Mahasiswa SITH ITB Kembangkan Teknologi Deteksi Cepat Hepatitis B Berbasis CRISPR-Cas9
Bandung, sith.itb.ac.id—Tim PINTAR Diagnostics dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta (PKM-RE) 2025 yang diselenggarakan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Dikti.
Tim tersebut beranggotakan Maria Audrey (Biologi), Taliasari Aulia Fatiha (Biologi), dan Muhammad Firdaus (Mikrobiologi). Saat ini tim sedang bersiap menghadapi tahap Penilaian Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan (PKP2) pada 19-26 Oktober 2025, sebelum melangkah ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) pada November mendatang.
PKM Merupakan salah satu ajang pengembangan inovasi bergensi di tingkat nasional yang digagas oleh Ditjen Diktiristek. Program ini memungkinkan mahasiswa seluruh Indonesia mengembangkan ide-ide dan riset inovatif yang dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat. PKM terdiri atas berbagai bidang, di antaranya PKM-Riset Eksakta (PKM-RE).
Tim PINTAR Diagnostics mengusung riset berjudul “Produksi Amplikon Target Terbiotinilasi dan Karakterisasi Kompleks CRISPR Cas9-sgRNA untuk Pengembangan Diagnostik Lateral Flow Assay Virus Hepatitis B.” Riset ini berfokus pada pengembangan metode deteksi cepat untuk virus Hepatitis B (HBV) berbasis CRISPR-Cas9 yang diharapkan dapat menjembatani keterbatasan system deteksi konvensional berbasis antibodi.
“Jika rapid test Covid-19 mengenali antibodi, sistem kami justru mengenali DNA virus menggunakan CRISPR. Karena laju mutasi HBV sangat tinggi, banyak alat uji berbasis antibodi yang gagal mendeteksi varian lokal. CRISPR bisa jadi solusi karena target DNA-nya mudah disesuaikan tanpa perlu mengganti komponen lain,” ujar ketua tim PINTAR Diagnostics, Maria Audrey.
Dibandingkan dengan kit diagnostic komersial di pasaran, sIstem berbasis CRISPR lebih fleksibel dan presisi. Melalui system Cas9-sgRNA, deteksi dilakukan melalui pengenalan sekuens DNA virus spesifik sehingga proses identifikasi tidak terganggu oleh mutasi pada protein virus. Sistem ini memungkinkan pengembangan alat diagnostic yang lebih universal untuk berbagai varian virus Hepatitis B yang beredar di Indonesia.
Menurut Taliasari Aulia Fatiha, riset ini menggunakan dua jalur, yaitu in silico (dry lab) dan in vitro (wet lab). “Analisis in silico dilakukan untuk desain single-guide RNA (sgRNA), yaitu komponen yang mengarahkan Cas9 ke target DNA virus. Setelah desain selesai, kami melanjutkan eksperimen in vitro untuk memproduksi sgRNA, membentuk kompleks Cas9-sgRNA, dan menguji interaksi kompleks tersebut dengan sekuens target HBV,” ujarnya.
“Banyak tahapan di wet lab yang harus diulang karena hasil awal tidak sesuai ekspektasi. Tapi proses itu justru melatih kami berpikir kritis dan sabar dalam troubleshooting. Kami juga belajar untuk memanfaatkan setiap data, sekecil apa pun, supaya bisa menjelaskan fenomena yang kami amati,” ujar Firdaus.
Perjalanan riset oleh tim ini dimulai dari Student Research Program (SRP) 2024, sebuah program inkubasi riset mahasiswa ITB di bawah naungan Ganesha Student Innovation Center (GSIC) Keluarga Mahasiswa (KM) ITB yang menjadi wadah pelatihan sebelum ajang PKM nasional. Pada program tersebut, PINTAR Diagnostics mendapat kesempatan untuk mematangkan ide, penyusun metodologi, dan melakukan validasi awal sebelum mengajukan proposal ke Belmawa Dikti.
Dua dosen pembimbing yang merupakan pakar di bidang CRISPR dan virologi, yaitu Karlia Meitha, Ph.D. dan Ernawati Arifin Giri-Rachman, Ph.D. mendukung penuh keberlangsungan riset yang dilakukan oleh tim. “Bu Meitha dan Bu Erna selalu membuka ruang diskusi dan membimbing kami dengan sabar. Saat hasilnya tidak sesuai ekspektasi, mereka membantu kami mengevaluasi dan mencari pendekatan baru,” kata Audrey.

Tim PINTAR Diagnostics bersama Karlia Meitha, Ph.D. Selaku Dosen Pembimbing
Talia juga mengungkapkan bahwa program PKM ini memberikan pengalaman manajemen waktu dan komunikasi ilmiah. “Kami belajar bukan hanya tentang sains, tapi juga tentang grit dan persistensi. Semua proses, mulai dari menulis laporan sampai eksperimen di lab, mengajarkan kami tentang cara berpikir sistematis dan tangguh menghadapi kegagalan,” ungkapnya.
Selain itu, bagi Firdaus PKM juga membuka wawasan mengenai bagaimana riset dasar dapat diarahkan menuju inovasi nyata di bidang kesehatan. “Kami jadi lebih sadar bahwa riset tidak berhenti di laboratorium. Harapannya, proyek ini bisa terus berlanjut ke tahap prototyping agar dapat berkontribusi pada pengembangan alat diagnostik di Indonesia,” ujarnya.
Tahun ini terdapat 1590 proposal PKM 2025 yang lolos pendanaan di seluruh Indonesia dengan dua di antaranya berasal dari ITB di bidang Riset Eksakta. Di antara representasi ITB tersebut, Tim PINTAR Diagnostics menjadi salah satunya. Pengumuman tim yang melaju ke PIMNAS 2025 dijadwalkan pada 7 November 2025.
Karlia Meitha, Ph.D. selaku dosen pembimbing proyek ini mengungkapkan perasaan senangnya dalam membimbing tim PINTAR Diagnostics. “Proyek ini mungkin yang paling pertama di Indonesia dalam pengembangan diagnostic berbasis CAS9 dengan penyakit hepatitis B. Hepatitis B dipilih karena di Indonesia jumlah penderitanya masih cukup tinggi. Teknologi ini mentarget hepatitis B yang banyak beredar di Indonesia. Kelebihannya lebih spesifik dan ke depannya dapat digunakan di tempat-tempat dengan peralatan terbatas. Saya senang sekali membimbing mahasiswa dalam PKM ini. Mereka sangat antusias untuk mengerjakan proyek ini. Mulai dari belajar, aplikasi proposal, atur pendanaan dan pekerjaan dilakukan dengan mandiri. Saya sangat merekomendasikan mahasiswa ITB untuk mengikuti kegiatan PKM ini. Selain dituntut kreativitas dan berkompetisi dengan mahasiswa di universitas se-Indonesia, mahasiswa juga bisa belajar menjadi project manager sendiri yang sifatnya scientific di ranah masing-masing. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat berguna bagi pengembangan kapasitas kemampuan masing-masing peserta,” tuturnya.
Mewakili tim PINTAR Diagnostics, Audrey berharap riset diagnostic berbasis CRISPR ini dapat menjadi titik awal bagi pengembangan teknologi deteksi penyakit yang lebih cepat, murah, dan akurat di Indonesia.
Selamat atas pencapaiannya kepada Tim PINTAR Diagnostics. Semoga sukses dan tetap semangat untuk meraih capaian-capaian selanjutnya.
Kontributor: Fauzia Ayu L 21124306 Bioteknologi
Editor: AKH