Mahasiswa SITH ITB yang Tergabung dalam Tim Ganara ITB, Raih National Winner di Kompetisi Global L’Oréal
JATINANGOR, sith.itb.ac.id – Salah satu mahasiswa Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Muhammad Nabil Razhin, berhasil meraih National Winner dalam ajang bergengsi L’Oréal Brandstorm 2025. Bersama Anindya Sekar Putri dari program studi Teknik Industri dan Afifah Hasna dari program studi Manajemen, Nabil membentuk Tim Ganara yang sukses meraih prestasi di kompetisi inovasi tahunan berskala internasional ini.
Tim Ganara berhasil meraih juara dalam kompetisi ini. Sebagai pemenang, mereka berkesempatan untuk mewakili Indonesia dalam L’Oréal Brandstorm tingkat global yang akan diselenggarakan di Paris pada 12 Juni 2025.
L’Oréal Brandstorm merupakan kompetisi yang terbuka bagi anak muda berusia 18 hingga 30 tahun dari berbagai latar belakang. Pada tahun 2025, kompetisi ini mengangkat tema “Men. Beauty & Care. Game on. Through tech, products and beyond.” yang mendorong pesertanya untuk menciptakan solusi di bidang perawatan pria melalui teknologi, produk, dan pendekatan inovatif lainnya.
Kompetisi ini digelar oleh L’Oréal Consumer Products Division, sebuah unit yang menghadirkan berbagai produk kecantikan populer di gerai seperti Watson dan Guardian. Kompetisi yang dimulai sejak November 2024 ini telah diikuti oleh lebih dari 2.100 tim atau sekitar 6.300 peserta dari seluruh Indonesia.
Dalam kompetisi ini, Tim Ganara mengembangkan revivemist, sebuah pembersih wajah yang dirancang khusus untuk pria yang memiliki aktivitas padat. Produk ini hadir sebagai respons terhadap temuan bahwa sekitar 70% pria tidak terbiasa mencuci muka secara teratur dan 67% kasus dermatitis neglecta—penyakit kulit akibat penumpukan kotoran, minyak, dan sel kulit mati karena kurangnya kebersihan—terjadi pada pria. Kebiasaan ini umumnya disebabkan oleh kesibukan dan rutinitas perawatan kulit yang dianggap merepotkan.
revivemist hadir sebagai solusi praktis untuk membersihkan wajah secara instan—tanpa perlu dibilas atau dilap, cukup disemprotkan. Meski bukan pengganti cuci muka secara menyeluruh, revivemist menawarkan cara cepat dan efisien untuk menjaga kebersihan kulit, kapan saja dan dimana saja. Produk ini dirancang khusus untuk pria yang sering kesulitan meluangkan waktu untuk rutinitas perawatan wajah. Lebih dari sekadar pembersih, revivemist juga mengajak pria untuk lebih sadarakan pentingnya merawat kebersihan kulit, agar tetap aktif dengan wajah yang bersih dan segar.
revivemist mengusung tiga teknologi utama yang menjadi keunggulannya. Pertama, teknologi micromist dengan partikel mikro yang mampu menembus pori-pori lebih dalam, memberikan pembersihan yang lebih merata dan efisien. Dilengkapi dengan niacinamide dan mentol, produk ini memberikan sensasi hanya dalam 3 detik. Kedua, dengan kandungan etanol dan biosurfaktan, revivemist efektif dalam mengatasi keringat dan minyak berlebih, serta memberikan efek instant-drying. Ketiga, revivemist berfungsi sebagai skincare 2-in-1 yang efektif, membersihkan dan melindungi kulit sekaligus. Kandungan ectoine di dalamnya melindungi kulit dari paparan sinar UV dan polusi, serta memberikan manfaat anti-inflamasi dan antioksidan.
Keunggulan inilah yang menjadi landasan kuat bagi Tim Ganara dalam mengembangkan konsep Revivemist dan membawanya ke ajang kompetisi inovasi tingkat nasional. Berkat ide ini, mereka berhasil meraih juara dan mendapat kesempatan untuk melangkah ke panggung internasional.
“Unexpectedly, pengalaman ini sangat seru dan penuh dengan pembelajaran. Aku tidak pernah menyangka bisa mendapat kesempatan untuk mewakili Indonesia ke Paris. Sejak kecil, aku sangat ingin ke Paris dan bisa benar-benar pergi ke sana membuat aku merinding bahagia,” ujar Nabil penuh semangat.
Nabil berharap, jika nantinya Tim Ganara berhasil meraih kemenangan di tingkat internasional, produk revivemist dapat benar-benar direalisasikan dan digunakan secara luas. Namun, lebih dari itu, ia juga berharap kesadaran pria untuk menjaga kebersihan wajah semakin meningkat.
“Semoga apa yang kami capai ini bisa menjadi inspirasi teman-teman di ITB, khususnya bagi teman-teman Rekayasa Pertanian, untuk terus berkembang, tidak hanya di bidang keilmuan sendiri, tetapi juga di luar itu. Karena potensi kita sangat luas kalau mau mencoba dan berani keluar dari zona nyaman,” tutup Nabil.
Reporter: Helga Evangelina (Rekayasa Pertanian, 2021)
Editor : Jeprianto Manurung