Studium General: Menteri Kelautan dan Perikanan RI
Sebanyak 77% dari wilayah Indonesia adalah lautan. Dengan luasan 3.2 juta km2, laut Indonesia menyimpan potensi dan kekayaan yang sangat besar untuk menyokong perekonomian Indonesia. Begitulah yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Dr. Fadel Muhammad pada kuliah Studium Generale, Rabu (20/04/11) di Aula Barat kampus ITB.
Namun, mengutip dari beberapa pakar ekonomi dunia, Alumni Fisika Teknik ITB 1977 itu mengatakan, kemakmuran suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh faktor karunia alam yang mereka miliki. Rekayasa yang dilakukan oleh manusia pada potensi alam tersebut memiliki andil yang besar.
“Perkembangan ekonomi dunia yang dihadapi saat ini adalah ekonomi berbasis pengetahuan dan persaingan berbasis inovasi,” kata dia.
Berlandaskan dari hal tersebut, untuk mencapai misi menyejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan, kementrian kelautan dan perikanan menyiapkan beberapa langkah besar. Pertama, memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi. Kedua mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Ketiga, meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. Keempat memperluas akses pasar domestik dan internasional.
Kemudian, Fadel menjelaskan untuk melakukan langkah tersebut tentu ada tantangan dan kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah mengelola produksi perikanan tangkap yang bisa terus berlanjut.
“Karena itu pemerintah melarang penggunaan alat tangkap yang bisa merusak ekosistem laut,” kata dia.
Membandingkan dengan beberapa tahun ke belakang, Fadel memaparkan angka produksi dan ekspor ikan nasional meningkat cukup baik. Nilai ekspor tahun 2010 mencapai USD 2.66 miliar atau naik 8.05% dibanding tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, Fadel menyampaikan produksi perikanan Indonesia lebih cenderung pada produksi ikan tangkap ketimbang budidaya. Padahal, ikan budidaya juga tak kalah penting untuk menjaga kelestarian ikan tangkap.
Peran Perguruan Tinggi
Fadel mengatakan, perguruan tinggi memiliki peran yang cukup penting untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya, perguruan tinggi harus menjadi bagian dari sistem kewirausahaan nasional. Perguruan tinggi juga bisa menjadi penghubung dengan dunia usaha bagi mahasiswa yang berminat pada bidang tersebut.
Menurut dia, pengembangan kewirausahaan mahasiswa bisa dilakukan melalui jalur pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Poin tersebut kemudian difokuskan pada inovasi untuk penyempurnaan teknik budidaya perikanan, inovasi pengelolaan sumber daya kelutan dan perikanan, dan penguasaan nilai-nilai seni dari pengetahuan kelautan dan perikanan.
Pada kuliah tersebut, menteri juga menyampaikan beberapa kerjasama ITB dengan kementrian kelautan dan perikanan. Kerjasama tersebut antara lain pengembangan sumber daya hayati, sumber daya manusia, dan manajemen garam nasional.
Setelah studium general di Aula Barat Kampus ITB, acara dilanjutkan dengan kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan beserta rombongan ke Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Dr Ir Fadel Muhammad disambut baik oleh Dekan beserta staf dosen SITH.
Kunjungan pertama yaitu ke Laboratorium Ekologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati yaitu ke tempat penelitian pembudidayaan ikan gurame dan alat sirkulasi air serta tempat pembudidayaan udang. Dr Gede Suantika beserta Dekan SITH menjelaskan mengenai cara kerja yang dikunjungi oleh menteri dan beserta rombongan.