Enter your keyword

Kuliah Tamu SITH ITB Bahas Penelitian Ngengat Tanpa Sayap di Musim Dingin

Kuliah Tamu SITH ITB Bahas Penelitian Ngengat Tanpa Sayap di Musim Dingin

Penyerahan cendera mata dari pihak SITH kepada pemateri kuliah tamu (6/5/2025)

(Dok. Ahmad Fauzi)

BANDUNG, sith.itb.ac.id – Program Studi Doktor Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Analysis of Female Specific Wing Retraction in Winter Moth Nissiodes lefuarius” di Ruang Seminar Labtek XI, ITB Kampus Ganesha, pada Selasa (6/5/2025). Kuliah tamu ini menghadirkan peneliti dari National Food and Agriculture Research Organization (NARO) Tsukuba–Japan, yaitu Achmad Gazali, Ph.D sebagai narasumber. Kegiatan diikuti oleh seluruh peserta mata kuliah Kapita Selekta Ilmu dan Teknologi Hayati.

Koordinator mata kuliah Kapita Selekta Ilmu dan Teknologi Hayati, Eka Mulya Alamsyah, S.Hut., M.Agr., Ph.D., mengungkapkan bahwa kuliah tamu ini bertujuan memberikan wawasan bagi mahasiswa. “Tujuannya untuk memberikan wawasan dan pengayaan pengetahuan di bidang ilmu dan teknologi hayati kepada mahasiswa Program Studi Doktor Biologi khususnya dan mahasiswa SITH pada umumnya” pungkasnya.

Pada saat mengisi kuliah tamu, Achmad Gazali, Ph.D. menjelaskan bahwa hal yang melatarbelakangi penelitian mengenai Moth (ngengat), yang merupakan tema dari kuliah tamu ini, adalah perbedaan fenotipe antara individu jantan bersayap sempurna dan individu betina bersayap tidak sempurna.

“Terdapat 126 jenis Lepidoptera dan setidaknya sebanyak 26 genus betina memiliki sayap yang tidak sempurna. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adaptasi terhadap lingkungan yang dingin dan fungsi reproduksi. Fenomena ini sangat umum tetapi penyebabnya jarang diketahui” jelasnya.

Salah satu spesies yang memiliki fenomena tersebut adalah Nyssiodes lefuarius. Nyssiodes lefuarius merupakan ngengat yang muncul di musim dingin dan berhibernasi dalam waktu yang panjang dengan betina yang kehilangan sayapnya.

Beliau menuturkan bahwa pada fase pupa, terdapat small wings yang terbentuk pada spesies yang memiliki sayap yang tidak sempurna. “Jika pupa dilihat dari mikroskop elektron, terlihat bahwa sayap betina perlahan makin menghilang, sedangkan sayap jantan perlahan makin membesar” tutur Achmad Gazali, Ph.D.

“Apa yang terjadi setelah 3 hari? Ketika RNA jantan dan betina diekstraksi selama 3 jam, 12 jam, 48 jam, dan 72 jam setelah 20E injection untuk menghentikan dormansi dari pupa, terlihat bahwa jantan dan betina memiliki ekspresi gen yang berbeda” paparnya.

Setelah itu, terdapat dua langkah yang dilakukan, yakni melihat autofagi dan W chromosome gene marker untuk membedakan jantan dan betina. Autofagi adalah mekanisme alami untuk mendegradasi komponen yang tidak dibutuhkan dan disfungsional bekerja sama dengan lisosom. Sementara itu, W chromosome gene marker merupakan penanda gen kromosom yang membedakan antara jantan dan betina.

“Biasanya pada Lepidoptera, kromosom betina adalah ZW, sedangkan jantan adalah ZZ, maka W chromosome gene marker dapat menjadi marker yang efektif” katanya.

“Kita menganalisis gen yang terekspresi pada gen-gen betina tetapi tidak terekspresi pada gen-gen jantan. Setelah dianalisis secara bioinformatik, terdapat 814 gen terekspresi pada betina dan tidak terekspresi pada jantan. Dari 814 gen ini akan diseleksi lebih lanjut. Setelah beberapa proses eliminasi, diperoleh 9 kandidat dan 1 yang akan dipelajari lebih lanjut. Lalu setelah mengalami proses panjang, akan diperoleh W chromosome gene marker” jelasnya.

Kuliah Tamu Doktor Biologi ITB bertajuk “Analysis of Female Specific Wing Retraction in Winter Moth Nissiodes lefuarius” (6/5/2025) (Dok. Ahmad Fauzi)

 

Di akhir sesi, beliau menjelaskan bahwa dengan teknik molekuler, penelitian ini dapat berkontribusi pada dua temuan, yakni 1) Aktivitas gen yang berkaitan dengan autofagi dan apoptosis lebih banyak pada sayap betina; 2) Penemuan W chromosome marker gene sebagai penanda jenis kelamin yang spesifik pada seluruh tingkatan hidup N. lefuarius, yang mewakili serangga betina tak bersayap.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)

Editor: Nita Yuniati

X