Enter your keyword

Rekayasa Kehutanan SITH ITB Gelar Kuliah Lapangan ke Gunung Papandayan untuk Pelajari Ekosistem Hutan Pegunungan

Rekayasa Kehutanan SITH ITB Gelar Kuliah Lapangan ke Gunung Papandayan untuk Pelajari Ekosistem Hutan Pegunungan

Caption: Kuliah Lapangan Praktikum Ekologi Hutan dan Ilmu Tanah di Gunung Papandayan (11/5/2025) (Dok. Tim panitia)

GARUT, sith.itb.ac.id — Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung telah melaksanakan kuliah lapangan di Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Sabtu–Minggu (10–11/5/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah BW2208 Praktikum Ekologi Hutan dan Ilmu Tanah.

Kuliah lapangan ini diikuti oleh 112 orang peserta, yang terdiri dari 86 orang mahasiswa, 20 orang asisten, dan enam orang dosen. Kuliah lapangan ini juga didukung oleh satu orang tenaga kependidikan (kurator Museum Zoologi ITB), tiga orang tenaga medis, dan tiga orang pendamping lapangan.

Kegiatan utama meliputi koleksi data vegetasi, arthropoda (serangga), burung, dan faktor lingkungan (termasuk tanah) di ekosistem hutan hujan tropis pegunungan. Pengambilan data dilakukan di kawasan konservasi Cagar Alam Gunung Papandayan, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Selain itu, peserta juga melakukan trekking melintasi kawah di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan untuk mengamati ekosistem sekitar serta proses suksesi pasca-letusan tahun 2002.

Menurut salah satu dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Hutan dan Ilmu Tanah, Noviana Budianti, S.Si., M.Si., Ph.D., kawasan Gunung Papandayan dipilih selain karena mewakili karakteristik ekosistem hutan alami pasca letusan, juga lokasinya yang cukup dekat dari ITB Kampus Jatinangor.

“Sebagai salah satu kawasan konservasi yang berstatus Cagar Alam, Gunung Papandayan memiliki ekosistem yang masih terjaga sehingga menjadi tempat yang ideal bagi mahasiswa untuk mempelajari karakteristik hutan dalam kondisi alami. Papandayan juga memiliki area yang terdampak oleh letusan gunung berapi sehingga menyediakan sarana untuk mengamati dan mempelajari proses suksesi primer yang terjadi setelah gangguan. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Kampus Jatinangor, sekitar 75 km, juga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih Gunung Papandayan sebagai tempat pelaksanaan kuliah lapangan tahun ini,” tuturnya.

Caption: Pencuplikan data oleh praktikan (10/5/2025) (Dok. Tim panitia)

Beliau menuturkan ada beberapa tantangan yang dihadapi tim pada saat di lapangan di antaranya cuaca dan kondisi elevasi medan “Tantangan yang cukup signifikan adalah cuaca di lapangan yang masih didominasi oleh hujan. Akibatnya, beberapa jadwal pengamatan dan pengukuran harus diatur ulang agar target materi tetap tercapai. Elevasi lokasi kegiatan yang lebih dari 1.800 m di atas permukaan laut dan topografi yang cukup curam juga menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga stamina dan kesehatan seluruh peserta,” jelasnya.

Beliau juga berharap kegiatan ini dapat memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah, sekaligus menjadi masukan untuk pelaksanaan yang lebih baik di masa depan.

“Kegiatan kuliah lapangan diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap berbagai materi yang sudah dipelajari di kampus. Oleh karena itu, dengan mengevaluasi keberjalanan kuliah lapangan tahun ini, diharapkan pelaksanaan di tahun-tahun mendatang dapat lebih baik lagi, baik dari aspek materi yang dikaji maupun teknis pelaksanaannya,” ujarnya.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)

Editor : Jeprianto Manurung

X