SITH ITB Selenggarakan Pelatihan Teknologi Pupuk Hayati untuk Penguatan Produksi Pangan Berkelanjutan di Jawa Barat
Bandung, sith.itb.ac.id — Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menjalankan inisiatif strategis dalam rangka penguatan ketahanan pangan daerah melalui kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Diseminasi Teknologi Irigasi Pupuk Hayati Tanaman Buah dan Sayuran untuk Mendukung Ketahanan Pangan Jawa Barat”, yang dilaksanakan pada 26 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti oleh para petani dari Desa Haurgombong dan Kecamatan Tanjungsari, serta siswa SMK PPN Tanjungsari.
Program diseminasi tersebut merupakan bagian dari Skema Top Down Ketahanan Pangan Jawa Barat yang berlangsung sejak Juli hingga November 2025. Selain penyampaian materi teknologi, program ini juga melibatkan kegiatan budidaya jagung manis berbasis pupuk hayati di Kebun Pendidikan SITH ITB di Haurgombong. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan oleh tim dosen SITH ITB, yaitu Dr. Ir. Dadang Sumardi, M.P., Husna Nugrahapraja, Ph.D., Dr.Agr.Sc. Indrawan Cahyo Adilaksono, STP., M.Agr.Sc., Teknisi Kebun Pendidikan Tetep Ginanjar, S.P., M.Sos., serta alumnus SITH Kemas Abiyusuf Zaidan dan M. Bilal Basayev, dengan dukungan mahasiswa dan Tim Kebun Pendidikan SITH ITB.
Kegiatan dibuka oleh Husna Nugrahapraja, Ph.D. dan Dr. Ir. Dadang Sumardi, M.P., selaku ketua pelaksana program pengabdian masyarakat. Dalam sambutan pembukaannya, keduanya menegaskan pentingnya penerapan teknologi pupuk hayati sebagai praktik pertanian berkelanjutan. “Pupuk hayati mengandung mikroorganisme hidup yang berfungsi meningkatkan kesuburan tanah melalui proses biologis. Dengan mengombinasikan pupuk kimia dan hayati secara seimbang, keberlanjutan produksi pangan dapat lebih terjamin,” ujar Dr. Dadang.
Pada sesi pemaparan teori, Husna Nugrahapraja, Ph.D. menjelaskan secara komprehensif mekanisme kerja pupuk hayati, kontribusinya terhadap peningkatan kualitas tanah, serta peran pentingnya dalam menjaga kesehatan tanaman dalam jangka panjang. Selanjutnya, Dr. Dadang menyampaikan demonstrasi pembuatan pupuk hayati fermentasi sederhana, termasuk pupuk hayati berbasis akar bambu yang dikembangkan sebagai alternatif inovatif dengan memanfaatkan bahan baku lokal.
Setelah sesi teori, peserta mengikuti praktik lapangan di area budidaya hortikultura untuk mempelajari teknik penerapan pupuk hayati melalui sistem irigasi dan penyemprotan. Peserta juga mempraktikkan penentuan dosis, frekuensi pemberian, serta metode aplikasi pupuk hayati pada tanaman jagung dan tanah sekitarnya. Pada sesi ini, Dr. Dadang turut memperkenalkan penggunaan pupuk hayati komersial smart fertilizer Mustika Tani, yang telah diaplikasikan dalam budidaya jagung manis di Kebun Pendidikan SITH ITB sejak September 2025.

Sesi praktik pada diseminasi pupuk hayati oleh peserta kelompok tani yang didampingi oleh Tim SITH ITB.
Kegiatan budidaya mencakup pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga aplikasi pupuk hayati secara bertahap. Panen jagung manis direncanakan berlangsung pada November–Desember 2025, dan hasil panen akan disalurkan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Program Makan Bergizi Gratis (SPPG MBG) di sekitar wilayah Pamulihan.
“Panen diprediksi berlangsung pada Desember, dan hasilnya akan kami donasikan kepada SPPG terdekat sebagai kontribusi terhadap ketahanan pangan masyarakat,” ungkap Dr. Dadang.
Lebih dari 25 peserta menghadiri kegiatan ini, dan program mendapatkan tanggapan positif dari kelompok tani maupun siswa SMK. “Antusiasme peserta sangat tinggi. Seluruh rangkaian kegiatan dapat terlaksana dengan baik berkat kolaborasi antara dosen, civitas SITH, mahasiswa, serta Tim Kebun Pendidikan SITH ITB, dengan dukungan Dr. Taufikurahman,” jelas Dr. Dadang.

Peserta yang menghadiri program pengabdian masyarakat yang digelar SITH ITB.
Para peserta menyampaikan bahwa praktik lapangan memberikan pemahaman langsung mengenai cara kerja pupuk hayati dan manfaat teknologi irigasi pupuk hayati dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air dan nutrisi tanaman.
SITH ITB juga menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan dampak program ini. Setelah panen jagung manis, tim berencana melakukan penanaman ulang tanaman sayuran.
“Kami merencanakan penanaman ulang komoditas sayuran. Hasilnya akan kembali disumbangkan kepada SPPG terdekat, dan sebagian akan dipasarkan untuk mendukung keberlanjutan kegiatan,” tambah Dr. Dadang.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas petani dan siswa dalam mengadopsi teknologi pertanian berkelanjutan, serta mendorong penggunaan pupuk ramah lingkungan guna menjaga kualitas tanah dan ketahanan pangan regional.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memperlihatkan bahwa teknologi sederhana seperti pupuk hayati dapat memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan tanah, produktivitas tanaman, dan efisiensi penggunaan sumber daya air,” tutup Dr. Dadang.
Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)
Editor: Rika Wahyuningtyas