Sistem Imun dan Pengembangan Vaksin Melawan SARS-CoV-2
WEBINAR. SITH.ITB.AC.ID – Mekanisme dalam sistem pertahanan tubuh digunakan untuk membangun metode pembuatan terapi maupun vaksin untuk virus penyebab COVID-19. Pernyataan itu diungkapkan oleh Dr.rer.nat. Marselina Irasonia Tan, dosen Kelompok Keilmuan Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika SITH-ITB, pada Virtual Public Lecture Series Jilid 5. Webinar ini dilaksanakan pada Kamis, 25 Juni 2020 pukul 13.00-15.00 WIB via Zoom dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube SITH ITB Official. Kali ini, webinar diisi oleh Wardono Niloperbowo, Ph.D. sebagai moderator dan Dr.rer.nat Marselina Irasonia Tan sebagai pembicara yang membahas sistem imun dan pengembangan vaksin melawan SARS-CoV-2. Webinar ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta yang berasal dari berbagai kota seluruh Indonesia, seperti Bandung, Padang, Jabodetabek, Surabaya. Sesi tanya-jawab berlangsung sangat menarik dengan total pertanyaan terkumpul ialah lebih dari 15 buah dari seluruh peserta yang ditanggapi oleh pembicara dan beberapa tambahan tanggapan dari moderator.
Sistem imun adalah suatu sistem yang didukung terutama oleh sekelompok sel dan protein untuk melindungi tubuh dari serangan (infeksi) patogen yang mencoba masuk ke dalam tubuh, yang pada manusia, terdiri atas tiga level. Level pertama pertahanan tubuh adalah penghalang permukaan, termasuk penghalang mekanis/fisik (gerakan udara, ikatan antarsel, dsb.), kimiawi (enzim, tingkat keasaman, dsb.), serta biologis (lapisan kulit, mikrobiota, dsb.). Pertahanan level kedua adalah imunitas bawaan yang tidak memiliki memori, namun bisa dilatih. Lain halnya dengan pertahanan level pertama dan kedua, pertahanan level ketiga, yakni imunitas adaptif, bersifat spesifik serta memiliki memori sepanjang masa.
SARS-CoV-2 menyerang tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Jika terjadi kerusakan saluran pernafasan, maka konsentrasi mucus di lapisan permukaan akan lebih kental sehingga gerakan silia terganggu dan akhirnya mekanisme menghalau patogen juga terganggu. Jika virus berhasil menerobos pertahanan level pertama, sel-sel yang berpatroli, seperti sel makrofag, sel dendritik, eosinofil, basofil, sel T, NK (Natural Killer), dan protein sitokin akan membantu. Ketika masuk ke pertahanan level ketiga, sel T penolong (CD4) akan mengaktifkan sel B yang menghasilkan antibodi dan sel T sitotoksik (CD8) yang membantu membunuh sel yang terinfeksi. Selain mengaktifkan sel B, sel T penolong (CD4) juga membentuk sel memori sitotoksik yang merupakan mekanisme kunci pengembangan vaksin.
Dengan diketahuinya respons imun akibat infeksi virus SARS-CoV-2, terdapat hal-hal yang dapat dilakukan, antara lain melakukan training respons imun, membuat terapi, serta mengembangkan vaksin. Contoh training respons imun adalah dengan vaksinasi BCG. Beberapa obat yang berupa antibodi bagi pasien COVID-19 beraksi untuk mencegah badai sitokin yang dapat mengakibatkan edema (pembengkakan) pada paru-paru.
Sebagai bagian dari pengembangan vaksin, tahapan pengujian kandidat vaksin terdiri atas uji pra-klinis dan uji klinis (tiga fase), yang dari awal hingga siap diedarkan bisa memakan waktu tahunan. Selain itu, ada banyak jenis vaksin yang dikembangkan, antara lain berupa virus yang diinaktifkan, virus yang dilemahkan, replicating viral vector, non-replicating viral vector, vaksin DNA, vaksin RNA, subunit protein, dan partikel seperti virus (virus-like particles). Berita baiknya adalah beberapa kandidat vaksin yang dikembangkan oleh beberapa institusi dan perusahaan bioteknologi, antara lain Beijing Institute of Biotechnology, Sinopharm dengan Wuhan Institute of Biological Products dan Beijing Institute of Biological Products, serta Sinovac Biotech dari Cina, Inovio, Moderna, dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) dari Amerika Serikat, serta Universitas Oxford dari Inggris, sudah masuk tahap evaluasi klinis. Sementara itu, ratusan vaksin lainnya sudah terdaftar evaluasi pra-klinis.
“Dalam proses pengembangan vaksin, ada banyak tahap yang harus dilewati. Saat ini, beberapa jenis kandidat vaksin yang dikembangkan untuk manajemen COVID-19 sudah masuk ke tahap uji klinis fase ketiga”, tutur Dr.rer.nat. Marselina Irasonia Tan.
Mekanisme dalam sistem pertahanan atau respons imun akibat infeksi virus SARS-CoV-2 penting digali demi pengembangan vaksin maupun terapi.