Prof. Rizkita Rachmi Esyanti, Guru Besar Baru SITH ITB, Soroti Peran Pensinyalan Tumbuhan dalam Ketahanan Pangan

Orasi ilmiah Prof. Dr. Rizkita Rachmi Esyanti (Dok. Wanda Mutiara C)
Bandung, sith.itb.ac.id – Prof. Dr. Rizkita Rachmi Esyanti menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka pengukuhan Guru Besar yang diselenggarakan oleh Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB), bertempat di Aula Barat, Kampus ITB Ganesha, pada Sabtu (25/5/2025). Dalam orasi bertajuk “Pemahaman Konsep Pensinyalan pada Tumbuhan untuk Pengembangan Ketahanan Pangan di Indonesia”, Prof. Rizkita menekankan bahwa pensinyalan tumbuhan merupakan fondasi krusial dalam membangun ketahanan pangan nasional.
Pensinyalan tumbuhan merupakan proses komunikasi internal yang memungkinkan tumbuhan merespons berbagai sinyal lingkungan, seperti kekeringan, genangan, hingga serangan patogen. Respons ini dimediasi oleh molekul-molekul sinyal yang memicu reaksi berbeda, bergantung pada jenis stres yang dialami. Prof. Rizkita menegaskan bahwa pemahaman terhadap mekanisme pensinyalan tersebut menjadi kunci dalam pengembangan bibit unggul yang tahan terhadap berbagai cekaman lingkungan.
Dalam orasinya, Prof. Rizkita menguraikan lima aspek utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Aspek pertama adalah penyediaan bibit unggul melalui pemanfaatan prinsip totipotensi sel dalam teknik kultur jaringan. Dalam penelitiannya, ia menggunakan bioreaktor untuk produksi bibit secara massal, serta mengoptimalkan pensinyalan cahaya merah guna meningkatkan pertumbuhan tanaman stevia dan kandungan pemanis alaminya.
Aspek kedua yang disoroti adalah penerapan rekayasa genetika untuk menghasilkan sifat unggul pada tanaman. Melalui transformasi genetik dan teknologi gene editing, penelitian Prof. Rizkita difokuskan pada pengembangan pisang tahan oksidasi serta modifikasi genetik tanaman cabai.
Aspek ketiga mencakup optimalisasi budidaya dan sistem pertahanan tanaman dengan memanfaatkan biostimulan, seperti kitosan, untuk mempercepat pertumbuhan padi, serta peningkatan kandungan kapsaisin pada cabai sebagai bentuk pertahanan alami terhadap patogen. Selain itu, Prof. Rizkita memperkenalkan konsep DNA ekstraseluler (extracellular DNA) sebagai pemicu sistem imun tumbuhan yang berpotensi dikembangkan sebagai herbisida alami.
Peningkatan produktivitas juga dapat dicapai melalui manipulasi faktor lingkungan, seperti suhu dan pencahayaan, yang memengaruhi pola pertumbuhan tanaman. Dalam penelitiannya, Prof. Rizkita menjelaskan bahwa suhu rendah dan pencahayaan pendek dapat meningkatkan pembentukan bunga betina pada tanaman mentimun, sehingga menghasilkan panen yang lebih melimpah.
Aspek terakhir yang dipaparkan adalah penerapan teknologi pascapanen untuk menjaga mutu hasil panen. Salah satunya adalah penggunaan nanomaterial TiO₂ (titanium dioksida) yang terbukti dapat memperlambat proses pematangan pisang serta memperpanjang masa simpan buah-buahan. Prof. Rizkita menegaskan bahwa ketahanan pangan tidak hanya mencakup ketersediaan pangan, tetapi juga stabilitas, kualitas, dan keberlanjutannya. “Inovasi berbasis ilmu pengetahuan tumbuhan mutlak diperlukan untuk menjamin ketersediaan pangan nasional yang cukup dan aman bagi seluruh rakyat,” ujarnya.
Dengan kekayaan biodiversitas dan potensi pertanian yang besar, Indonesia dinilai memiliki kapasitas untuk menjadi lumbung pangan dunia. Prof. Rizkita juga menekankan bahwa pengembangan ilmu fisiologi tumbuhan, khususnya dalam bidang pensinyalan, merupakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi global.
Reporter: Raihanah Yurizka Kinanti (Biomanajemen, 21324006)
Editor: Rika Wahyuningtyas