Enter your keyword

Dua Mahasiswa SITH ITB Raih Beasiswa Charoen Pokphand Best Student Appreciation (CPBSA) 2025

Dua Mahasiswa SITH ITB Raih Beasiswa Charoen Pokphand Best Student Appreciation (CPBSA) 2025

Poultry Excursion yang diikuti oleh peserta CPBSA Batch 6 di China

Beijing, sith.itb.ac.id – Perusahaan agribisnis dan pangan global, Charoen Pokphand (CP), memberikan Beasiswa Charoen Pokphand Best Student Appreciation (CPBSA) kepada dua mahasiswa berprestasi dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB). Mahasiswa tersebut adalah Belva Jaulah Puteri Insani (NIM 11421065) dari Program Studi Rekayasa Pertanian dan Rayhan Rizqy Ramadhan (NIM 11921014) dari Program Studi Teknologi Pasca Panen.

CPBSA adalah program yang ditujukan kepada mahasiswa berprestasi yang sedang berada di tahap magang atau semester akhir dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,01. Program ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk magang di Charoen Pokphand Indonesia, mengenal dunia pertanian, peternakan, industri pangan, serta mengikuti poultry excursion ke China.

Belva melihat program CPBSA relevan dengan bidang studinya dan menjadi kesempatan berharga untuk menambah pengalaman di dunia industri. Sementara itu, Rayhan terdorong mengikuti program ini karena ingin merasakan magang di perusahaan multinasional serta mendapatkan pengalaman kunjungan industri ke luar negeri yang difasilitasi penuh.

Proses seleksi terdiri atas beberapa tahap. Peserta harus mengumpulkan Curriculum Vitae (CV), membuat video dengan tema “Shaping Future Young Leaders Ready to Bring Positive Change to The World of Agribusiness“, dan mengikuti wawancara serta Leaderless Group Discussion (LGD).

Program CPBSA memberikan kesempatan magang di unit bisnis Charoen Pokphand Group Indonesia pada 15 Juli–2 September 2025. Belva melaksanakan magang di PT BISI International, Farm Lembang, sedangkan Rayhan ditempatkan di CP Food Cicalengka pada bidang food processing.

Pengalaman magang ini membantu keduanya memahami aplikasi nyata dari ilmu yang dipelajari di SITH. Belva mendapat proyek menguji adaptabilitas beberapa varietas terong yang sejalan dengan program studinya di Rekayasa Pertanian, sedangkan Rayhan mendalami food processing dengan mempelajari cara produksi makanan agar tetap berkualitas, aman, dan memiliki masa simpan panjang.

Kegiatan pameran poultry industry VIV Select China 2025

Selain magang, mereka juga berkesempatan mengikuti kunjungan industri di Kota Nanjing yang didampingi oleh Azzania Fibriani, S.Si., M.Si., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik SITH ITB untuk melihat langsung berbagai lini usaha Charoen Pokphand. Belva menceritakan pengalamannya saat mengunjungi CP Pinggu, salah satu perusahaan CP Group yang bergerak di bidang produksi telur. “Di sana, perawatan ayam sudah banyak mengandalkan sistem robotik dan IoT, sehingga efisiensi tenaga manusia meningkat. Produk utama CP Pinggu adalah telur segar, tetapi mereka juga punya produk ready-to-eat dan telur untuk keperluan baking,” ungkap Belva, Senin (15/09/2024).

Sementara itu, Rayhan menilai kunjungan ini membuka wawasannya terhadap kemajuan industri dan pendidikan di China. “Sangat membuka mata, karena industri di China sudah jauh lebih maju dan bisa menjadi benchmark bagi Indonesia. Mereka sudah banyak menerapkan robotik dan IoT. Bahkan saat kunjungan ke Beijing Agriculture University, kami melihat bagaimana pembelajaran agricultural sudah sangat mendalam, termasuk pengajaran tentang engineering hingga robotik,” jelasnya.

Pengalaman belajar di SITH terbukti membantu mereka memaksimalkan kesempatan dalam program CPBSA. “Kegiatan laboratorium, organisasi, dan diskusi akademik membuat saya terbiasa berpikir kritis dan komunikatif, sehingga sangat mendukung saat mengikuti diskusi maupun bekerja di lapangan,” ujar Belva. Sementara itu, Rayhan menuturkan bahwa pengalaman di laboratorium memberinya bekal untuk memahami proses QC dan QE, standar sertifikasi, hingga problem solving di pabrik. “Skill komunikasi dan presentasi yang saya latih selama perkuliahan juga sangat membantu saat harus berdiskusi dengan tim maupun atasan,” ujarnya.

Belva berharap pengalaman kunjungan industri dan magang melalui CPBSA dapat menjadi bekal untuk berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia melalui kolaborasi antara mahasiswa, akademisi, profesional, dan pemerintah agar sektor pangan lebih maju dan berdaya saing global. Sementara itu, Rayhan menilai pengalaman ini membuka pemahaman mengenai kesenjangan industri Indonesia dan mendorongnya untuk ikut berupaya mengejar ketertinggalan melalui penerapan teknologi.

Kontributor: Trinitaty Bulan M Hutabarat Biomanajemen 21325017

Editor: Nita Yuniati

X