Enter your keyword

Guru Besar SITH ITB Dorong Hilirisasi Riset melalui Inovasi Kasa Luka Propolis Lokal di PRIMA ITB 2025

Guru Besar SITH ITB Dorong Hilirisasi Riset melalui Inovasi Kasa Luka Propolis Lokal di PRIMA ITB 2025

Bandung, sith.itb.ac.id – Dalam rangkaian acara Pameran Riset, Inovasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PRIMA ITB) yang berkolaborasi dengan CEO Summit 2025, Prof. Ir. Ramadhani Eka Putra, memperkenalkan inovasi kasa luka berbasis bahan alam. Guru besar dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB ini memaparkan pengembangan produk kasa luka propolis yang dirancang sebagai solusi atas tingginya harga alat kesehatan impor di Indonesia.

Acara yang berlangsung pada Selasa (16/12/2025) di Aula Barat ITB ini mempertemukan akademisi dengan pemimpin industri untuk membahas ketahanan teknologi nasional. Prof. Ramadhani hadir sebagai panelis dalam sesi Bio Industry & Resilience Tech bersama perwakilan dari Bio Farma dan Indofarma.

Kolaborasi Multidisiplin: “It Takes a Village”

Dalam presentasinya, Prof. Ramadhani menekankan bahwa membangun sebuah teknologi tidak dapat dilakukan secara individu. Ia mengusung filosofi “It takes a village to build technology“, yang bermakna bahwa sebuah inovasi memerlukan ekosistem kolektif agar dapat berkembang dan terlindungi.

Meskipun terlihat sederhana, produk kasa luka ini merupakan hasil kerja keras kolaborasi 15 pakar dari berbagai disiplin ilmu di ITB. Peran masing-masing unit meliputi:

  • SITH: Fokus pada riset bahan baku propolis yang bersumber dari lebah madu lokal.
  • Sekolah Farmasi (SF): Bertanggung jawab dalam pengembangan formulasi produk agar efektif secara klinis.
  • Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD): Merancang desain fisik produk serta menentukan jenis kasa yang paling tepat.
  • Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD): Mengembangkan mesin produksi, mulai dari sistem ekstraksi hingga mekanisme pelapisan kasa.
  • Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM): Menyusun model bisnis dan strategi harga agar produk kompetitif di pasar.

Efisiensi Biaya demi Aksesibilitas BPJS

Inovasi ini lahir sebagai respon terhadap kondisi di mana sekitar 90% alat kesehatan di Indonesia masih bergantung pada produk impor. Tim peneliti berfokus pada efisiensi biaya produksi agar produk ini dapat dijangkau oleh masyarakat luas melalui skema BPJS.

Produk yang diberi nama ProdiB ini diproyeksikan memiliki harga sekitar Rp15.000, jauh lebih ekonomis dibandingkan produk impor sejenis yang harganya dapat mencapai Rp110.000. Dengan menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas, diharapkan akses masyarakat terhadap perawatan luka yang berkualitas dapat meningkat secara signifikan.

Target Kemandirian di Masa Depan

Sesuai dengan tema PRIMA ITB 2025, “Bersinergi, Menebar Inspirasi, dan Berdampak”, inovasi ini menjadi contoh nyata hilirisasi riset kampus yang berdampak langsung pada masyarakat. Prof. Ramadhani menyampaikan optimisme bahwa dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, ProdiB dapat menjadi merek kasa luka utama di Indonesia, menggeser dominasi produk global.

“Inovasi tidak harus selalu rumit. Dengan dukungan kolektif, hal yang awalnya dianggap sederhana dapat memberikan dampak besar bagi kemandirian teknologi bangsa,” tutupnya.

Reporter: Aura Salsabila Alviona (Bioteknologi, 2025)

Editor: AKH

X