Konferensi Kopi: Dari Jawa Barat untuk Dunia
Penulis : Dikdik Permadi
BANDUNG, SITH.ITB.AC.ID – Dalam mendukung wacana besar kolaborasi dan inovasi dalam mengembangkan kopi, sebagai salah satu produk unggulan Jawa Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung tengah menyelenggarakan Konferensi Kopi dari Jabar untuk Dunia pada 18-19 November 2019 yang berlokasi di Aula Barat Gedung Sate dan Auditorium IPTEKS Institut Teknologi Bandung. Konferensi ini bertujuan untuk menciptakan sebuah forum ilmiah dan koordinasi hulu-hilir, membicarakan semua kompleksitas pengembangan kopi yang tengah dihadapi bersama untuk dijadikan rekomendasi pembuat kebijakan di masa yang akan datang.
Hari Pertama: Melihat Kopi di Masa Depan
Acara ini dibuka oleh Asisten Administrasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat sekaligus Plt Kepala BP2D Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Dudi Sudrajat Abdurachim M.T., mewakili Gubernur Jawa Barat. Selain itu, Dr. Angga Dwiartama (SITH ITB) bertindak sebagai Ketua Pelaksana juga memberikan sambutan. Acara ini mendatangkan berbagai pembicara dari berbagai kalangan, mulai dari petani, pelaku usaha dan industri kopi, praktisi, pemerintah, penyusun kebijakan, asosiasi, lembaga penelitian, dan universitas. Selain itu, acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai stakeholders yang terlibat dalam pengembangan kopi di Jawa Barat, termasuk melibatkan masyarakat umum.
Sesi pertama diskusi bertajuk Tren Masa Depan di Indonesia, menghadirkan dua pembicara yaitu Dr. Anton Apriyantono (Ketua Dewan Kopi Indonesia, Menteri Pertanian RI 2004-2009) dan Ir. Hendy Jatnika, MM (Plt Kepala Dinas Perkebunan Prov. Jawa Barat). Diskusi ini dipandu oleh Dr. Angga Dwiartama (SITH ITB). Dalam diskusi ini dikupas bagaimana perkembangan industri kopi di Indonesia di dalam negeri maupun luar negeri serta bagaimana Jawa Barat memposisikan diri dalam kondisi tersebut. Terdapat dua poin kunci dari diskusi, yaitu: peluang Indonesia untuk melakukan ekspor ke emerging markets; serta pengembangan pasar domestik melalui kedai kopi, produk jadi, dan industri pangan.
Sesi kedua diskusi menghadirkan Prof. Dr. Pingkan Aditiawati (SITH ITB) dan Ucu Sumirat, SP., MM (Puslitkoka Jember) dengan mangusung topik Meningkatkan Kualitas Kopi Jawa Barat. Diskusi ini dipandu oleh Intan Taufik, M.Si (SITH ITB), mengupas bagaimana teknologi on-farm dan cita rasa (processing) berkembang begitu pesat dalam meningkatkan kualitas kopi di Jawa Barat. “Kualitas kopi Jawa Barat sudah baik sebetulnya, tetapi tidak merata dan konsisten”, tegas Pak Ucu.
Sektor hilir dikupas mendalam pada sesi ketiga, dengan topik Membangun Industrial Linkage untuk Kopi Jawa Barat. Diskusi ini dipandu oleh Dikdik Permadi M.Si (peneliti kopi, alumni SITH ITB) mendatangkan Daroe Handojo (General Manager Kopi Business Paberik Kopi Upnormal) dan Mia Laksmi Handayani (R-Grader 5758 Coffee Lab). Industrial Linkage, atau keterhubungan lintas sektor industri menjadi penting dikonsiderasi dalam membangun rantai nilai kopi yang berkelanjutan dari berbagai dimensi. Selain itu, perkembangan pasar modern menghasilkan keterhubungan kopi dengan industri kreatif yang begitu kuat. Peluang dari kopi robusta, yang saat ini seringkali dinomorduakan, juga penting untuk dilihat lebih jauh di masa depan.
Hari pertama ditutup oleh diskusi seru tentang isu yang sedang hype yaitu industri 4.0. Diskusi ini dipandu oleh Andi Yuwono (5758 Coffee Lab) dengan topik Industri Kopi 4.0: Digital Traceability. Mendatangkan SEEDS Indonesia, salah satu start-up yang bermain di digitalisasi rantai produksi, diskusi ini menyuguhkan pembahasan tentang sejauh mana transparansi perlu dibuat, serta penggunaan teknologi blockchain sebagai salah satu pendekatan untuk menciptakan tata kelola rantai nilai yang lebih berkeadilan.
Hari Kedua: Refleksi Bersama
Acara hari kedua dilaksanakan di Auditorium IPTEKS ITB. Diskusi di sesi pertama mengambil topik Kopi dan Identitas Jawa Barat, mendatangkan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Java Preanger (MPIG KAJP) yang diwakili oleh Dr. A. Imron Rosadi, MS. serta Asep Tarhono (Owner Siki Coffee Bandung). Sesi yang dipandu oleh Dr. Dadan Wardhana (BAPPEDA Kab. Bandung) ini merefleksi kembali bagaimana seharusnya Indikasi Geografis berperan sebagai upaya perlindungan hak kekayaan intelektual yang melindungi para petani dalam harga dan kualitas. Selain itu, sesi ini mengupas bagaimana identitas dapat dijadikan dalam strategi branding produk di pasar.
Sesi kedua mengambil topik reflektif yang lebih mendalam, yaitu bagaimana Meningkatkan Kesejahteraan Petani Kopi di Jawa Barat. Sesi ini dipandu oleh Dr. Angga Dwiartama (SITH ITB), mendatangkan pembicara seperti Asep Kurnia (APEKI Jawa Barat), Erwin Novianto (Fairtrade Network of Asia Pacific), dan Dr. Jeffrey Neilson (University of Sydney). Hal-hal yang disoroti dari diskusi lintas perspektif ini adalah produktivitas yang sebagai isu utama di kalangan petani, lemahnya arah pengembangan koperasi dan kelompok tani sebagai entitas bisnis, serta realitas sumber penghidupan petani yang membutuhkan sumber lain selain kopi.
Konferensi ini akhirnya ditutup dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh Dr. Angga Dwiartama (SITH ITB), melibatkan seluruh peserta yang masih hadir. Diskusi terbuka ini menjadi muara pembahasan-pembahasan dari hari pertama dan kedua. Diskusi ini menitikberatkan pembahasannya pada tiga hal: 1) Program pemerintah yang mana yang sudah mendukung dan menghambat arah pengembangan kopi; 2) Aksi seperti apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah sebagai regulator arah pengembangan kopi; serta 3) Hal kecil apa yang paling realistis yang bisa dilakukan mulai hari ini.
Luaran yang diharapkan dari kegiatan Konferensi ini adalah terbentuknya sebuah white paper yang nantinya dapat dijadikan media penyaluran aspirasi berbagai pemangku kepentingan dalam industri kopi di seluruh rantai nilainya. White paper ini diharaplan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu pedoman untuk membuat kebijakan arah pengembangan kopi di Jawa Barat.