Kelompok Keilmuan Teknologi Kehutanan Menyelenggarakan Bedah Buku “Teknik Budi Daya dan Pengolahan Kayu Surian (Toona Sinensis Roem)”
Penulis : Dr. Yayat Hidayat S.Hut MSi
Jatinangor, sith.itb.ac.id – Pada Hari Rabu tanggal 24 April 2019, Kelompok Keahlian Teknologi Kehutanan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat mengadakan diskusi Bedah Buku berjudul “Teknik Budi Daya dan Pengolahan Kayu Surian (Toona sinensis Roem)” di Ruang Rapat UPTD Sertifikasi Perbenihan Tanaman Hutan Jatinangor Sumedang.
Acara bedah buku tersebut dihadiri dari berbagai kalangan antara lain kalangan ndustry kehutanan (PT Sumber Garaha Sejahtera (PT SGS) dan PT Bina Kayone Lestari (PT BKL)), institusi Kehutanan (Perhutani, BBKSDA, dan BPDASHL), Perguruan Tinggi (ITB, IPB, Unpad, Unwim, UIN dan UNB), pegiat lingkungan (Forum DAS Jabar, Komunitas Pohon Indonesia (KPI), Forum Komunikasi Gunung Geulis (FKGG) dan Dewan Pemerhati Lingkungan dan Kehutanan Tatar Sunda (DPKLTS)), pejabat Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, mahasiswa, dosen dan petani hutan rakyat.
Acara bedah buku dipandu oleh MC Dr. Susana Paulina Dewi, diawali dengan sambutan dari Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Kehutanan (KKTK) Dr. Eka Mulya Alamsyah dan dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan SITH ITB, Prof. Dr. I. Nyoman Pugeg Aryantha sekaligus membuka acara tersebut. Pada pidato sambutannya Ketua KKTK mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah menjalin kerjasama dengan KKTK. Beliau menjelaskan bahwa Buku Surian ini merupakan hasil karya riset dosen KKTK di SITH ITB yang mengulas teknik budi daya (silvikultur) jenis pohon surian dan teknologi pengolahan kayu surian. Pada sambutanya, Dekan SITH menyampaikan bahwa kehadiran buku ini diharapkan dapat memperkaya buku-buku ajar (text books) bidang kehutanan di perguruan tinggi, yang selama ini buku-buku ajar tersebut didominasi oleh buku dari penulis asing. Jenis pohon surian sangat prospektif di masa depan untuk mendukung program pengembangan agroforestry di Jawa Barat. Selain hasil kayunya yang sangat baik untuk material pertukangan, surian juga memiliki potensi luar biasa untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat anti kanker, hal ini sangat potensial mendukung pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Acara utama bedah buku dibagi ke dalam dua sesi, sesi pertama adalah pidato kunci (keynote speech) yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Ir. Epi Kustiawan, MP. Dalam pemaparannya, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat menyampaikan pentingnya Inovasi dan Kolaborasi untuk mencapai visi Jawa Barat Juara Lahir dan Bathin. Dinas Kehutanan Jawa Barat akan fokus kepada penanganan lahan hutan rakyat di Jawa Barat selaus 973.860 Ha atau sebesar 26,25% dari luas total Jawa Barat serta lahan kritis di Jawa Barat seluas 726.401 Ha. Salah satu program unggulannya adalah pengembangan agroforestry. Untuk itu diperlukan jenis-jenis pohon cepat tumbuh (fast growing) yang bernilai ekonomis tinggi. Adanya inovasi dari hasil riset para dosen di KKTK ini sangat penting untuk mendukung program pembangunan agroforestry di Jawa Barat. Salah satu jenis pohon yang akan dikembangkan adalah jenis surian (Toona sinensis Roem) yang telah banyak diteliti oleh para penulis buku Teknik Budi Daya dan Pengolahan Kayu Surian ini. Kepala Dinas Kehutanan juga berharap SITH dapat terus meneliti dan mengembangkan jenis-jenis cepat tumbuh lainnya, misalnya jenis pohon balsa (Ochroma bicolor). Di akhir pidato, kepala Dinas Kehutanan menyampaikan ucapan terima kasih kepada SITH atas jalinan kerjasama (kolaborasi) dalam pembangunan hutan di Jawa Barat.
Sesi kedua adalah pemaparan isi materi buku Teknik Budi Daya dan Pengolahan Surian oleh para penulisnya, disampaikan oleh empat pembicara utama yaitu Dr. Yayat Hidayat, Dr. Yoyo Suhaya, Dr. Eka Mulya Alamsyah dan terakhir Dr. Sutrisno. Dr. Yayat menyampaikan aspek genetika, silvikultur dan pemuliaan dari pohon surian, Dr. Yoyo membahas anatomi dan teknik pengeringan, Dr. Eka membahas teknik perekatan dan Dr. Sutrisno membahas teknik pembuatan kayu laminasi. Sebagai pembahas pada acara bedah buku tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, guru besar bidang Silvikultur dari Fakultas Kehutanan IPB sekaligus sebagai Direktur Program Internasional Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalam pembahasannya Prof. Iskandar menyampaikan apresiasi kepada para penulis buku yang telah menulis sebuah buku secara multi disiplin, memadukan aspek budi daya (teknik silvikultur) dan teknologi pengolahan. Kedepan buku ini dapat dikembangkan isinya secara intradisiplin dengan memasukan aspek sosial dan ekonomi dan buku ini perlu dihilirisasi sampai ke industri agar berkembang di masyarakat. Buku ini juga telah mengadopsi pengetahuan tradisional (traditional knowledge) di masyarakat ke ranah ilmiah (science). Selesai pemaparan dari empat penulis dan pembahas dilanjutkan dengan acara diskusi. Acara pemaparan dan diskusi tersebut dipimpin oleh moderator, Dr. Anne Hadiyane. Acara diskusi disambut dengan antusias dari peserta dengan banyaknya peserta yang menyampaikan saran, harapan dan pertanyaan kepada para pembicara antara lain disampaikan oleh Bapak Joni Siswandi, ketua DPLKTS; Pak Saepudin, ketua FKGG, Pak Dadi Ardiwinata, ketua KPI, Pak Suryana dari Perhutani, Pak Eko dari industri PT SGS, dan Ibu Mulyaningrum dari dosen SITH ITB.
Surian merupakan salah satu jenis pohon yang termasuk ke dalam famili meliaaceae. Pohon ini memiliki warna dan corak kayu seperti kayu jati dengan pola garis lingkaran tahun yang jelas. Kayunya tahan terhadap hama penggerek, karena memiliki zat ekstraktif yang tidak disukai hama seperti rayap dan kumbang penggerek. Kayu surian bobotnya lebih ringan daripada kayu jati dan daur panennya lebih singkat. Sifat pengerjaannya lebih mudah daripada on surian sudah mulai banyak ditanam di lahan hutan rakyat di Pulau Jawa dan Sumatera. Oleh karena itu kayu surian sangat prosfektif sebagai alternatif subtitusi kayu jati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon surian memiliki potensi sebagai bahan biopestisida alami. Kualitas vinir kayu surian lebih baik daripada kayu sengon, tidak mudah putus ketika di mesin pengupasan serta memiliki daya rekat yang sangat tinggi karena memiliki sudut kontak yang lebih besar pada bidang perekatan. Partikel ukuran nano dari kulit surian berpotensi besar sebagai nannofiller dan dapat meningkatkan kekuatan kayu yang berkualitas rendah misalnya kayu jabon. Penelitian pohon surian juga telah dilakukan pada aspek ekologi dan genetik.