Kuliah Lapangan Mahasiswa Biologi: Eksplorasi Taman Nasional Kepulauan Seribu
Kuliah Lapangan Ekologi Laut, Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Sabtu (10/5/2025). (Dok. Tim Asisten)
BANDUNG, sith.itb.ac.id – Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kuliah lapangan di Taman Nasional Kepulauan Seribu pada 10-11 Mei 2025. Kuliah lapangan ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi Biologi angkatan 2021 yang mengambil Mata Kuliah Ekologi Laut (BI-4217), didampingi oleh dosen pengampu, yaitu Dr. Devi Nandita Choesin, M.Sc. dan Dr. Dian Rosleine, M.Si., serta tim asisten.
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu dari tujuh Taman Nasional Laut di bawah naungan Kementerian Kehutanan yang terletak sekitar 45 km dari sebelah utara Jakarta. Pelaksanaan kuliah lapangan ini diselenggarakan di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III, khususnya Pulau Pramuka dan lokasi sekitarnya.
Taman Nasional Kepulauan Seribu dipilih sebagai lokasi pelaksanaan kuliah lapangan Ekologi Laut karena kekayaan ekosistem dan biota lautnya yang beragam. Objek utama yang dipelajari dalam kuliah lapangan ini adalah ekosistem terumbu karang, komunitas ikan karang, serta padang lamun. Mahasiswa berkesempatan untuk menerapkan metode pengambilan data yang umum digunakan dalam penelitian ekologi laut secara langsung di lapangan.
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa meliputi pengambilan data karang (data parameter fisika dan kimia air laut, seperti DO, temperatur, pH, dan salinitas, serta data tutupan bentik maupun data kesehatan karang), data ikan karang (menggunakan metode belt transect dan timed swim untuk memperoleh data terkait jumlah individu, spesies, famili, serta struktur komunitas), data lamun (menggunakan metode quadrat sampling, analisis densitas lamun, Importance Value Index/IVI, dan Seagrass Ecological Quality Index/SEQI), data kondisi sosial (menggunakan metode kuesioner dan wawancara), penjelasan terkait transplantasi karang, dan pengamatan konservasi penyu.
Penjelasan terkait transplantasi karang di Pulau Pramuka, Minggu (11/5/2025). (Dok. Praktikan Kuliah Lapangan Ekologi Laut)
Ekosistem terumbu karang, komunitas ikan karang, dan padang lamun dipilih sebagai objek utama yang dipelajari dalam kuliah lapangan ini karena peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. Selain sebagai pelindung fisik, mereka menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati laut yang kompleks dan saling bergantung. Keberadaan ikan-ikan karang juga dapat menjaga kelangsungan hidup karang dan lamun itu sendiri.
“Terumbu karang, komunitas ikan karang, dan padang lamun menjadi fokus utama pengamatan karena ketiganya memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan wilayah pesisir,” ujar Hikmal Razan Tarigan, salah satu praktikan.
“Ekosistem ini mampu melindungi pesisir dari ancaman abrasi, penurunan muka tanah (land subsidence), hingga badai. Uniknya, ekosistem tersebut sangat bergantung pada keanekaragaman organisme laut di sekitarnya. Jika jumlah ikan dan biota lain terus menurun, lama-lama karang, lamun, dan bahkan mangrove akan rusak atau tidak bertahan. Padahal dari ekosistem inilah banyak ikan yang kita konsumsi sehari-hari berasal. Jadi, menjaga ekosistem laut bukan hanya penting bagi lingkungan, tetapi penting juga untuk menjaga sumber makanan kita sendiri,” lanjut Hikmal.
Hal lain yang dapat mahasiswa amati selain keindahan dan kekayaan ekosistem laut yang ditawarkan Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah realitas sosial dan lingkungan yang unik. Mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana masyarakat di pulau-pulau yang jauh dari pusat kota menghadapi tantangan seperti pengelolaan sampah yang masih terbatas dan keterbatasan akses air bersih. Namun, terdapat upaya konservasi yang aktif dilakukan oleh masyarakat dan pihak pengelola taman nasional, seperti transplantasi terumbu karang dan pelestarian penyu yang menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa.
Kunjungan ke tempat konservasi penyu di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Minggu (11/5/2025). (Dok. Praktikan Kuliah Lapangan Ekologi Laut)
“Taman Nasional Kepulauan Seribu tidak hanya menarik dari sisi ekosistem lautnya, tetapi juga dari kondisi sosial dan lingkungan masyarakatnya. Karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota, masyarakat di sana menghadapi tantangan tersendiri, seperti pengelolaan sampah yang masih dibakar dan keterbatasan sumber air bersih yang hanya bergantung pada sumur resapan. PDAM belum tersedia, tetapi ada perusahaan swasta yang mengelola air bersih untuk warga. Di sisi lain, masyarakat dan pengelola taman nasional juga aktif melakukan upaya konservasi, mulai dari konservasi terumbu karang hingga konservasi penyu,” ujar Hikmal.
Kuliah lapangan ini menjadi pengalaman berharga dan berkesan bagi mahasiswa karena untuk pertama kalinya mereka berkesempatan melihat langsung kondisi masyarakat pesisir yang berbeda jauh dari kehidupan kota, sekaligus dapat menyelam dan mengamati ekosistem terumbu karang yang unik. Kegiatan seperti pengumpulan data sosial juga memberikan pengalaman baru,
karena jarang diperoleh di mata kuliah lain dan dapat membuka pemahaman bahwa kondisi di lapangan sangat kompleks. Mahasiswa belajar bahwa aspek sosial, ekonomi, dan ekologi saling memengaruhi, sehingga penting untuk mampu menerapkan ilmu secara nyata di lapangan.
“Bagi saya pribadi, kuliah lapangan ini sangat menarik, karena saya baru pertama kali pergi ke Kepulauan Seribu dan dapat melihat langsung kehidupan masyarakat pulau yang jauh berbeda dari masyarakat Jakarta. Serunya lagi, kami menyelam untuk mengamati terumbu karang yang ternyata punya karakteristik berbeda dari yang pernah saya lihat di Taman Nasional Baluran. Pengalaman mengumpulkan data sosial juga unik, karena jarang kami lakukan di mata kuliah lain. Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa kondisi di lapangan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor sosial, ekonomi, dan ekologi yang saling memengaruhi dan itu menantang kami untuk bisa benar-benar menerapkan apa yang sudah dipelajari,” ujar Hikmal.
“Ikannya banyak sekali dan karangnya juga bagus. Jika dibandingkan dengan kondisi di Taman Nasional Baluran, di sini jauh lebih beragam,” ungkap Ranti Aulia Siregar, salah satu praktikan. “Kami bahkan beberapa kali menjumpai segerombolan ikan melintas saat snorkeling dan itu sangat cantik. Selain itu, kami juga sempat melakukan wawancara dengan masyarakat setempat dan mendapatkan respons yang sangat positif. Warga, khususnya para ibu, menyambut kami dengan ramah, mungkin karena sudah terbiasa berinteraksi dengan wisatawan,” lanjut Ranti.
Pengamatan dan pengambilan data terumbu karang dan ikan karang di Taman Nemo, Pulau Pramuka, Sabtu (10/5/2025). (Dok. Praktikan Kuliah Lapangan Ekologi Laut)
Penelitian yang dilakukan mahasiswa selama kuliah lapangan tidak hanya bermanfaat sebagai media pembelajaran, tetapi juga berpotensi memberikan kontribusi nyata bagi pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Dengan begitu, penelitian mahasiswa dapat membantu taman nasional dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan konservasi.
“Harapannya, hasil penelitian yang kami lakukan selama kuliah lapangan ini bisa menjadi masukan bagi pihak taman nasional dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat konservasi. Misalnya, selama ini konservasi penyu di sana belum dilengkapi dengan pemantauan perilaku penyu untuk menilai apakah mereka sudah siap dilepasliarkan atau belum. Lewat penelitian mahasiswa, hal-hal seperti ini bisa mulai dikaji dan hasilnya bisa membantu taman nasional dalam membuat keputusan yang lebih tepat berbasis data di lapangan,” ujar Hikmal.
Reporter: Wanda Dantini Putri (Biologi, 2021)
Editor: Nita Yuniati