Demonstrasi Pemanfaatan Biji Kemiri Sunan Menggunakan Konsep Biorefinery
Sebagai salah satu bentuk perwujudan tridarma perguruan tinggi, sosialisasi hasil penelitian laboratorium dalam bentuk pengabdian ke masyarakat perlu dilakukan. Seperti halnya program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh KK Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk SITH ITB beserta Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati ke Desa Pajagan, Sumedang, hari Rabu (20/7) lalu sebagai rasa tanggung jawab untuk mengembangkan daerah pedesaan di sekitar kampus ITB Jatinangor. Program sosialisasi ini dilakukan atas kerja sama dengan pihak Perum Perhutani Sumedang dalam rangka memanfaatkan kemiri sunan seluas 5 hektar yang terdapat di desa tersebut menjadi bioproduk bernilai tinggi dengan penerapan konsep biorefinery. Diharapkan program ini dapat menggunakan sumber daya lokal untuk keuntungan daerah tersebut, serta menjadi dorongan untuk pengembangan desa jangka panjang, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh ketua program sosialisasi tersebut, Dr. Muhammad Yusuf Abduh, adalah bahwa dengan penerapan konsep biorefinery, seluruh komponen dari biji kemiri sunan dapat menghasilkan beragam bioproduk bernilai tinggi yang dapat menjadi sumber pemasukan lebih bagi para petani kemiri sunan. Para petani kemiri sunan terlihat penasaran dengan konsep pemanfaatan biji yang disampaikan, serta menyimak penjelasan poster dan demonstrasi proses dengan penuh antusias. “Para petani paham dengan baik bagaimana cara menanam kemiri sunan, namun sampai saat ini kami belum tahu potensinya untuk apa,” ujar Agus Kurnia selaku perwakilan KPH Sumedang. Berdasarkan hasil penelitian, cangkang biji dan ampas dari hasil ekstraksi minyak kemiri sunan yang biasa digunakan sebagai bahan baku biodiesel, dapat diolah menjadi pakan bagi larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly Larvae) yang dapat mengubah pakan tersebut menjadi biomassa berprotein tinggi. “Biomassa ini merupakan sumber pakan yang baik bagi ayam dan ikan, dan menurut hasil penelitian, pakan ini tidak menimbulkan efek samping,” tutur Yusuf.
Ketua KK Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk, Dr. Robert Manurung, menyampaikan bahwa yang paling penting dari berjalannya sistem produksi tersebut adalah kemauan para petani untuk belajar dan bekerja demi meningkatkan kesejahteraan pedesaan mereka sendiri. Program tersebut juga mengundang Prof. Erik Heeres dari Universitas Groningen yang telah bekerja sama dengan Robert dan Yusuf dalam penelitian biodiesel. Beliau melihat potensi yang sangat besar di Indonesia, terutama sumber daya biomassanya yang melimpah, sehingga perlu dilakukan sesuatu untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. “Program sosialisasi seperti ini sangat cocok dilakukan di daerah pedesaan karena dapat memberikan manfaat bagi para petani untuk ikut meningkatkan kesejahteraan desanya, sehingga dapat mencegah arus migrasi penduduk dari desa ke kota,” ujar Profesor dari Negeri Kincir Angin tersebut.
Diharapkan dari program sosialisasi tersebut, para petani mendapatkan gambaran tentang prospek masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan desanya. Kerjasama yang baik antara institusi perguruan tinggi, pemerintah, dan para petani Desa Pajagan juga diharapkan terjalin dengan baik khususnya dalam mengembangkan perkebunan kemiri sunan dan mengolahnya menjadi bioproduk bernilai tinggi yang pada akhirnya dapat menyejahterakan para petani. link Berita terkait