Enter your keyword

Kunjungan Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan ke IPST ITB: Penerapan Eco-Action Learning untuk Mempertajam Kepedulian Lingkungan

Kunjungan Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan ke IPST ITB: Penerapan Eco-Action Learning untuk Mempertajam Kepedulian Lingkungan

Bandung, sith.itb.ac.id – Sebanyak 23 peserta Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan, terdiri dari dosen dan mahasiswa dari berbagai program studi di Institut Teknologi Bandung (ITB), melaksanakan kunjungan edukatif ke Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) ITB pada Kamis (27/11/2025). Kegiatan ini didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah, yaitu Dr. Ardhiani Kurnia Hidayanti dan Dr. Atmawi Darwis.

Menurut Dr. Ardhiani, kunjungan lapangan ini merupakan penerapan metode pengajaran inovatif eco-action learning yang bertujuan mempertajam kecerdasan ekologis serta meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap isu lingkungan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat memperkuat pemahaman konsep pengetahuan lingkungan yang diperoleh di kelas dengan melihat langsung alur pengelolaan sampah, teknologi yang digunakan, dan tantangan penanganan limbah di kawasan perkotaan serta lingkungan kampus ITB.

Kegiatan diawali dengan pemaparan oleh Budhi Mulyawan Rachmat, S.Si., M.T., Kepala Seksi Air Bersih, Air Buangan, dan Sampah ITB, mengenai profil serta sistem pengelolaan sampah di IPST. IPST berfungsi sebagai pusat pengolahan sampah yang menerima timbunan dari multikampus ITB maupun sumber lain seperti rumah tangga dan fasilitas publik di sekitarnya.

Selama kunjungan, mahasiswa mengamati proses pengelolaan sampah yang diklasifikasikan menjadi empat kategori: sampah organik, sisa makanan, sampah anorganik, dan residu. Sampah organik berupa daun dan ranting diolah melalui proses pengomposan yang meliputi penjemuran, pencacahan, dan dekomposisi alami hingga menjadi pupuk kompos. Sementara itu, sisa makanan dikelola secara terpisah menggunakan larva Black Soldier Fly (maggot) yang mempercepat proses penguraian sekaligus menghasilkan biomassa bernilai guna sebagai pakan ternak. Pada kategori sampah anorganik, mahasiswa melihat langsung proses pemilahan manual, seperti pelepasan label, pembersihan, serta pemisahan material yang dapat didaur ulang untuk kemudian dijual ke pengepul. Sisa sampah yang tidak memiliki nilai guna dikategorikan sebagai residu dan selanjutnya dikirim ke tempat pembuangan akhir.

Namun demikian, pengelolaan sampah di IPST masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti rendahnya kesadaran civitas kampus dan masyarakat sekitar dalam memilah sampah dari sumber, keterbatasan fasilitas tempat sampah terpilah, serta minimnya tenaga kerja dan kapasitas operasional. Kondisi tersebut berdampak pada potensi meningkatnya volume lindi, timbulnya bau tidak sedap, hingga risiko munculnya vektor penyakit apabila sampah menumpuk terlalu lama. Meski demikian, upaya yang dilakukan IPST menunjukkan langkah progresif dalam memaksimalkan proses daur ulang serta mengurangi jumlah sampah residu yang dikirim ke TPA.

Melalui kunjungan ini, mahasiswa memperoleh gambaran nyata mengenai pentingnya sistem pengolahan sampah yang terintegrasi. Mereka juga memahami bahwa efektivitas pengelolaan tidak hanya ditentukan oleh teknologi dan fasilitas, tetapi juga oleh kesadaran serta partisipasi seluruh pihak, terutama kedisiplinan individu dalam membuang dan memilah sampah sejak dari sumber. Diharapkan kegiatan edukatif seperti ini dapat meningkatkan kepedulian lingkungan dan menjadi langkah awal menuju implementasi sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan di lingkungan kampus ITB.

Kontributor: Rini Berliani (Biologi 2025)

Editor: Rika Wahyuningtyas

X