Enter your keyword

SITH ITB dan BP2D Jabar Gelar Simposium: Menelisik Peran Mikrobiom dalam Pencegahan Stunting

SITH ITB dan BP2D Jabar Gelar Simposium: Menelisik Peran Mikrobiom dalam Pencegahan Stunting

Bandung, sith.itb.ac.id — Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat sukses menyelenggarakan simposium bertajuk “Peran Mikrobiom dalam Pengembangan Strategi Pencegahan Stunting” pada Jumat, 3 Oktober 2025, bertempat di STP Function Hall, Kampus ITB Ganesha.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program Tim Satgas Penanganan Stunting Provinsi Jawa Barat, yang dilaksanakan secara periodik sebagai upaya memperkuat sinergi antara dunia akademik dan lembaga pemerintah dalam menekan angka stunting di masyarakat melalui pendekatan ilmiah berbasis mikrobiom.

Dekan SITH ITB, Dr. Indra Wibowo, yang juga terlibat dalam tim riset mikrobiom stunting, dalam sambutannya memaparkan skala dan arah riset stunting yang dilakukan oleh SITH ITB. Beliau menjelaskan bahwa riset ini melibatkan 20 mahasiswa sarjana, 2 mahasiswa magister, dan 7 mahasiswa doktor yang berperan aktif dalam kegiatan riset. “Melalui upaya kolaboratif ini, kami telah berhasil membangun koleksi kultur yang kini berisi 130 isolat bakteri dari ASI dan saluran pencernaan anak. Koleksi kultur ini dapat dimanfaatkan untuk menemukan kandidat bakteri probiotik dan penghasil bakteriosin,” jelas Dr. Indra.

Sambutan dan pemaparan arah riset stunting yang dilakukan oleh SITH ITB oleh Dr. Indra Wibowo selaku Dekan SITH ITB dan bagian dari Tim Riset Mikrobiom Stunting.

Lebih lanjut, Dr. Indra menambahkan bahwa riset tim juga menyoroti potensi pangan lokal sebagai sumber probiotik alami. “Proses fermentasi terbukti efektif dalam meningkatkan konsentrasi probiotik sekaligus menurunkan konsentrasi patogen pada bahan pangan,” tuturnya.

Paparan Hasil Riset: Mikrobiom sebagai Kunci Pencegahan Stunting

Rangkaian kegiatan menghadirkan pemaparan hasil riset oleh tim peneliti dari SITH ITB terkait peran mikrobiom dalam mencegah stunting.

Penelitian yang dipaparkan oleh Ayu Rahmawati menyajikan hasil riset tentang potensi bakteri dari Air Susu Ibu (ASI) untuk memerangi disbiosis, atau ketidakseimbangan mikrobiota, yang menjadi salah satu pemicu stunting. Penelitiannya berhasil menyaring isolat bakteri dari ASI dengan anak sehat dan menemukan dua isolat unggul, NE31 dan S6A3, yang menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi. Isolat ini terbukti efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli dan S. aureus.

“Penelitian ini membuktikan bahwa ASI bukan hanya berfungsi sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sumber probiotik aktif yang dapat melindungi sistem pencernaan bayi dan berpotensi digunakan untuk menangani dysbiosis,” pungkas Ayu.

Pemaparan selanjutnya oleh Rahma Widya Ningrum yang menyoroti dampak kualitas ASI terhadap kasus stunting. Terdapat hubungan antara faktor sanitasi lingkungan perkotaan dengan mikrobioma bayi melalui kontaminasi bakteri pada ASI, yang menunjukkan kompleksitas faktor penyebab stunting. Studinya di Jawa Barat menemukan adanya kesamaan profil bakteri antara sampel air yang digunakan warga dengan sampel ASI.

Pemaparan hasil riset terkait dampak kualitas ASI terhdap kasus stunting oleh Rahma.

Kehadiran bakteri oportunistik seperti Enterobacter dan Pseudomonas di kedua sampel mengindikasikan bahwa sanitasi lingkungan dapat secara langsung memengaruhi komposisi mikrobioma ASI. “Temuan studi ini menunjukkan bahwa ASI dapat menjadi medium perantara yang membawa dampak kondisi kebersihan lingkungan langsung ke dalam sistem pencernaan bayi, yang pada akhirnya memengaruhi risiko stunting,” jelas Rahma.

Sementara itu, pemaparan dari Patsy Tasyana Fitri berfokus pada identifikasi bakteri penanda (marker) stunting pada saluran cerna anak. Melalui analisis metagenomik terhadap 117 sampel feses bayi berusia 0-24 bulan di Kabupaten Tasikmalaya, penelitiannya menemukan perbedaan signifikan antara mikrobiota anak sehat dan anak stunting.

Hasilnya menunjukkan bahwa populasi patogen Campylobacter sp. secara signifikan lebih tinggi pada anak stunting, sedangkan genus bakteri komensal seperti Dysosmobacter sp.Megasphaera sp., dan Intestinimonas sp. justru lebih melimpah pada populasi anak sehat. Temuan ini menegaskan bahwa struktur komunitas mikrobiota mengalami perubahan pada populasi stunting dan membuka peluang pengembangan biomarker sebagai deteksi dini stunting.

Pemaparan hasil riset terkait peran mikrobiom pada prevalensi stunting oleh Patsy.

Dari Riset ke Inovasi Aplikatif: Solusi untuk Tantangan Stunting di Perkotaan

Ketiga paparan tersebut menunjukkan bahwa profil mikrobiom yang terdapat di saluran cerna anak, ASI, maupun sanitasi, memiliki keterkaitan erat serta dapat dijadikan landasan ilmiah bagi strategi baru pencegahan stunting di Indonesia.

Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, M.S., Ketua Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba SITH ITB, menjelaskan bahwa riset-riset fundamental tersebut telah mendorong pengembangan inovasi yang lebih aplikatif, seperti alat antropometri digital untuk pengukuran pertumbuhan anak secara presisi serta kit deteksi mikrobiom untuk identifikasi dini risiko stunting.

Lebih lanjut, Prof. Pingkan mengungkap bahwa adanya perbedaan mencolok antara tren stunting di pedesaan dan perkotaan Jawa Barat. “Di daerah pedesaan, angka stunting mulai menurun, tetapi di kota besar seperti Bandung justru meningkat. Tantangannya kini bergeser, bukan lagi keterbatasan pangan, melainkan kesadaran gizi dan pemahaman tentang kesehatan mikrobiom,” ungkapnya.

Peserta yang mengikuti symposium “Peran Mikrobiom dalam Pengembangan Strategi Pencegahan Stunting” kerja sama SITH ITB dengan BP2D Jabar.

Kolaborasi Lintas Sektor dan Aksi untuk Masyarakat

Selepas sesi ilmiah, acara dilanjutkan dengan sesi live cooking bertema “Cara Pengolahan Tepat Pangan Segar & Fermentasi” oleh praktisi kuliner, Syakti Surya Hiyangti Ningsih, A.Md.Par., serta pameran hasil riset dan bazar UMKM yang menampilkan produk pangan fungsional lokal. Kolaborasi antara akademisi, lembaga pemerintah, dan pelaku usaha ini memperlihatkan upaya nyata dalam mendorong inovasi pangan bergizi yang dapat diterapkan langsung di masyarakat.

Melalui simposium ini, SITH ITB dan BP2D Jawa Barat menegaskan komitmen untuk memperkuat sinergi antara ilmu pengetahuan dan kebijakan publik. Pendekatan riset berbasis mikrobiom, inovasi pangan probiotik lokal, serta pengembangan teknologi deteksi dini menjadi langkah konkret ITB dalam membantu upaya menuju generasi Jawa Barat yang lebih sehat dan bebas stunting.

Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024); Aura Salsabila Alviona (2025)

Editor: Nita Yuniati

X