Seminar Strategi Komersialisasi Produk : Pentingnya Hubungkan Hasil Riset dengan Industri
BANDUNG, sith.itb.ac.id—Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mengadakan seminar bertajuk “Strategi Komersialisasi Produk Inovatif Berbasis Riset di Perguruan Tinggi” pada Jumat (1/11/2024). Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara SITH EXPO 2024: Biospark yang berlangsung pada tanggal 1-2 November 2024.
Pada seminar ini terdapat tiga pembicara yakni Dr. Wardono Niloperbowo sebagai Dosen SITH ITB, Ir. Artissa Panjaitan, MBA sebagai Direktur CV Tonto Agro Makmur, Owner PT Wahana Agra Radian Mineral, serta Advisory Board SITH, serta Arif Sasongko, S.T., M.T., Ph.D. dari Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi ITB dengan Husna Nugrahapraja, Ph.D. sebagai moderator.
Dr. Wardono Niloperbowo menceritakan bahwa beliau pernah mengembangkan kit diagnostik medik berbasis Lateral Flow Assay mulai tahun 1998 di Eijkman Institute. Namun, beliau menyampaikan bahwa kebanyakan peneliti mengembangkan sebuah produk berdasarkan ide peneliti tanpa tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh pasar sehingga produknya kurang diminati pasar. Maka dari itu, beliau berpesan untuk memperhatikan target pasar ketika akan mengembangkan produk. “Ketika mengembangkan produk, kita harus tahu target pasar kita siapa dan kita kembangkan produk berdasarkan keinginan target market kita”.
Dr. Wardono juga berpesan ketika memulai usaha, harus memperhatikan strategi pemasaran seperti product, price, place, dan brand. “Semua hal ini harus didesain sedemikian rupa supaya cocok dengan market yang kita tuju” ujarnya.
Kemudian, Arif Sasongko, S.T., M.T., Ph.D. menjelaskan terkait Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB. Beliau menuturkan bahwa DKST adalah lembaga yang melakukan pengelolaan aktivitas riset yang tujuannya untuk dikomersialisasi atau dimanfaatkan masyarakat. Ada tiga kegiatan utama yang ditangani DKST yakni implementasi inovasi dan teknologi, inkubasi usaha dan bisnis, serta transfer teknologi, akselerasi, dan pengembangan bisnis. “Terdapat 4 cara kami dalam mengkomersialisasikan hasil-hasil riset, yakni licensing, joint operation, joint venture, serta startup” tuturnya.
Beliau juga mengungkapkan salah satu isu pada komersialisasi hasil riset inovasi adalah technology push, artinya membuat barang sebagus mungkin tetapi tidak mengetahui permintaan pasarnya seperti apa. “Sebagian besar dosen adalah peneliti yang dididik untuk mengembangkan sesuatu seakurat mungkin, tetapi pasar mungkin tidak butuh seperti itu” jelasnya.
Terakhir, Ir. Artissa Panjaitan, MBA menyampaikan strategi komersialisasi produk inovatif berbasis riset di perguruan tinggi. Beliau menjelaskan nilai tambah yang diperlukan dalam berinovasi yakni Enduring Competitive Advantage, High Profitability, serta Good Management. Selain itu, dijelaskan juga tema atau credo penciptaan nilai tambah sehingga hasil riset sesuai dengan kebutuhan konsumen atau industri. “KIta berbicara tentang bagaimana cara menghasilkan produk yang diinginkan konsumen adalah berbicara tentang growth, lalu kedua tentang risk, kemudian productivity, efficiency, serta discovery” ungkapnya.
Beliau juga mengatakan terdapat 5 hal penting dalam proses seleksi pendanaan dalam komersialisasi riset, seperti Market Size & Growth Potential, Strong Founding Team, Scalability, Unique Value Proposition & Competitive Advantage.
Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)
Editor : AKH