Enter your keyword

Orasi Ilmiah Prof. Ramadhani Eka Putra: Serangga sebagai Sekutu yang Sering Disalahpahami Manusia

Orasi Ilmiah Prof. Ramadhani Eka Putra: Serangga sebagai Sekutu yang Sering Disalahpahami Manusia

Bandung, sith.itb.ac.idProf. Ramadhani Eka Putra, S.Si., M.Si., Ph.D. menjadi salah satu orator dalam Orasi Ilmiah Guru Besar yang diselenggarakan oleh Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (19/7/2025). Dalam orasi berjudul “Serangga: Sekutu yang Salah Dimengerti Manusia”, Prof. Ramadhani mengajak masyarakat untuk mengubah cara pandang terhadap serangga yang selama ini dipersepsikan sebagai hama atau musuh manusia.

Dalam orasinya, Prof. Ramadhani menyampaikan bahwa serangga bukan sekadar makhluk kecil yang mengganggu, melainkan bagian vital dari ekosistem yang memberikan banyak kontribusi terhadap keberlanjutan hidup manusia. “Kita hidup di dunia serangga. Jumlah mereka jauh melampaui jumlah manusia. Bahkan berat total tubuh serangga bisa mencapai jutaan kali lipat dari manusia,” ujarnya.

Selama ini, interaksi antara manusia dan serangga sering kali bersifat destruktif. Strategi pengendalian hama yang tidak selektif menyebabkan kematian serangga non-target, termasuk yang bermanfaat seperti predator kutu daun atau penyerbuk alami. Salah satu dampak nyata dari salah sasaran ini adalah munculnya hama baru dan resistensi serangga terhadap insektisida kimia.

Dalam paparannya, Prof. Ramadhani menyoroti dua fokus utama risetnya, yaitu pada fungsi penyerbukan serangga lokal dan potensi serangga sebagai sumber pangan dan bioindustri.

Salah satu sorotan utama dalam orasi adalah potensi penyerbukan oleh lebah tak bersengat asli Indonesia, Tetragonula laeviceps. Serangga kecil ini merupakan spesies asli Indonesia yang seringkali dianggap mengganggu peternakan lebah karena sifat agresifnya. Namun melalui riset mendalam sejak tahun 2024, Prof. Ramadhani menunjukkan bahwa lebah ini justru memiliki nilai ekologis dan ekonomi tinggi. Penyerbukannya mampu meningkatkan produksi buah hingga 100%, dengan potensi nilai ekonomi mencapai Rp. 7 triliun per tahun-nya di wilayah Jawa Barat saja. Selain itu, lebah ini juga menghasilkan propolis dan madu unik yang mulai dilirik oleh dunia medis berkat kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai antibiotik dan imunostimulan.

Prof. Ramadhani juga membahas potensi Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens, lalat yang mampu mengurai limbah organik dan mengubahnya menjadi biomassa kaya nutrisi. Prof. Ramadhani menjelaskan bahwa dalam ekosistem yang dirancang dengan baik, BSF dapat menghasilkan tiga produk utama, yaitu protein hewani untuk pakan, minyak industri, dan pupuk organik. Teknologi pemanfaatan BSF ini telah menghasilkan tiga hak kekayaan intelektual (HKI) dan menjadi salah satu inovasi bioindustri yang sangat potensial untuk diterapkan dalam sistem pengelolaan limbah berkelanjutan.

Sebagai penutup orasi, Prof. Ramadhani menyampaikan pentingnya transdisiplin ilmu dalam mengelola potensi serangga. “Serangga bukan sekadar makhluk kecil yang menjijikkan. Mereka menyimpan solusi bagi masalah besar manusia. Kita bisa belajar dari efisiensi koloni mereka, bahkan mungkin menemukan senyawa penyembuh kanker dari kecoa, atau sumber pangan masa depan dari belatung,” papar Prof. Rama.

Prof. Ramadhani juga menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara megabiodiversitas, memiliki kekayaan spesies serangga yang luar biasa. Jika dikelola dengan tepat, serangga bisa menjadi kekuatan masa depan Indonesia dalam menjawab tantangan krisis pangan, lingkungan, dan energi.

Pada saat diwawancarai di Aula barat, Prof. Ramadhani berharap akan semakin banyak lagi guru besar dari SITH ITB. “Saya berharap dan akan memacu agar banyak dosen muda SITH ITB yang menjadi guru besar,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, acara tersebut juga diisi dengan penyampaian orasi ilmiah oleh para guru besar dari berbagai fakultas di Institut Teknologi Bandung, diantaranya Prof. Dr. Ir. Toto Hardianto dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Prof. Ir. Sangsono Adisasmito, M.Sc., Ph.D. dari Fakultas Teknologi Industri (FTI), dan Prof. apt. Diky Mudhakir, S.Si., M.Si., Ph.D. dari Sekolah Farmasi (SF).

Reporter: Raihanah Yurizka Kinanti (Biomanajemen, 21324006)
Editor: I Dewa M. Kresna

X