Dari Cawan Petri Menjadi Kanvas: Workshop Petri-Dish Art 2025 di SITH, Warnai IMD Indonesia
Petri-dish Art yang dipamerkan pada IMD 2025 (Dok. Khansa Muthia Mahlil)
BANDUNG, sith.itb.ac.id – Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi “HIMAMIKRO ARCHAEA” di Sekolah Ilmu Teknologi dan Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Lokus Foundation kembali menyelenggarakan Workshop Petri-Dish Art.. Acara yang berlangsung pada Minggu (14/9/2025) di Laboratorium Instrumentasi Barat, Labtek XI, ITB ini menjadi salah satu rangkaian mini-event dari International Microorganism Day (IMD) Indonesia 2025 yang bertema “Into The Microverse: A Microbial Galaxy Awaits”.
Petri-dish art sendiri merupakan seni yang menggunakan mikroba sebagai “cat” dan media agar sebagai “kanvas”, sehingga pola warna dan tekstur yang muncul berasal dari pertumbuhan alami mikroorganisme. Seni unik ini pertama kali dipopulerkan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 melalui karyanya dengan Penicillium notatum. Sejak itu, agar art berkembang menjadi medium ekspresi yang memadukan ilmu mikrobiologi dengan seni visual.
Ketua Workshop, Rila Tirta Ayudia (Mikrobiologi, 2022), menyampaikan bahwa acara ini dirancang untuk membuka perspektif baru mengenai mikroba. “Lewat Petri-dish art, kami ingin menunjukkan bahwa mikroorganisme tidak hanya dipandang dari sisi ilmiahnya, tetapi juga bisa menjadi sarana berkarya dan menginspirasi banyak orang,” ujarnya.
Syaiful Garibaldi dari Lokus Foundation sedang memaparkan materi mengenai petri-dish art (Dokumentasi Pribadi)
Workshop ini dihadiri langsung oleh Syaiful Garibaldi dari Lokus Foundation sebagai pembicara utama. Syaiful menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk mempertemukan sains, seni, dan teknologi. Dalam sesi materi, peserta diperkenalkan pada berbagai jenis mikroba yang kerap digunakan dalam karya seni, termasuk bakteri penghasil pigmen alami maupun hasil rekayasa genetik.
Peserta terlihat sangat antusias melakukan sesi hands-on (Dokumentasi Pribadi)
Dalam sesi praktik, peserta diberi kesempatan untuk menciptakan karya seni menggunakan empat jenis bakteri yang telah disediakan, yakni Sarcina lutea (berwarna kuning), bakteri asam laktat dari nanas (berwarna merah), Bacillus subtilis (berwarna putih), dan Pseudomonas fluorescens (berwarna putih transparan).Seluruh proses dilakukan dengan teknik aseptik dan pengawasan ketat dari asisten mahasiswa Mikrobiologi ITB untuk memastikan keamanan dan kualitas hasil karya.
Setelah sesi praktik, peserta juga mendapatkan demonstrasi khusus mengenai teknik preservasi Petri-dish art menggunakan resin epoksi, yang berfungsi untuk mengawetkan karya agar dapat bertahan lebih lama sekaligus aman dipamerkan. Tahap ini menambah wawasan peserta bahwa seni mikroba tidak hanya berhenti pada hasil pertumbuhan, tetapi juga dapat dijaga keberlanjutannya sebagai karya seni.
“Acara ini menjadi bukti bahwa seni dan sains tidak bisa dipisahkan. Dengan pendekatan kreatif seperti ini, masyarakat bisa lebih dekat dengan mikroba, sekaligus memahami peran pentingnya dalam kehidupan,” tutur Syaiful dalam sesi penutup.
Workshop Petri-dish art ini sukses menarik minat peserta dari berbagai kalangan, mulai dari siswa SMA, mahasiswa, hingga komunitas seni. Laboratorium terasa hidup dengan energi eksplorasi, percakapan hangat, dan kreativitas tanpa batas.Dengan berakhirnya workshop ini, IMD Indonesia 2025 semakin menegaskan visinya sebagai ruang kolaborasi antara akademisi, komunitas, dan masyarakat dalam menjelajahi potensi mikroorganisme dari sisi ilmiah sekaligus artistik.
Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi, 2022)
Editor: JM