KK ATB SITH ITB Gelar Seminar Mengenai Konsep Biorefinery dan Ekonomi Sirkular untuk Pertanian Berkelanjutan
Jatinangor, sith.itb.ac.id – Menjawab tantangan global terkait ketahanan energi, pangan, dan air, Kelompok Keahlian (KK) Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk (ATB), Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB), menggelar seminar internasional bertajuk “Development of Sustainable Agriculture and Bioproduction System” pada Jumat, 24 Oktober 2025. Acara yang digelar secara hybrid, bertempat di Ruang Rapat 2, Labtek 1A, Kampus ITB Jatinangor, dan disiarkan secara daring melalui platform Zoom Meeting ini menghadirkan tiga pakar dari Jepang, Malaysia, dan Indonesia. Seminar ini mengupas tuntas bagaimana sains dan teknologi dapat menciptakan sistem produksi yang lebih berkelanjutan, dari hulu hingga hilir.
Menakar Jejak Lingkungan dengan ”Life Cycle Assessment”
Pembicara Prof. Ryozo Noguchi dari Kyoto University, Jepang, yang hadir secara daring membahas materi terkait “System Analysis and Environmental Impact Assessment for Food Production and Biological Resource Utilization“.
Prof. Noguchi menekankan bahwa untuk melangkah menuju masyarakat yang ramah lingkungan (bio-based society), diperlukan sebuah metode evaluasi yang akurat. Beliau memperkenalkan kerangka life cycle atau siklus hidup sebagai pendekatan yang mempertimbangkan keseluruhan siklus sebuah produk atau layanan.

Prof. Ryozo Noguchi (Kyoto Univ.) memaparkan materi dalam seminar yang hadir secara daring melalui platform Zoom (Dok. Dr. Indrawan)
Dalam paparannya, beliau menyoroti Life Cycle Assessment (LCA) sebagai alat evaluasi keberlanjutan. Menurutnya, LCA adalah sebuah pendekatan krusial yang kini semakin banyak digunakan di sektor pertanian dan pangan.
“LCA adalah pendekatan komprehensif untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari suatu produk dan layanan yang mempertimbangkan keseluruhan siklus hidup produk dan layanan tersebut,” jelas Prof. Noguchi.
Beliau menambahkan bahwa studi LCA bertujuan untuk membandingkan alternatif atau mengidentifikasi langkah-langkah di mana perbaikan paling signifikan dapat dilakukan.
Biorefinery: Mengubah Limbah Pertanian Menjadi Manfaat
Pembahasan dilanjutkan oleh Prof. Ts. Dr. Suraini Abd. Aziz dari Universiti Putra Malaysia (UPM). Beliau memaparkan topik “Sustainable Agriculture through Pineapple Biorefinery: Enzymatic Conversion for Value-Added Bioproducts“.
Prof. Suraini memperkenalkan konsep biorefinery sebagai elemen kunci dalam pembangunan berkelanjutan. Beliau menyoroti melimpahnya limbah pertanian (agrowaste), yang sering dianggap sebagai masalah, namun sesungguhnya merupakan sumber daya berharga.

Prof. Suraini (UPM, Malaysia) memaparkan terkait konsep biorefinery (Dok. Dr. Indrawan)
“Biorefinery adalah pendekatan inovatif dalam manajemen lingkungan, di mana produk di akhir masa pakainya atau bahan limbah dilihat sebagai sumber daya berharga untuk produksi bioproduk bernilai tambah tinggi atau biofuel,” ungkap Prof. Suraini.
Beliau memberikan contoh konkret melalui Strategi Biomassa Nasional 2020 di Malaysia, yang dimulai dengan pemanfaatan biomassa dari industri kelapa sawit untuk menciptakan industri hilir bernilai lebih tinggi.
Ekonomi Sirkular sebagai Payung Keberlanjutan
Dr. Muhammad Yusuf Abduh yang merupakan Ketua KK ATB SITH ITB juga menjelaskan keterkaitan kedua gagasan sebelumnya dalam kerangka yang lebih luas melalui topik “Valorization of Biomass using a Biorefinery Concept“.
Dr. Yusuf mengingatkan akan tantangan global mendesak yang harus dijawab.
“Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ketahanan energi, ketahanan pangan, dan juga ketahanan air, sehingga kita bisa hidup untuk generasi yang lebih baik,” tanya Dr. Yusuf, menekankan urgensi transisi berkelanjutan.
Beliau menawarkan solusi melalui daur ulang sumber daya (resource recycling), yang menjadi inti dari konsep Ekonomi Sirkular (Circular Economy). Konsep biorefinery yang telah dibahas sebelumnya merupakan salah satu implementasi nyata dari ekonomi sirkular ini.

Ketua KK ATB, Dr. Yusuf, memaparkan terkait konsep ekonomi sirkular (Dok. Dr. Indrawan)
Dr. Yusuf menjelaskan bahwa ekonomi sirkular ini berlandaskan pada pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan. Beliau memaparkan kerangka kerja ini ditopang oleh tiga pilar utama: tiga prinsip, empat siklus, dan lima poin dasar.
Lima poin dasar tersebut mencakup produksi bersih, ekologi industri, pertanian berkelanjutan, konsumsi hijau, dan pengelolaan limbah. Sementara empat siklusnya terdiri dari siklus internal, siklus antar produksi, siklus seluruh masyarakat, serta siklus energi dan material.
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa fondasi dari semua ini adalah tiga prinsip utama.
“Tiga prinsip tersebut adalah reduction, reuse, recycling (pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang)”, tegasnya.

Foto bersama para peserta yang hadir dan pembicara seminar (Dok. Dr. Indrawan)
Seminar berlangsung dengan antusiasme tinggi dari para peserta yang hadir secara luring maupun daring, yang kemudian ditutup dengan sesi diskusi interaktif. Dengan diselenggarakannya seminar ini, KK ATB SITH ITB berharap dapat terus mendorong inovasi dan kolaborasi internasional riset lintas negara untuk mewujudkan sistem pertanian dan bioproduksi yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)
Editor: Nita Yuniati