Kuliah Tamu Biomanajemen SITH ITB Bahas Manajemen Bisnis Sumber Daya Hayati Berkelanjutan

Kuliah Tamu Biomanajemen SITH ITB dengan Senior Manager Sustainability PT Great Giant Food (GGF), Arief Fatullah, S.P. sebagai pembicara (25/4/2025) (Dok. Ahmad Fauzi)
BANDUNG, sith.itb.ac.id — Program Studi Pascasarjana Biomanajemen, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB menggelar kuliah tamu bertajuk “Pengelolaan Bisnis Sumber Daya Hayati Berkelanjutan” pada Jumat (25/4/2025) secara daring. Kuliah tamu ini diisi oleh Senior Manager Sustainability PT Great Giant Food (GGF), Arief Fatullah, S.P.. Kuliah tamu ini merupakan bagian dari mata kuliah BP5001 Manajemen Bisnis Sumber Daya Hayati.
Great Giant Food adalah perusahaan bergerak di bidang agrikultur. Perusahaan ini memproduksi buah-buahan segar dan produk olahannya. Ada lima pilar bisnis GGF, yakni Processed Pineapple, Fresh Fruit, Consumer Branded Product, Protein, dan Plant Business.
Arief mengungkapkan ide bisnis dari Great Giant Food adalah pergeseran tren masyarakat saat ini yang cenderung lebih memilih gaya hidup sehat. “Ke depannya, konsumen akan lebih bergeser pada produk produk fresh seperti buah segar, dan lain sebagainya. Ke depannya juga sumber protein akan didominasi oleh tumbuhan seperti produk jamur, kacang-kacangan dan produk nabati lainnya” ungkapnya.
Pergeseran pola konsumsi ini menghasilkan konsep konsep keberlanjutan antara bisnis, lingkungan, dan masyarakat (society). Hal ini yang membuat Great Giant Foods mendesain bisnis yang berbeda dari bisnis lainnya, yakni bisnis yang mengacu pada Sustainable Development Goals atau SDGs.
Pada sesi kuliah tamu, ia pun menjelaskan sustainable integrated farming model dari hulu hingga ke hilir yang membuat proses produksi lebih berkelanjutan dan memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat.
Arief menjelaskan bahwa terdapat visi yang ingin dicapai oleh GGF, yakni Great Billion Dollars Company dan Double Average Profitability. Ia memaparkan terdapat empat pilar Environment Society Governance (ESG) pada GGF, yakni Climate Resilience, Regenerative Agriculture, Circularity, dan Community.
Pada aspek Climate Resilience, GGF berusaha menurunkan emisi karbon hingga mencapai zero emission. “Sejauh ini kami bisa menurunkan 52 ribu CO2e ton dan ini merupakan pencapaian yang luar biasa” ujarnya. Selanjutnya “kita juga mencoba mengkonversi waste menjadi energi sehingga ini menjadi energi yang terbarukan. Kita sedang mengeksplor beberapa seperti biogas, biomass, solar panel, dan hidrogen. Ada banyak inovasi yang sedang kita siapkan”.
Kemudian, di sisi agriculture terdapat 4 fokus, seperti: biodiversity, soil sustainability, water availability, dan climate action. “Regenerative agriculture ini merupakan perubahan mindset. Hal ini dilatarbelakangi proses agrikultur saat ini yang degenerative agriculture yang menimbulkan kerusakan seperti penggunaan pupuk gila-gilaan sehingga diupayakan kembali ke sustainable agriculture dan regenerative agriculture” jelasnya.
Lalu terkait circularity, ia menjelaskan bahwa circular economy, fokus utama bisnis kami. Pada tiap prosesnya GGF berusaha untuk mengurangi limbah semaksimal mungkin dan memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai ekonomi. Selain itu, GGF juga berkomitmen untuk mengurangi potensi food loss. “Kita berusaha mengurangi food loss. Salah satu caranya dengan mendonasikan makanan yang masih layak dikonsumsi dan diselamatkan” katanya.
Terakhir, ia menjelaskan terdapat community partnership dari masyarakat untuk pengolahan buah dan hasil lainnya. Hal ini dimaksudkan agar petani tidak bertumpu pada tengkulak tetapi langsung terhubung ke GGF melalui koperasi. “Masalah klasik dari petani itu adalah rantai distribusi yang panjang sehingga kesejahteraan petani gitu-gitu aja, maka dari itu kita membuat sistem yang langsung menghubungkan petani dengan GGF melalui sebuah koperasi” tuturnya.
Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)
Editor : I Dewa Made Kresna