Mahasiswa SITH dan FTI ITB Berkolaborasi Kembangkan Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Jelantah, Raih Prestasi Internasional di CERCo 2025
Bandung, sith.itb.ac.id – Inovasi ramah lingkungan kembali lahir dari mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Melalui kolaborasi mahasiswa dari lintas keilmuan, Hanif Yusran Makarim (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), program studi Rekayasa Pertanian), bersama dua rekannya Muhammad Daffa Anrizky dan Veronicha Zenith Shanvial S. (Teknik Bioenergi dan Kemurgi– FTI), tergabung dalam satu Tim, Agrinuva, dan berhasil meraih Juara 3 dalam ajang International Chemical Engineering Research Competition (CERCo) 2025 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Diponegoro.

Tim Agronuva menerima penghargaan 3rd Winner, International Chemical Engineering Research Competition (CERCo) pada Sabtu (11/10/2025).
Kompetisi internasional tersebut, yang berlangsung pada 2 Agustus hingga 11 Oktober, 2025, di Universitas Diponegoro, Semarang, dengan tema besar “Accelerating the Transition to a Carbon-Free Industry for a Sustainable Future”.
Mengubah Limbah Menjadi Energi Bernilai Tinggi
Dalam kompetisi tersebut, Tim Agrinuva yang dibimbing oleh Dr. Meiti Pratiwi, S.T., M.T., mempresentasikan karya inovatif pada subtema “Waste to Energy Conversion”. Gagasan yang berfokus pada konversi limbah minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) menjadi Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF). Inovasi ini mengusulkan metode Hydroprocessed Ester and Fatty Acid (HEFA) Pathway dan NiMo-based Catalytic Cracking untuk memvalorisasi limbah minyak jelantah.
Veronicha, salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa riset ini dilatarbelakangi oleh besarnya potensi limbah minyak jelantah di Indonesia yang belum tergarap secara optimal. Melalui sinergi tim dengan anggota lintas disiplin ilmu baik itu ilmu hayati dan rekayasa proses kimia, inovasi ini berupaya memberikan solusi nyata terhadap permasalahan limbah minyak di Indonesia yang mencapai sekitar 1,2 juta kiloliter per tahun dengan pertumbuhan 2,32% setiap tahunnya.
“Melalui konversi ini, Tim Agrinuva menghadirkan solusi berkelanjutan untuk mengubah limbah yang tadinya mencemari lingkungan menjadi sumber energi nasional yang bernilai guna tinggi,” ujar Veronicha.
Dampak untuk Industri Hijau dan Lingkungan
Inovasi yang dikembangkan ini diharapkan membawa dampak signifikan bagi industri dan masyarakat. Pengolahan minyak jelantah menjadi SAF tidak berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon serta mendukung transisi energi hijau.

Tim Agrinuva saat sesi presentasi pada gelaran CERCo 2025.
Tim Agrinuva menekankan bahwa pengolahan minyak jelantah melalui jalur HEFA (Hydroprocessed Esters and Fatty Acids) dan katalitik cracking berbasis NiMo dapat menurunkan emisi karbon hingga 80 persen dibandingkan bahan bakar fosil konvensional. Selain itu, pendekatan ini berpotensi mencegah pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah minyak serta dapat mengakselerasi upaya pencapaian target nasional menuju net-zero emission, terutama di sektor penerbangan.
Bagi Hanif dan rekan-rekannya, capaian ini bukan hanya kemenangan dalam kompetisi, tetapi juga langkah awal untuk memperluas kontribusi mahasiswa ITB dalam riset energi terbarukan dan teknologi hijau.
Sebagai tindak lanjut, Tim Agrinuva berkomitmen untuk terus memperdalam riset dan inovasi di bidang energi berkelanjutan. “Sangat bersyukur dapat merasakan pengalaman pertama menang kompetisi berskala internasional,” tambah Veronicha.
Prestasi ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi dan berkontribusi nyata dalam pengembangan solusi energi bersih demi mewujudkan lingkungan dan industri Indonesia yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Kontributor: Salma Sadiah (Bioteknologi, 2024)
Editor: JM