Enter your keyword

SITH ITB Dorong Transformasi Pertanian Berkelanjutan

SITH ITB Dorong Transformasi Pertanian Berkelanjutan

Bandung, sith.itb.ac.id — Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi mitra strategis dalam episode perdana webinar “TUNTAS TANI: Tukar Ilmu, Teknologi, dan Inovasi Pertanian” yang diselenggarakan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhorti) Jawa Barat. Mengusung tema “Pertanian Organik di Jawa Barat: Menuju Pangan Sehat dan Ramah Lingkungan,” acara yang digelar secara daring pada Senin, 6 Oktober 2025, ini dihadiri oleh Dosen SITH ITB yaitu, Dr. Indra Wibowo, S.Si., M.Sc dan Anriansyah Renggaman, M.Sc., PhD.

Acara yang diinisiasi untuk memperkuat jejaring pengetahuan dan inovasi antar pemangku kepentingan pertanian ini mengusung semangat kolaboratif antara akademisi, penyuluh, pelaku usaha tani, dan masyarakat. Kegiatan ini juga sejalan dengan visi Jawa Barat “Jabar Istimewa: Lembur diurus, Kota ditata”, khususnya langkah kedua pembangunan yang berfokus pada pengembangan ekosistem pertanian organik, perbaikan jaringan irigasi, serta penguatan benih dan bibit unggul. Inisiatif ini merupakan jawaban atas berbagai tantangan pertanian di Jawa Barat, mulai dari perubahan iklim, alih fungsi lahan, hingga kesehatan tanah yang kian menurun, di mana tercatat hanya sekitar 12,15% tanah di Jawa Barat yang berada dalam kondisi sehat.

Mengatasi Dilema Pertanian dengan Sains dan Teknologi

Dekan SITH ITB, Dr. Indra Wibowo, memaparkan peran komprehensif SITH dalam mentransformasi sistem pertanian Indonesia. Beliau menyoroti bagaimana kepakaran di SITH mencakup seluruh rantai nilai pertanian, dari hulu hingga hilir.

“Di proses hulu, kepakaran SITH berperan dalam bioprospeksi sumber daya genetik baru hingga rekayasa genetika mutakhir seperti gene editing CRISPR pada tanaman pangan. Di tingkat lahan, kami mengembangkan pendekatan mikrobiologis untuk pemulihan kondisi tanah serta pertanian presisi berbasis machine learning dan big data. Di hilir, kami fokus pada teknologi pasca panen dan penanganan limbah melalui konsep biorefinery untuk membangun sirkularitas ekonomi,” papar Dr. Indra.

Dr. Indra juga menggarisbawahi dilema yang dihadapi Indonesia antara tuntutan peningkatan produksi pangan dan desakan untuk menerapkan prinsip berkelanjutan di tengah krisis lingkungan. Menurutnya, narasi pertanian Indonesia harus bergerak lebih jauh dari sekadar ketahanan pangan.

“Sudah waktunya kita meninjau kembali sistem pangan kita. Indonesia perlu berbicara lebih dari ketahanan pangan, tetapi bergerak ke narasi yang lebih luas seperti keberlanjutan pangan (food sustainability). Pendekatan ini bertujuan menciptakan sistem pangan yang sehat dan adil untuk masyarakat serta lingkungan dalam jangka panjang, memastikan generasi sekarang dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang,” tegasnya.

Pemaparan Dr. Indra pada Webinar TUNTAS TANI menyoroti peran SITH dalam riset pertanian di Indonesia.

Sebagai jawaban, Dr. Indra memperkenalkan model Regenerative Integrated Smart Ecosystem (RISE), sebuah model intensifikasi pertanian berkelanjutan yang digagas SITH ITB. Model ini mengombinasikan teknologi cerdas seperti irigasi otomatis berbasis sensor dan pemanfaatan mikroba, dengan prinsip regeneratif dan terintegrasi yang adaptif terhadap konteks sosio-ekologis pertanian skala kecil di Indonesia.

Lebih lanjut, Dr. Indra menjelaskan SITH menggarisbawahi bahwa tidak ada one-size-fits-all di dalam menjawab permasalahan pertanian di Indonesia.

“Oleh karena itu, model penerapan teknologi yang berorientasi intensifikasi berkelanjutan ini harus selalu dapat menyesuaikan dengan konteks spesifik sosial dan ekologis pertanian yang sangat beragam di berbagai wilayah di Indonesia. Kunci dari penerapan model intensifikasi berkelanjutan ini adalah versatilitas dan sensitivitas adaptasi teknologi terhadap konteks lokal yang ada,” jelas Dr. Indra

Pertanian Organik: Jalan Menuju Keseimbangan dan Keberlanjutan

Selanjutnya, Anriansyah Renggaman, M.Sc., Ph.D., Kepala Program Studi Rekayasa Pertanian SITH ITB, turut hadir sebagai pemateri utama dengan memaparkan topik “Pertanian Organik: Menuju Pangan Sehat dan Ramah Lingkungan.”, mengupas secara mendalam mengenai konsep dan penerapan pertanian organik sebagai solusi konkret bagi pembangunan sektor pertanian. Beliau menyoroti permasalahan pertanian di Jawa Barat, termasuk menurunnya kualitas tanah dan kerentanan terhadap guncangan eksternal. Menurutnya, model pertanian industrial yang ada saat ini tidak lagi memadai.

“Selama ini, kita terlalu fokus pada industrialisasi pertanian yang hanya mengejar angka produksi dan cenderung mengabaikan aspek keberlanjutan. Praktik pemakaian bahan sintetis secara masif terbukti menurunkan kualitas kimia dan fisik tanah, merusak keanekaragaman hayati, hingga meninggalkan residu kimia berbahaya. Oleh karena itu, sektor pertanian harus beralih ke sistem yang lebih seimbang,” ungkap Dr. Anriansyah.

Beliau menjelaskan bahwa pertanian organik menawarkan alternatif yang holistik, yang tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga memulihkan ekosistem. Sistem ini berdiri di atas empat prinsip dasar yang saling terkait: Kesehatan, Ekologi, Keadilan, dan Kepedulian (Health, Ecology, Fairness, and Care).

Dr. Anriansyah memaparkan terkait pertanian organik pada webinar TUNTAS TANI.

Menurutnya, pertanian organik adalah sistem produksi yang menjaga kesehatan tanah, tanaman, hewan, dan manusia sebagai satu kesatuan biosistem yang tidak terpisahkan. “Hal ini menjadi sebuah landasan untuk membangun hubungan yang adil antara lingkungan dan semua makhluk hidup di dalamnya. Manfaatnya jelas, mulai dari perbaikan kualitas tanah dan air, menghasilkan pangan yang lebih sehat dan bergizi, hingga meningkatkan kesejahteraan petani melalui input usaha yang lebih murah dan harga jual yang lebih tinggi,” pungkas Dr. Anriansyah.

Dr. Anriansyah juga memaparkan berbagai metode organik yang dapat diterapkan, mulai dari pembuatan kompos, rotasi tanam, sistem mina padi, hingga pengendalian hama alami menggunakan tanaman pembatas, yang semuanya bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi ketergantungan pada input eksternal.

Sinergi untuk Pertanian Jabar yang Maju dan Berkelanjutan

Kegiatan Webinar TUNTAS TANI diharapkan menjadi ruang pembelajaran dan kolaborasi berkelanjutan antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat tani. Melalui forum ini, Distanhorti Jabar menargetkan terbangunnya jejaring pengetahuan, meningkatnya kapasitas sumber daya pertanian, serta terciptanya inovasi yang berdampak langsung bagi ketahanan pangan daerah.

Kepala Distanhorti Jabar, Ir. Dadan Hidayat, M.Si., menekankan urgensi perubahan paradigma dalam sektor pertanian serta pentingnya inovasi pertanian yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi, tetapi juga menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

“Pertanian kini berada di tengah arus perubahan besar. Tantangan yang kita hadapi bukan hanya soal meningkatkan produksi, tetapi juga bagaimana kita menghasilkan pangan yang sehat, aman, diproduksi secara ramah lingkungan, mensejahterakan para petaninya, dan tentunya harus berkelanjutan,” ujar Ir. Dadan Hidayat.

Kolaborasi antara SITH ITB dan Distanhorti Jabar dalam forum ini menjadi langkah konkret dalam mengolah riset ilmiah menjadi kebijakan dan praktik yang dapat diadopsi langsung oleh masyarakat, untuk mewujudkan ekosistem pertanian Jawa Barat yang lebih produktif, adil, dan berkelanjutan.

Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)

Editor: I Dewa M. Kresna

X