Enter your keyword

SITH ITB Dorong Kemandirian & Produktivitas Petani Klengkeng di Kalimantan Utara Lewat Diversifikasi Pupuk Organik

SITH ITB Dorong Kemandirian & Produktivitas Petani Klengkeng di Kalimantan Utara Lewat Diversifikasi Pupuk Organik

Bulungan, sith.itb.ac.id – Menjawab tantangan yang dihadapi para petani klengkeng di Kalimantan Utara, tim dari Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, menyelenggarakan program Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Inovasi (P2MI) yang bertajuk “Diversifikasi Produk Pupuk Organik dan Pembenah Tanah Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Klengkeng”. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Long Sam, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, pada 26-28 Agustus 2025.

Di bawah pimpinan Dr. Anne Hadiyane, tim pelaksana yang terdiri dari para dosen SITH ITB, yaitu Dr. Atmawi Darwis, Dr. Sopandi Sunarya, Noviana Budianti, Ph.D., dan Dr. Alfi Rumidatul, berkolaborasi dengan Rini Mastuti, S.Pi., M.Si. dari Universitas Borneo Tarakan untuk merealisasikan program ini. Bermitra dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, kegiatan ini menyasar kelompok tani dan masyarakat Desa Long Sam sebagai peserta utama.

Sesi pemberian materi diversifikasi pupuk organik dan biochar kepada kelompok tani dan masyarakat Desa Long Sam.

Program ini diinisiasi berdasarkan diskusi awal dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara dan masyarakat setempat. Para petani mengeluhkan rendahnya kualitas buah klengkeng serta mahalnya harga pupuk di pasaran. Menanggapi hal tersebut, masyarakat secara khusus meminta pelatihan untuk dapat memproduksi pupuk organik secara mandiri dengan memanfaatkan limbah pertanian, kehutanan, dan sampah rumah tangga yang melimpah di sekitar mereka.

Dr. Anne menjelaskan bahwa pendekatan diversifikasi produk ini dipilih untuk menjawab tantangan yang ada. “Melalui penerapan teknologi tepat guna seperti pirolisis untuk menghasilkan asap cair sebagai biofertilizer dan biochar sebagai pembenah tanah, serta inovasi formulasi pupuk organik, yang memanfaatkan bahan baku lokal seperti limbah pertanian dan rumah tangga, diharapkan kualitas tanah dapat diperbaiki dan produktivitas tanaman klengkeng meningkat secara signifikan,” tuturnya.

Kelompok tani dan masyarakat desa melakukan praktik pembuatan pupuk organik dan biochar dibimbing oleh Tim Dosen SITH ITB.

Bentuk kegiatan utama dalam program ini meliputi pelatihan komprehensif yang memadukan teori dan praktik. Sesi materi mencakup analisis kesesuaian lahan, teknik pembibitan klengkeng, Pupuk Organik Cair (POC), kompos organik, hingga teknologi pirolisis untuk menghasilkan asap cair sebagai biofertilizer dan biopestisida, serta biochar sebagai pembenah tanah.

Para peserta kemudian diajak langsung untuk mempraktikkan pembuatan POC dan kompos dari sampah rumah tangga. Selain itu, mereka juga melakukan praktik pembuatan asap cair dan biochar dari limbah pertanian dan kehutanan. Kegiatan diakhiri dengan praktik lapangan untuk mengaplikasikan produk-produk tersebut pada tanaman klengkeng dan kakao milik warga, serta pada lahan yang kurang subur. Selain itu, dilakukan pula praktik lapangan untuk mengidentifikasi sifat fisik tanah agar penanganan lahan lebih tepat sasaran.

Antusiasme masyarakat sangat tinggi, terlihat dari keterlibatan aktif mereka dalam setiap tahapan, mulai dari pelatihan hingga praktik lapangan. Masyarakat juga berbagi informasi lokal mengenai potensi dan tantangan budidaya klengkeng, sehingga kegiatan menjadi sarana integrasi antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

Pengarahan pembuatan produk pupuk organik kepada masyarakat Desa Long Sam, Kab. Bulungan, Kalimantan Utara oleh Dr. Anne.

Dr. Anne menyampaikan apresiasinya atas dukungan masyarakat Long Sam. “Kegiatan ini bukan hanya sarana berbagi ilmu, tetapi juga wadah untuk belajar bersama. Kehangatan sambutan dan semangat gotong royong masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini. Kami berharap pengetahuan dan keterampilan yang telah dibangun dapat terus diterapkan dan dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberlanjutan lingkungan di Kalimantan Utara,” pungkasnya.

Melalui pelatihan ini, diharapkan dapat menghasilkan produk fisik berupa pupuk organik dan biochar yang bermanfaat bagi peningkatan kapasitas petani dalam teknik pembuatan dan aplikasi pupuk organik. Targetnya adalah peningkatan produktivitas dan kualitas buah klengkeng minimal 15–25% dalam periode evaluasi awal, serta penurunan ketergantungan pada pupuk kimia sintetis sehingga mengurangi biaya produksi. Lebih jauh lagi, program ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah secara berkelanjutan dan menumbuhkan kemandirian petani dalam memproduksi pupuk organik.

Foto bersama Tim Dosen SITH ITB dan peserta pelatihan masyarakat Desa Long Sam.

Dr. Anne Hadiyane menegaskan bahwa program ini dirancang untuk keberlanjutan. Rencana tindak lanjut telah disiapkan, mencakup pelatihan dan pendampingan lanjutan, pembuatan modul dan video panduan untuk memudahkan transfer pengetahuan, serta penguatan kerja sama dengan dinas terkait dan lembaga penelitian. “Kami berharap program ini dapat direplikasi ke desa-desa lain melalui jejaring komunitas dan pemerintah daerah,” ujarnya.

Beliau juga berpesan agar semangat kebersamaan yang telah terjalin dapat terus dipelihara. “Program ini hanyalah langkah awal, keberlanjutan ada di tangan masyarakat sendiri. Mari bersama-sama menjadikan potensi besar Kalimantan Utara sebagai kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan, kemandirian, dan keberlanjutan lingkungan,” tutur Dr. Anne.

Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)

Editor: Nita Yuniati

X