SITH ITB Menyelenggarakan Diseminasi Hasil Penelitian Kolaborasi Antar-Prodi dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani Kopi
[:id]Penulis : Mochamad Firmansyah
Minggu, 17 Maret 2019 Program Studi Rekayasa Hayati bekerja sama dengan Program Studi Rekayasa Pertanian dan Biorefinery Society (BIOS) yang merupakan sebuah sociopreneur start-up, menyelenggarakan kegiatan diseminasi hasil penelitian kepada Kelompok Tani Kopi Eka Harapan di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan kolaborasi tersebut merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh Program Studi Rekayasa Hayati dan Rekayasa Pertanian ITB. Secara umum kegiatan tersebut berisi tiga sesi, yaitu sesi 1: Peresmian kerjasama antara BIOS dengan Kelompok Tani Eka Harapan, sesi 2: Pemaparan teknologi pengolahan kopi dan limbah kopi, dan sesi 3: Pelatihan pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi cascara.
Sesi 1: Peresmian Kerjasama Antara Biorefinery Society dengan Kelompok Tani Eka Harapan
Biorefinery Society (BIOS) merupakan suatu start-up berbasis kemitraan dengan masyarakat atau sociopreneur yang fokus terhadap pemanfaatan komoditas lokal dengan menerapkan konsep biorefinery untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Program Studi Rekayasa Hayati menggandeng BIOS untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat, karena sangat sesuai dengan keilmuan Rekayasa Hayati dan konsep pengabdian masyarakat yang diusung. Pada kesempatan tersebut BIOS meresmikan kerjasama dengan Kelompok Tani Kopi Eka Harapan untuk pengembangan eko wisata berbasis perkebunan kopi. Peresmian kerjasama dilakukan dengan penandatanaganan Nota Kesepahaman oleh kedua belah pihak, yaitu Pak Nandang (Ketua kelompk Tani Eka Harapan) dan Bagoes M. Inderaja (Ketua BioS yang juga alumni Program Studi Rekayasa Hayati ITB). Kemudian sebagai simbol kerjasama SITH dengan kelompok Tani Eka Hrapan, Dr. M. Yusuf Abduh selaku Ketua Program Studi Rekaysa Hayati dan perwakilan SITH menyerahkan seuah koloni lebah tanpa sengat kepada Pak Nandang.
Sesi 2: Pemaparan Teknologi Pengolahan Kopi dan Cascara
Dr. Mia Rosmiati selaku Ketua Program Studi Rekaysa Pertanian sekaligus perwakilan dari SITH memaparkan materi teknologi pengolahan kopi dan limbah kopi. Limbah yang menjadi sorotan utama pada penjelasan meteri tersebut adalah kulit buah kopi yang selama ini dijadikan pupuk atau dibiarkan begitu saja oleh kelompok tani di sana. Padahal kulit buah kopi hasil pemisahan dengan bijinya masih memiliki banyak nutrisi dan antiokasidan yang baik bagi kesehatan manusia sehingga memiliki potensi ekonomi tinggi. Kulit kopi dapat diolah menjadi teh kulit kopi atau cascara dengan proses pengeringan sederhana, namun dengan nilai jual yang cukup tinggi. Di pasaran harga cascara dapat mencapai Rp 80.00 per kilogram sehingga bisa menjadi salah satu sumber pendapatan tambahan untuk anggota Kelompok Tani Eka Harapan. Para anggota Kelompok Tani Eka Harapan dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu setempat memperhatikan pemaparan materi dengan sangat antusias. “Kami sangat senang dengan adanya kegiatan ini, juga berharap adanya tambahan pendapatan selain dari penjualan biji kopi agar dapat meningkatkan kesejahteraan para petani”, ujar Pak Agus selaku salah satu perwakilan Kelompok Tani Eka Harapan.
Sesi 3: Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Menjadi Cascara.
Setelah pemaparan dan diskusi mengenai pengolahan kulit kopi, para perserta langsung mempraktekkan pembuatan cascara di fasilitas pengupas kulit kopi yang dimiliki Kelompok Tani Eka Harapan. Proses pembuatan cascara tidak menambah banyak pekerjaan para petani, sehingga sangat mudah untuk dilakukan. Pembuatan cascara diawali dengan sortasi buah kopi yang matang, pencucian buah kopi, pengupasan kulit atau cherry kopi, pencucian kulit kopi, dan penjemuran kulit kopi hingga kering. Para petani yang biasa mengolah kopi, terlihat sangat senang saat pelatihan singkat pembuatan cascara. Pasalnya, kulit kopi yang biasanya dibuang, kini dapat menjadi sumber tambahan uang, dengan pengolahan yang sederhana.
Kegiatan diseminasi yang berlangsung dengan suasana non-formal dan hangat tersebut berlangsung dengan lancar. Semua pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu SITH ITB, Kelompok Tani Eka Harapan, dan BIOS berharap bahwa kerja sama ini dapat terjalin dengan baik, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar desa Cibodas. Dr. M. Yusuf Abduh selaku perwakilah SITH berharap bahwa kerjasama semacam ini dapat menjadi contoh tersalurkannya ilmu pengetahuan dari perguruan tinggi kepada masyarakat, sehingga dapat dirasakan manfaatnya. Senada dengan hal tersebut, Bagoes M. Inderaja selaku ketua BioS sangat mendukung kerjasama yang melibatkan masyarakat, perguruan tinggi, dan perusahaan (start-up) berbasis masyarakat guna menunjang perekonomian Indonesia, dimulai dari lingkup yang kecil namun menghasilkan dampak yang besar.
[:]