Pengabdian Masyrakat KK Ekologi : Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Tantangannya di Masa Pandemi Covid-19
[:id]
Bandung-25 Juni 2020
Kegiatan pengabdian masyarakat KK Ekologi berupa virtual lecture sebagai bagian dari program P3MI SITH ITB telah dilaksanakan melalui zoom meeting pada tanggal 25 Juni 2020 dengan tema “Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Tantangannya di Masa Pandemi Covid-19”. KK Ekologi pada kesempatan ini bekerja sama dengan Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoological Garden, Bazoga) membuat video edukasi mengenai konservasi hewan exsitu. Sasaran program pengabdian masyarakat ini adalah pelajar SMA di Kabupaten Bandung, namun pada akhirnya dibuka untuk umum. Tujuan kegaitan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang keanekaragaman hayati dan konservasinya kepada siswa SMA. Peserta virtual lecture ini dihadiri oleh 292 orang yang terdiri dari 50 peserta undangan dan peserta umum yaitu guru SMA, mahasiswa, dosen, dan peneliti yang tersebar dari Pulau Sumatra hingga Kalimantan.
Pemateri pertama Dr. Devi N. Choesin menyampaikan materi tentang konsep dasar keanekaragaman hayati dan isu-isu terkini. Istilah keanekeragaman hayati yang didefinisikan sebagai varibilitas kehidupan pada tingkatan genetik, spesies dan ekosistem yang mencakup semua bentuk kehidupan di bumi serta komunitas yang terbentuk dan habitat tempat tinggalnya, muncul seiring dengan meningkatnya kepedulian manusia akan lingkungan dan berbagai permasalahannya, Keanekargamana hayati saat ini sedang mengalami penurunan karena peningkatan aktivitas manusia, oleh sebab itu penting dipelajari karena memberikan jasa layanan untuk manusia.
Pemateri kedua, Dr. Dian Rosleine memberikan paparan mengenai Konservasi dan Tantangannya di Masa Pandemi Covid 19. Pandemi ini di satu sisi memberikan dampak yang positif bagi lingkungan karena kualitas udara dan air membaik seiring dengan penurunan aktivitas manusia. Hewan-hewan langka sudah mulai terlihat lagi di beberapa kawasan konservasi seperti elang jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Namun, menurunnya aktivitas manusia ini memberikan dampak negatif untuk pengelolaan kawasan konservasi karena menurunnya pendapatan dari pengunjung. Hal ini disampaikan juga oleh Dewan pembina Bazoga (Bapak Tony Sumampau) bahwa penutupan kebun binatang menurunkan pendapatan untuk pemeliharaan hewan dan juga fasilitas. Namun, donasi yang diberikan oleh masyarakat sangat membantu upaya pemeliharaan hewan di kebun binatang. Melalui bantuan dari berbagai pihak, hewan-hewan berada dalam kondisi yang baik dan terawat.[:]