Enter your keyword

Raih Peneliti Terbaik Indofood Riset Nugraha, Mahasiswa SITH ITB Rosdiana Anjelina Angkat Sistem Tanam “Three Sisters”

Raih Peneliti Terbaik Indofood Riset Nugraha, Mahasiswa SITH ITB Rosdiana Anjelina Angkat Sistem Tanam “Three Sisters”

Bandung, sith.itb.ac.id – Rosdiana Anjelina, mahasiswa Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2021, berhasil meraih penghargaan sebagai “Peneliti Terbaik” dalam program Indofood Riset Nugraha (IRN) 2024-2025.

Penghargaan bergengsi ini diraih berkat penelitiannya yang mendalam mengenai sistem tumpang sari “Three Sisters” (tiga saudara) dengan menggunakan pupuk organik.

Penelitian ini berangkat dari tantangan besar dalam ketahanan pangan di Indonesia, yaitu keterbatasan lahan dan degradasi tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Sistem monokultur yang dominan sering kali menyebabkan tanah cepat rusak dan ketergantungan tinggi pada input eksternal.

Menjawab tantangan tersebut, Rosdiana bersama dua rekannya, Sakura Laila Santoso dan Paloma Matondang, menggagas penelitian kolaboratif yang berfokus pada sistem “Three Sisters”, sebuah sistem tanam kuno yang mengintegrasikan tiga tanaman, yaitu jagung, kacang panjang, dan labu kuning.

Di bawah bimbingan Dr. Sartika Indah Amalia Sudiarto, S.Si., M.Sc., Ph.D., ketiga mahasiswa ini meneliti aspek berbeda dari sistem yang sama. Meski pendanaan IRN bersifat individual, pelaksanaan riset di lapangan hingga analisis laboratorium dilakukan secara kolaboratif sebagai bagian dari Tugas Akhir mereka.

Rosdiana mengajukan penelitian komprehensif ini ke program IRN dengan judul “Analisis Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman, Kualitas Biomassa, Serta Dinamika Kandungan Nitrogen Pada Sistem Three Sisters Dengan Penggunaan Pupuk Vermikompos.” Judul ini mencakup keseluruhan aspek yang diteliti oleh tim, mulai dari efisiensi hara, produktivitas tanaman, hingga kualitas hasil panen.

Dosen pembimbing mereka, Dr. Sartika, menyoroti etos kerja tim yang solid di balik kesuksesan riset ini. “Pada dasarnya Rosdiana dan kelompoknya (Paloma dan Sakura) ketiganya memiliki komitmen dan konsisten dalam melaksanakan penelitian. Penelitian yang mereka lakukan cukup banyak namun bisa menyelesaikan dengan baik,” ungkap Dr. Sartika.

Ia juga terkesan dengan dinamika kolaborasi ketiganya. “Kesan saya, mereka punya kerja sama yang baik. Mereka punya standar capaian yang cukup tinggi, namun mereka memiliki strategi yang baik untuk menyelesaikan dan konsisten hingga akhir,” jelasnya.

Sinergi Ekologis Tiga Tanaman

Dalam wawancaranya, Rosdiana menjelaskan bahwa kunci dari sistem “Three Sisters” adalah sinergi ekologis. Setiap tanaman memiliki peran unik yang saling mendukung.

“Sistem ini punya kaitan langsung dengan kestabilan unsur hara tanah, termasuk NPK,” jelas Rosdiana.

Ia memaparkan, kacang panjang berperan penting dalam fiksasi nitrogen melalui bakteri Rhizobium di bintil akarnya. Jagung berfungsi sebagai penopang fisik untuk kacang panjang sekaligus penyerap nutrisi utama. Sementara itu, labu kuning bertindak sebagai penutup tanah, yang berfungsi menjaga kelembapan, menekan pertumbuhan gulma, dan mencegah erosi.

“Kombinasi ini, didukung pupuk vermikompos, mendukung siklus hara yang lebih stabil dan mempercepat dekomposisi bahan organik,” tambahnya.

Hasil Riset yang Menjanjikan

Kolaborasi penelitian ini membuahkan hasil yang komprehensif dan sangat positif. Riset tim ini menunjukkan bahwa sistem “Three Sisters” dengan pupuk organik mampu menghasilkan biomassa berkualitas tinggi dari ketiga komoditas.

Temuannya mencatat bahwa tongkol jagung manis menunjukkan keseragaman ukuran, tingkat pengisian biji yang tinggi, serta rasa manis yang baik. Kacang panjang yang dihasilkan juga memiliki ukuran dan tingkat kekerasan yang seimbang dan ideal untuk dikonsumsi. Sementara itu, labu kuning menunjukkan potensi hasil panen dengan bobot buah yang sangat tinggi.

Dari sisi ekologis, penelitian ini juga membuktikan bahwa sistem “Three Sisters” terbukti kompetitif dan efisien dalam penggunaan hara nitrogen di dalam tanah. Secara keseluruhan, penelitian di lahan percobaan ITB Jatinangor ini berhasil menunjukkan potensi efisiensi lahan yang tinggi dengan kemampuan memproduksi tiga komoditas pangan berkualitas  sekaligus dalam satu petak tanam yang sama.

Harapan untuk Peneliti Muda

Bagi Rosdiana, pencapaian ini terasa “agak sureal tapi sangat bersyukur”. Proses penelitian ini, menurutnya, mengajarkan bahwa riset bukan soal instan, melainkan soal kesabaran dan keyakinan untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai.

“Yang paling aku suka, jadi makin sadar kalau alam punya caranya sendiri buat berinteraksi,” ujarnya.

Ia berharap, ke depan akan semakin banyak peneliti muda yang berani mengulik hal-hal yang kelihatannya sederhana namun sebenarnya memiliki potensi besar.

“Karena riset bukan soal besar-kecilnya proyek, tapi seberapa dalam kita bisa memahami hubungan antara manusia, pangan, dan lingkungan. Kalau kita berani mulai dari situ, inovasi yang lahir pun bakal lebih membumi dan bermakna,” tutupnya.

Reporter: Aura Salsabila Alviona (Bioteknologi, 2025)

Editor: JM

X