Enter your keyword

Perkuat Kesehatan Mental Mahasiswa, SITH ITB Adakan Kuliah Tamu Bahas Pemulihan Diri dari Luka Emosi

Perkuat Kesehatan Mental Mahasiswa, SITH ITB Adakan Kuliah Tamu Bahas Pemulihan Diri dari Luka Emosi

BANDUNG, sith. itb.ac.id – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB menggelar kuliah tamu bertajuk “Your Story Matters: Healing the Silent Struggles Behind Success”, secara hibrid di Gedung Labtek VI ITB Kampus Ganesha, Rabu (4/6/2025). Pembicara pada kuliah tamu ini yakni Psikolog sekaligus Founder Statera Healing Studio, Amanda Octacia Sjam, S.Psi., M.Si. Dengan moderator Dr. Karlia Meitha, Ketua Program Studi Bioteknologi SITH ITB.

Menurut Dr. Meitha, tujuan acara tersebut adalah membekali mahasiswa SITH dengan keterampilan untuk mengenali emosi dan menjaga kesehatan mental. “Mahasiswa SITH perlu mempertahankan motivasi, mendorong diri untuk berjuang dalam proses belajar, dan tidak mudah menyerah jika menghadapi kegagalan, terlebih saat ini sedang masa dilaksanakannya Ujian Akhir Semester (UAS) dimana ketangguhan mental mahasiswa juga turut diuji,” sahut Dr. Meitha.

Di awal sesi, pemateri menyampaikan keresahan-keresahan yang utamanya dialami oleh mahasiswa ITB, yakni the silent struggle, ketika kita yang telah terbiasa juara lalu merasa gagal saat masuk dunia perkuliahan. “Jadi ketika kita udah ada di kampus ini wah bangga bahagia, tapi ternyata setelah saya masuk, kok berat banget ya, padahal waktu SMA selalu juara kelas,” tutur Amanda.

“Awalnya overthinking masalah perkuliahan dan nilai, tetapi karena tekanannya banyak dari lingkungan. Kita mulai overthinking gimana kalau kita ga lulus, gimana kalau nanti orang tua saya kecewa, dan akhirnya mengganggu aktivitas kita sehari-hari,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa kita perlu menyadari luka yang kita rasakan. “Jadi kalau kita udah mulai frustrasi, itu positif, karena kita bisa cari pertolongan ke orang lain. Namun, yang bahaya adalah kita terlihat baik-baik saja sehingga tidak terlihat oleh orang lain,” jelasnya.

Apapun yang pernah kita alami dalam hidup itu semuanya valid. “Hal yang membuat orang takut untuk terbuka adalah takut terkena judgement. Semua cerita dan pengalaman hidup kita itu valid dan butuh space, maka dari itu proses pemulihan itu penting,” ungkapnya.

Menurutnya, yang namanya trauma itu bukan peristiwanya. Trauma adalah bagaimana pemaknaan kita terhadap suatu peristiwa tertentu. “Semua orang tanpa terkecuali pasti punya trauma dalam hidup, yang penyebabnya mungkin berasal dari kehidupan sehari-hari. Hal apapun bisa menjadi trigger trauma kita,” katanya.

Di balik struggle, terdapat cerita, di antaranya tekanan masa kecil, selalu jadi anak pintar yang tidak boleh gagal, takut mengecewakan orang lain, serta trauma otak.

Beliau memaparkan perkembangan otak manusia dan kaitannya dengan emosi seseorang. “Otak kita itu berkembang secara bertahap. Saat kita masih berada di dalam kandungan sampai kita berumur 2 tahun, perkembangan otak yang paling cepat adalah batang otak. Ia bekerja sesuai refleks. Dari usia 2 tahun, bergeser ke perkembangan otak emosi, dan berakhir pada perkembangan otak logika pada usia 7 tahun,”Kemudian, saraf vagus merupakan saraf terpanjang yang terhubung dengan jantung, paru-paru, gastro, otot tenggorokan, dan wajah. “Makanya ketika kita stress, mudah terkena sakit lambung bahkan sampai gerd,” jelasnya.

Menurutnya, pemulihan itu merupakan suatu hal yang mungkin. Cara-caranya mulai dari tubuh, belajar mengatur, bukan menekan apa yang dirasakan, terapi membantu, serta praktikkan teknik regulasi dengan napas 4-7-8 dan finger hold sehingga dapat menenangkan saraf. “Jadi trauma itu seperti luka, tidak akan sembuh jika tidak diobati,” pungkasnya.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)

Editor : Ardhiani Kurnia Hidayanti

X