Enter your keyword

SITH ITB Paparkan Strategi Kolaborasi Penta-Helix dalam Rantai Pasok Rempah di WINNER 2025

SITH ITB Paparkan Strategi Kolaborasi Penta-Helix dalam Rantai Pasok Rempah di WINNER 2025

Bogor, sith.itb.ac.id – Dr. Angga Dwiartama, Dosen Associate Professor Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB), tampil sebagai salah satu pembicara kunci dalam konferensi tahunan Week of Indonesia–Netherlands Education and Research (WINNER) 2025. Dalam forum yang berlangsung pada 7–9 Oktober, beliau menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membangun rantai pasok rempah global yang tangguh dan berkeadilan.

Angga Dwiartama, Ph.D., memaparkan kolaborasi multistakeholder pada rantai pasok rempah di Konferensi WINNER 2025 (Dok. SITH).

Pada sesi panel bertajuk “Cross-Sector Collaboration Through Research, Multistakeholder Platform, and Business for Resilient and Equitable Global Spices Supply Chain”, yang digelar pada hari kedua konferensi (8/10) di IPB University, Bogor, Dr. Angga berbagi panggung dengan Ibu Desi Yuliana (Founder PT Sinar Hijau Ventures) dan Bapak Dippos Naloanro Simanjuntak (Chairman Sustainable Spices Initiative Indonesia).

Akar Keterlibatan dan Harapan Kolaborasi

Keterlibatan SITH ITB di forum internasional ini berakar dari partisipasi aktif dalam konsorsium multistakeholder Sustainable Spices Initiative – Indonesia (SSI-I) sejak 2024. SSI-I merupakan forum global beranggotakan berbagai organisasi lintas sektor yang mendorong keberlanjutan industri rempah.

“Karena SSI diinisiasi oleh IDH (Ininitiatief Duurzame Handel atau The Sustainable Trade Initiative), sebuah organisasi dari Belanda, kami mendapat akses untuk mengikuti kegiatan WINNER. Kami ingin menunjukkan bagaimana pendekatan transdisipliner dapat dibangun melalui forum multi-stakeholder atau penta-helix, dengan melibatkan akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM atau Non-Governmental Organization/NGO), bisnis, pemerintah, dan media, untuk menjawab tantangan keberlanjutan industri rempah,” jelas Dr. Angga. 

Melalui presentasinya,, beliau berharap kolaborasi dapatmeluas, memberikan contoh kemitraan penta-helix yang telah berjalan, serta memperkuat jaringan yang ada. Ia juga menyebut timnya tengah menyiapkan beberapa proposal kolaborasi dengan lembaga internasional yang melibatkan industri dan kelompok tani, berfokus pada penguatan produksi rempah di lokasi strategis.

Tantangan Terbesar Kemitraan Penta-Helix

Meskipun model kolaborasi penta-helix menawarkan potensi besar, Dr. Angga secara transparan mengidentifikasi tantangan terbesar yang dihadapi di lapangan, yaitu perbedaan “bahasa” dan “laju kerja” (pace) antar-pemangku kepentingan.

“Dalam seminar tersebut, kami berupaya mendiskusikan tantangan ini. Indikator Kinerja Utama (IKU atau Key Performance Indicator/KPI) bagi akademisi adalah publikasi ilmiah, sementara bagi industri, fokus utamanya adalah kinerja perusahaan, seperti profitabilitas. Perusahaan mungkin mengharapkan hasil riset yang cepat dan tidak dipublikasikan demi keunggulan kompetitif, yang tentunya berpotongan dengan kebutuhan publikasi akademisi,” paparnya.

Lebih lanjut, perbedaan ritme kerja juga menjadi kendala: industri membutuhkan solusi cepat dan responsif, sedangkan penelitian ilmiah memerlukan proses jangka panjang. “Oleh karena itu, perbedaan ‘bahasa’ dan ‘laju kerja’ ini perlu dipahami bersama oleh seluruh pemangku kepentingan dalam model penta-helix agar kolaborasi dapat berjalan secara efektif,” tegasnya.

Pengalaman dan Catatan Penutup

Sebagai penutup, Dr. Angga berbagi pengalamannya sebagai pembicara. Menurutnya, format WINNER unik dan berkesan karena sifatnya kolaboratif, hibrida, serta lintas negara.

Angga Dwiartama, Ph.D., memaparkan kolaborasi multistakeholder pada rantai pasok rempah di Konferensi WINNER 2025 (Dok. SITH).

“Format WINNER memang beda, karena sesi-sesinya dibangun bersama atau diserahkan ke masing-masing kelompok. Ini sangat berkesan bagi saya,” ungkapnya.

Partisipasi Dr. Angga Dwiartama dalam WINNER 2025 menegaskan peran aktif SITH ITB di panggung riset internasional sekaligus mendorong dialog krusial tentang bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat diwujudkan untuk masa depan industri rempah Indonesia yang lebih berkelanjutan.

Reporter: Aura Salsabila Alviona (Bioteknologi, 2025)

Editor: JM

X