Raih Juara I Industrial Automation and Robotic Competition : Mahasiswa SITH ITB kembangkan Pertanian 5.0, untuk Deteksi Dini Penyakit Cabai

Tiga mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB, Mohammad Rafi Bonardi, Farrel Sajid Alfarez, dan Andyta Ceria Putri Harahap, berhasil meraih Juara I dalam Industrial Automation and Robotic Competition (IIARC) yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
JATINANGOR, sith.itb.ac.id – Tiga mahasiswa Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB), Farrel Sajid Alfarez, Mohammad Rafi Bonardi, dan Andyta Ceria Putri Harahap, berhasil meraih prestasi Juara I dalam Industrial Automation and Robotic Competition (IIARC) yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada November 2024 – Januari 2025. Kompetisi ini mengusung tema Exploring the Advancement and Applications of Automation in Industrial Practices: Driving Innovation and Efficiency. Tim mereka yang bernama CHILLYA! berada dibawah bimbingan Dr. Rika Alfianny, Dosen SITH ITB. Tim CHILLYA! berkompetisi dalam subtema Autonomous Systems in Industrial Automation karena paling relevan dengan bidang keilmuan Rekayasa Pertanian.
Dalam kompetisi ini, CHILLYA! mengajukan inovasi di bidang agroindustri, khususnya untuk mendeteksi dini penyakit tanaman hortikultura. Mereka berfokus pada penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabai. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum dan dapat mengurangi produksi cabai hingga 75%.
Saat tanaman terserang penyakit, tanaman cabai akan mengeluarkan senyawa volatile organic compounds (VOC) sebagai respons pertahanan. Sebagai solusinya, CHILLYA! memanfaatkan electronic nose sensor (E-Nose) untuk mendeteksi senyawa VOC tersebut, sehingga penyakit dapat dideteksi sebelum gejala terlihat.
Selain E-Nose, sistem mereka juga mengombinasikan sensor lingkungan dan deteksi berbasis citra untuk memodelkan penyebaran penyakit menggunakan kerangka susceptible-infected-recovered (SIR). Dengan demikian, deteksi dini ini memungkinkan intervensi yang lebih cepat, mengoptimalkan strategi pengendalian penyakit, serta mengurangi penggunaan pestisida kimia.

Poster CHILLYA!
Inovasi ini berawal dari pengalaman tim sebagai mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB yang sering belajar langsung di lapangan melalui kunjungan ke Desa Sukawangi, Sumedang yang merupakan desa binaan SITH ITB yang menjadi salah satu sentra cabai di Jawa Barat. Dalam observasi mereka, setiap musim hujan, petani setempat kerap mengalami kerugian akibat serangan jamur yang sulit dikendalikan. CHILLYA! menyadari bahwa deteksi penyakit yang terlambat membuat pengendalian menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, mereka mengembangkan sistem yang memungkinkan deteksi spora jamur sebelum masuk ke fase generatif, sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih awal. Keunggulan utama dari inovasi mereka adalah kemampuannya menjawab permasalahan nyata yang dialami petani. Relevansi tinggi dengan dunia pertanian menjadi nilai tambah yang membedakan mereka dari peserta lain. Selain itu, mereka mempersiapkan presentasi dengan sangat matang sehingga konsep dan inovasi yang mereka presentasikan tersampaikan dengan jelas dan meyakinkan.
Inovasi ini sejalan dengan perkembangan pertanian 5.0, yang mengandalkan teknologi cerdas untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan. Dengan adanya sistem deteksi dini ini, jumlah pestisida kimia yang digunakan dapat dikurangi, mendukung sistem pertanian organik, serta menghemat biaya tenaga kerja dalam perawatan tanaman.
Menurut dosen pembimbing tim CHILLYA!, Dr. Rika Alfianny, prestasi tersebut membuktikan bawa SITH Prodi Rekayasa Pertanian terus berkomitmen untuk mencetak generasi muda yang unggul dan berkontribusi bagi masyarakat global. “Saya sangat bangga atas pencapaian kemenangan Tim Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB sebagai Juara I IIARC dengan topik Inovasi Deteksi Dini Penyakit Cabai. semoga dengan mengikuti kegiatan kejuaraan tersebut secara tidak langsung dapat mendidik mahasiswa dalam meningkatkan hardskill dan juga softskillnya. Lomba ini dapat mengasah kemampuan analisis, Kerjasama Tim, kemampuan komunikasi, menguatkan mental mahasiswa dan softskill lainnya. Sekali lagi Selamat dan terus semangat mengikuti kejuaraan lainnya dan sukses selalu”, papar Dr. Rika.
Keberhasilan CHILLYA! tidak hanya membuktikan keunggulan inovasi mereka, tetapi juga memberikan solusi inovatif untuk pertanian Indonesia yang lebih maju, efisien, dan ramah lingkungan.
Reporter: Helga Evangelina (Rekayasa Pertanian, 2021)
Editor : Ardhiani K Hidayanti