Enter your keyword

Pengabdian di Desa Rancakalong, Tim Dosen SITH ITB Kenalkan Makanan Fermentasi Sebagai Solusi Atasi Masalah Stunting di Jawa Barat

Pengabdian di Desa Rancakalong, Tim Dosen SITH ITB Kenalkan Makanan Fermentasi Sebagai Solusi Atasi Masalah Stunting di Jawa Barat

 

Pengabdian masyarakat dari Tim Dosen SITH ITB mengenai masalah stunting pada ibu hamil dan menyusui di Desa Rancakalong.

BANDUNG, itb.ac.id- Tim dosen dari Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba asal Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan pendidikan dan pelatihan penanganan isu masalah stunting pada ibu hamil dan menyusui di Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat pada Kamis, (21/06/2023).

Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian yang dilakukan ITB dalam mengatasi permasalahan yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. Adapun tema yang dibawakan acara ini adalah ”Peningkatan Kualitas Sumber Daya Pangan Lokal dengan Fermentasi untuk Pencegahan Stunting dan Peningkatan Ketahanan Pangan (untuk ibu hamil dan menyusui)”.

Ketua Kelompok Keilmuan Bioteknologi Mikroba, Prof. Dr. Pingkan Aditiawati, M.S., menjelaskan bahwa tujuannya dan tim memilih tema stunting yang dikaitkan dengan fermentasi adalah untuk membuat masyarakat sadar bahwa isu penanganan stunting itu tidak hanya bisa diatasi dengan satu solusi saja yang saat ini umum dilakukan, seperti misalnya konsumsi telur.

“Fokus pengabdian ini sebenarnya agak berbeda dengan yang lain. Sebagai contoh, di Jawa Timur, solusi masalah stunting itu dilakukan dengan mengeluarkan dana sekitar 10 miliar untuk distribusi telur kepada masyarakat. Padahal, perlu diketahui solusi masalah ini bukan hanya itu saja. Dari riset penelitian 10 tahun terakhir, kami menemukan bahwa stunting itu erat kaitannya dengan mikroba-mikroba yang ada di dalam tubuh manusia ketika bayi baru dilahirkan,” jelas Prof. Pingkan.

Lebih lanjut, Prof. Pingkan menyampaikan, bayi-bayi yang lahir dari seorang ibu yang teratur mengkonsumsi makanan fermentasi akan memiliki peluang yang kecil untuk terdampak masalah stunting. Hal ini dapat terjadi karena makanan fermentasi yang dikonsumsi itu bisa membantu pertumbuhan mikroba baik dalam sistem pencernaan bayi sehingga akan sangat membantu perkembangan mereka pada proses penyerapan nutrisi ketika mulai tumbuh dan berkembang.

Uniknya, Guru Besar SITH ini menegaskan bahwa karena makanan fermentasi ini identik dengan makanan tradisional di Jawa Barat, seharusnya masyarakat Jawa Barat itu terhindar dari masalah stunting.

”Sebenarnya, makanan tradisional itu sangat mendukung pertumbuhan mikroba yang ada. Jadi, harusnya masyarakat Jawa Barat yang identik penghasil makanan ini harusnya tidak terkena masalah ini. Namun, karena penduduk sekarang itu banyaknya memakan makanan yang modern dan lupa dengan makanan tradisional, maka isu stunting ini mulai menjadi marak terjadi,” jelas Prof. Pingkan.

Kemudian, dalam melakukan pengabdian ini, Tim Dosen dari SITH ini menilai bahwa penanaman pemahaman isu stunting ini tidak akan efektif jika hanya diberikan dalam pemberian materi saja. Oleh karena itu, dalam rangkaian acaranya, mereka menambahkan unsur-unsur yang lebih dekat dengan masyarakat di sana khususnya di kalangan ibu-ibu, yaitu mengadakan lomba masak. Tentunya hal ini disambut baik oleh masyarakat di sana.

”Menurut saya, acara ini sangat baik karena bisa menambah wawasan ibu-ibu perihal makanan-makanan yang bisa membantu atasi masalah stunting di masyarakat. Selain itu, kami juga bisa lebih berkreasi dengan makanan di lingkungan sekitar,” ucap salah satu warga Desa Rancakalong, Yuyum.

Sementara itu, Dekan SITH ITB, Prof. Endah Sulistyawati, S.Si., Ph.D., menyampaikan apresiasinya bahwa acara ini bisa lebih dikembangkan untuk adanya peluang kerja sama dari pihak lain. ”Kami ingin kalau kami sudah di sini, kami itu tidak hanya berdiri sendiri, tetapi juga bisa membuka peluang dari instansi lain. Pengolahan makanan dengan fermentasi ini mengubah cita rasa. Oleh karena itu, saya harap ke depannya ini bisa juga jadi usaha sehingga cita rasa Rancakalong bisa dicoba oleh masyarakat luar juga,” pungkas Prof. Endah.

Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)

(Sumber : www.itb.ac.id)

X