif.
Mereka juga memanfaatkan alat peraga sederhana berupa spons dan sabun untuk menjelaskan konsep teknologi agar lebih sederhana dan mudah dipahami. Tim Project ALFRED menjelaskan bahwa karbon diibaratkan sebagai “sabun” yang diserap oleh spons yang mewakili teknologi Direct Air Capture (DAC). “Sabun” yang telah diserap kemudian ditambahkan dengan “air” sebagai nutrisi dalam pertumbuhan mikroalga, yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku energi. Energi ini kemudian “dicampur” dan dimurnikan kembali menjadi Bio-CNG. Proses ini menggambarkan alur pemanfaatan karbon sebagai sumber energi terbarukan yang berpotensi diterapkan di sektor industri energi lepas pantai.
Strategi lain yang dilakukan oleh Tim Project ALFRED adalah menggunakan penampilan yang seragam dan profesional, sehingga menjadi nilai tambah tersendiri bagi mereka.
“Kami juga ingin tampil beda dan stand out saat presentasi. Saat itu, kami memilih dresscode kain batik yang seragam sehingga dapat menunjukkan kekompakan tim. Selain itu, kami menutup presentasi dengan tagline kami sendiri: #NaturePowered #FutureEnergized,” tambah Hanif.
Prestasi ini tidak hanya mencerminkan keunggulan teknis dan inovasi Tim Project ALFRED, tetapi juga menunjukkan bahwa pendekatan kreatif dan komunikatif memiliki peran penting dalam menyampaikan solusi berbasis sains. Dengan semangat keberlanjutan dan kolaborasi lintas disiplin, mereka berharap karya ini dapat terus dikembangkan dan memberi kontribusi nyata bagi transisi energi di masa depan.
Reporter: Azka Zahara Firdausa (Rekayasa Hayati, 2022)
Editor : Ardhiani Kurnia Hidayanti