SITH ITB Beri Solusi Atasi Kerugian Pascapanen Petani Cabai Desa Sukawangi dengan Teknologi Zeer Pot
Sumedang, sith.itb.ac.id – Tim dosen dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan teknologi Zeer Pot, inovasi penyimpanan alami tanpa listrik yang ramah lingkungan, kepada para petani cabai Kelompok Tani Karya Mandiri Prima di Desa Sukawangi, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) ITB Bottom Up II 2025/2026, di bawah koordinasi Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMLK) ITB.
Kegiatan yang berlangsung pada 27–28 September 2025 tersebut diikuti oleh sekitar 30 peserta dari Kelompok Tani Karya Mandiri Prima, serta dihadiri oleh perangkat desa dan tim dosen SITH ITB. Tim pelaksana dari SITH ITB yang dipimpin oleh Dr. Ir. Rika Alfianny, M.P., dengan anggota tim Dr. Ir. Asep Hidayat, M.P., dan Ujang Dinar Husyari, S.P., M.P. Program ini turut didukung oleh tiga mahasiswa, yaitu Ghinaya Jati Nurfadhilah (Rekayasa Pertanian), Nabilla Syifa Wardhani (Teknik Mesin), dan Triyasa Akbar Ramadhan (Teknik Geologi).

Sesi pemaparan materi terkait Zeer Pot oleh Dr, Rika kepada peserta Kelompok Tani Karya Mandiri Prima.
Desa Sukawangi dikenal sebagai salah satu sentra pertanian cabai di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Namun, hasil panen cabai yang melimpah seringkali tidak sejalan dengan pendapatan yang diterima petani. Para petani kerap dihadapkan pada persoalan klasik berupa cabai yang cepat membusuk dan harga jual yang anjlok saat panen.
Menjawab keresahan ini, tim dari SITH ITB turun langsung untuk memperkenalkan solusi teknologi tepat guna yang efektif dan terjangkau, yaitu teknologi Zeer Pot, sebuah sistem penyimpanan berbasis pendinginan alami melalui proses evaporasi.
“Kami melihat potensi dari wilayah desa ini yang merupakan sentral pertanian cabai. Namun di sini, masyarakatnya masih mempunyai masalah dalam penanganan pasca panen cabai. Oleh sebab itu, kami menawarkan teknologi Zeer Pot kepada Kelompok Tani Karya Mandiri Prima,” ujar Dr. Rika.
Masalah ini diperjelas oleh Abdurohman, salah satu anggota kelompok tani. Selama ini, petani tidak punya pilihan selain menjual hasil panen secepat mungkin.
“Sebelumnya di Kelompok tani tidak dilakukan penyimpanan, sehingga diusahakan secepat mungkin produk tersebut harus tersalurkan ke konsumen, walaupun berisiko harga jual yang menyesuaikan dengan keadaan pasar,” tutur Abdurohman.

Sesi praktik Zeer Pot yang dilakukan peserta kelompok tani dengan pendampingan oleh Tim PPM.
Zeer Pot, atau “kulkas alami”, bekerja dengan prinsip yang sederhana. Alat ini terdiri dari dua pot tanah liat berbeda ukuran, di mana pot kecil diletakkan di dalam pot besar. Ruang di antara keduanya diisi pasir yang kemudian dibasahi. Proses evaporasi (penguapan) air dari pasir inilah yang menyerap panas dari dalam pot, sehingga mampu menurunkan suhu internal 10-15°C lebih rendah dari suhu lingkungan. Keunggulannya tentu tidak memerlukan listrik, berbiaya rendah, ramah lingkungan, dan mudah dibuat dengan bahan lokal.
Bagi petani cabai, dampaknya sangat signifikan. “Mengingat dalam penyimpanan pasca panen cabai biasa, ketahanannya hanya sekitar 3-4 hari, namun dengan teknologi Zeer Pot ini daya simpan bisa mencapai kurang lebih 20 hari,” ungkap Dr. Rika.
Sekitar 30 petani dari Kelompok Tani Karya Mandiri Prima hadir dalam pelatihan tersebut. Acara diawali dengan pemaparan materi dari para dosen SITH mengenai konsep Zeer Pot, manfaatnya, serta karakteristik cabai pascapanen.
Peserta tidak hanya diberi pemaparan teori, tetapi juga mempraktikkan langsung teknik penyimpanan menggunakan Zeer Pot dengan berbagai varietas cabai, seperti cabai rawit, cabai merah keriting, cabai paprika hijau, cabai paprika merah, dan cabai merah tanjung. Tim SITH ITB juga merancang program ini agar berkelanjutan, dengan adanya rencana monitoring dan pendampingan berkala.

Berbagai jenis cabai hasil panen dan alat pot yang digunakan dalam praktik Zeer Pot.
Kehadiran teknologi sederhana ini disambut dengan antusiasme tinggi, baik dari petani maupun aparat desa. Kepala Desa Sukawangi, Ahmad Nia Rostiawan, menyampaikan apresiasi yang mendalam.
“Program yang bagus sekali. Terima kasih kami ucapkan kepada Tim SITH ITB yang telah membantu solusi masalah yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Prima Mandiri,” ujar Ahmad. “Setelah adanya pelatihan ini, akan kami kembangkan teknologi Zeer Pot ke kelompok tani lainnya, karena hal ini merupakan teknologi yang efisien karena tidak mengandalkan penggunaan energi listrik.”
Bagi petani, teknologi ini adalah harapan baru untuk memperbaiki posisi tawar mereka di pasar. “Harapan kedepannya, manakala harga hasil pertanian kami anjlok, bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk disimpan dan bertahan sampai beberapa hari kemudian hingga harga pasar kembali normal,” tutur Abdurohman.

Peserta kelompok tani dengan Tim PPM SITH ITB.
Melalui kegiatan ini, SITH ITB berupaya menghadirkan solusi ilmiah yang aplikatif bagi masyarakat desa, khususnya dalam penanganan pascapanen hortikultura yang selama ini menjadi tantangan utama petani cabai. Program pengabdian kolaborasi antara SITH ITB dan masyarakat desa tani ini diharapkan tidak hanya membantu memperpanjang masa simpan hasil pertanian, tetapi juga mendorong perkembangan pertanian yang lebih tangguh, mandiri, dan berkelanjutan khususnya di wilayah Sumedang dan sekitarnya.
Dr. Rika berharap Zeer Pot ini menjadi pemantik inovasi di tingkat petani. “Harapannya, semoga para petani dapat berinovasi untuk merekayasa Zeer Pot ini dengan bentuk yang lain, seperti contohnya dengan ukuran yang lebih besar, dan dapat digunakan untuk komoditas lainnya selain dari cabai,” pungkasnya.
Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)
Editor: AKH