SITH ITB Latih Peternak Jatiroke Atasi Krisis Pakan Melalui Pembuatan Silase Probiotik
Sumedang, sith.itb.ac.id – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB), menyelenggarakan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) untuk mengatasi kelangkaan pakan yang kerap dialami peternak domba di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Sumedang. Melalui program pendampingan komprehensif yang berlangsung dari Agustus hingga November 2025, tim dosen SITH ITB memberikan pelatihan pembuatan silase probiotik sebagai solusi pakan ternak yang berkelanjutan.

Pelatihan pembuatan silase probiotik kepada kelompok peternak “Taruna Tani”.
Pelatihan ini dipimpin oleh Dr. Ir. Yayat Hidayat, dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan SITH ITB, didampingi oleh Dr. Alfi Rumidatul, serta Dr. Anca Awal Sembada. Program ini mengusung tema “Aplikasi Teknologi Silase Probiotik dan Tepung Maezena dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah Hasil Agroforestri Jagung Toleran Naungan pada Masyarakat Petani Hutan Gunung Geulis”. Sebanyak 40 peternak yang tergabung dalam kelompok “Taruna Tani” turut serta dalam kegiatan tersebut.
Dari Persiapan hingga Praktik Lapangan
Pelaksanaan PPM ini terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari persiapan, survei pendahuluan, pelatihan teori dan praktik, perancangan alat, hingga monitoring-evaluasi dan pelaporan. Sesi teori disampaikan secara intensif dalam satu hari penuh, sementara praktik pembuatan silase probiotik berlangsung selama 1–2 bulan.

Praktik pembuatan pakan silase probiotik oleh kelompok peternak “Taruna Tani”.
Pada sesi praktik, para peternak dibimbing langsung untuk membuat pakan silase probiotik dengan memanfaatkan bahan lokal. Proses dimulai dari persiapan bahan pakan dari sekitar kebun warga, kemudian dicacah dan dicampur dengan dedak. Selanjutnya, probiotik yang sudah diaktivasi dengan molase dicampurkan secara merata sebelum pakan disimpan dalam tong. Hasilnya adalah stok pakan bernutrisi yang dapat digunakan peternak.
Menurut Dr. Anca, teknologi silase probiotik ini memiliki sejumlah keunggulan. “Silase probiotik lebih bergizi, higienis, bisa disimpan dalam jangka panjang, bahkan bisa diperkaya dengan campuran bekatul atau vitamin, dan ke depan dapat dikembangkan menjadi pakan pelet,” jelasnya.
Mengubah Krisis Jadi Peluang
Selama ini, banyak peternak di Jatiroke mengandalkan daun pohon gmelina (Gmelina arborea) atau sobsi (Maesopsis eminii) untuk pakan ternak. Padahal, limbah pertanian seperti jagung, padi, atau sayuran sebenarnya dapat dimanfaatkan melalui teknologi fermentasi probiotik. Hasilnya, limbah yang semula kurang bernilai bisa menjadi pakan berkualitas tinggi sekaligus ramah lingkungan.
“Dengan silase probiotik, peternak tidak perlu lagi bergantung pada rumput dari lokasi jauh. Limbah pertanian pun bisa diolah menjadi pakan bergizi,” terang Dr. Anca.
Ketua kelompok peternak “Taruna Tani”, Saepudin, menyambut baik inovasi ini. Ia menyampaikan rasa syukur atas pendampingan yang diberikan. “Kami kini bisa menyiapkan pakan bergizi dengan lebih mudah, tanpa harus repot mencari rumput. Teknologi ini sangat membantu mengatasi kesulitan pakan saat kemarau,” ungkapnya.
Harapan dan Keberlanjutan
Program ini tidak hanya akan selesai pada pelatihan. Menurut Dr. Yayat, tindak lanjut sudah disiapkan agar kegiatan ini dapat berkelanjutan. “Kelompok Taruna Tani sudah kami fasilitasi dengan alat pencacah dan sarana lainnya untuk membuat silase probiotik. Mereka juga sudah mendapatkan pengetahuan dasar, dan didorong untuk bereksperimen menemukan formulasi terbaik dari bahan organik yang tersedia. Ke depan, tindak lanjutnya adalah mengembangkan silase dalam bentuk pelet agar mudah dikemas dan bisa disimpan lebih lama,” jelasnya.

Praktik pembuatan pakan silase probiotik oleh kelompok peternak “Taruna Tani” dengan arahan dari Tim Dosen SITH ITB.
Antusiasme para peternak menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Dr. Yayat, dengan berbagi ilmu dan teknologi yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Pengalaman ini juga menjadi pengingat pentingnya transfer ilmu dari lingkungan akademik kampus ke masyarakat.
“Saya bahagia bisa berbagi ilmu yang langsung menjawab kebutuhan nyata. Lebih membahagiakan rasanya ketika hasil penelitian bisa dimanfaatkan petani dibanding hanya berhenti di jurnal internasional. Masyarakat lebih membutuhkan hasil penelitian yang berdampak langsung pada usaha mereka,” ungkap Dr. Yayat.
Beliau pun berpesan kepada para peternak agar terus berinovasi. “Kami hanya memberi pemantik dasar teknologi silase probiotik. Peternak dapat berkreasi dengan berbagai campuran hingga menemukan formulasi yang paling baik, dan jika sudah menemukan formulasi terbaik dapat berbagi dengan peternak lain,” tambah Dr. Yayat.
Program ini juga didukung oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudristek, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat ITB, Dekan SITH ITB, Forum Komunikasi Gunung Geulis, serta kelompok tani hutan “Taruna Tani”. Dukungan multipihak ini diharapkan menjadi fondasi keberlanjutan program agar teknologi silase probiotik semakin meluas ke masyarakat peternak di wilayah lain.
Dokumentasi video kegiatan pengabdian masyarakat dapat dilihat pada tautan instagram berikut:https://www.instagram.com/reel/DPSwGeKEUWr/?igsh=MTk3amg4YWI3NDFvZg==
Kontributor: Trinitaty Bulan M Hutabarat (Biomanajemen, 2025), Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)
Editor: AKH