Anggarasaka 2020 – Telusur : Jejak yang Hilang di Antara Kabut
Penulis : Allegra Phelia
WEBINAR, SITH.ITB.AC.ID – Anggarasaka merupakan acara tahunan HIMABIO ‘Nymphaea’ ITB yang diadakan sebagai rangkaian acara ekspedisi GARDA ITB. Tahun ini, rangkaian Anggarasaka terdiri dari web seminar dan pameran daring. Webinar “Apa Kabar Konservasi di Indonesia?” membahas mengenai kondisi Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai daerah konservasi beberapa satwa, salah satunya Owa Jawa. Dian Rosleine, S.Si, M.Si, Ph.D dari SITH ITB menyampaikan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Gunung Halimun Salak. Menurutnya, perlu diterapkan konsep ekowisata yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak wisatawan terhadap konservasi. Ahmad Munawir, Kepala Balai TNGHS, menyampaikan mengenai nilai penting & strategis TNGHS dan program-program yang dilakukan selama masa pandemi ini. Saat ini TNGHS sedang menjalankan program perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pemberdayaan. M. Rifky mewakilil Tambora Muda Indonesia, salah satu komunitas yang fokus pada isu konservasi, mengajak anak-anak muda untuk peduli dan beraksi untuk konservasi saat ini.
Pada webinar “Owa Jawa : Konservasi Habitat di Halimun Salak”, Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si dari Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB membahas mengenai Owa Jawa (Hylobates moloch), spesies endemik Jawa yang berstatus endangered menurut IUCN. Owa Jawa adalah spesies dari primata yang memiliki ciri tubuh berwarna abu dengan bagian wajah hitam dan tanpa ekor. Sebagai hewan arboreal, tangan yang lebih panjang daripada tubuhnya digunakan untuk berayun dari pohon ke pohon. OwaHalimun merupakan komunitas yang mendukung upaya pelestarian Owa Jawa, juga satwa liar dan tumbuhan lainnya yang saling terintegrasi di dalam satu ekosistem, khususnya di Halimun Salak. Rayahu Oktaviani dari OwaHalimun memaparkan berbagai kegiatan yang dilakukan OwaHalimun untuk menyebarluaskan pesan konservasi. Selain penelitian, mereka juga melakukan pengabdian masyarakat ke sekolah-sekolah di sekitar Halimun Salak untuk memperkenalkan konservasi pada masyarakat. Selain itu, pada webinar ini juga Estelly dan Bianca dari Himpunan Mahasiswa Biologi “Nymphaea” ITB menyampaikan jurnal hasil ekspedisi Garda Nymphaea ITB ke Halimun Salak awal tahun 2020 ini. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan analisis vegetasi pada tiga tapak hutan di Halimun Salak. Sayangnya, hasil pembahasan menunjukkan bahwa struktur vegetasi yang ada di ketiga tapak hutan tersebut sudah tidak sesuai dengan kebutuhan tempat hidup yang ideal untuk Owa Jawa. Meskipun demikian, penelitian ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut lagi. Ekspedisi ini juga bertujuan untuk membantu proses pengayaan data lapangan yang dapat berguna bagi pihak Balai TNGHS. Kedua webinar ini diikuti oleh lebih dari 400 orang.
Selain webinar, Anggarasaka 2020 juga mengadakan pameran daring melalui platform Instagram (@telusur2020). Pameran ini berlangsung pada 3-10 Oktober 2020 dan menceritakan ekspedisi Garda Nymphaea ITB dalam bentuk foto dan film. Melalui pameran ini, pengunjung dapat merasakan pengalaman menjadi bagian dari ekspeditor saat ekspedisi ke TNGHS Januari 2020 lalu.