Enter your keyword

“Tim Copernocus Raih Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah GeoGIS Challenge 2025”

“Tim Copernocus Raih Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah GeoGIS Challenge 2025”

Yogyakarta, sith.itb.ac.id – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Program Studi Rekayasa Kehutanan. Tim Copernocus yang beranggotakan Hovan Windraya Pasero (NIM 11522055), Asma Syahidah Wigati (NIM 11522001), dan Zakia Dinda Chaerunnisa (NIM 11522039)  berhasil meraih Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dalam ajang GeoGIS Challenge 2025, kompetisi nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Tim Copernocus Rekayasa Kehutanan SITH ITB meraih Juara 1 GeoGIS Challenge 2025 di Fakultas Geografi UGM

GeoGIS Challenge 2025 merupakan kompetisi karya tulis ilmiah geospasial bertema “Writing Earth’s Spatial Story for Sustainable Development: Peran Remote Sensing dan Data Geospasial dalam SDGs. Ajang ini menantang mahasiswa untuk merangkai narasi ilmiah berbasis data spasial, visualisasi peta, dan pendekatan literasi ilmiah guna menyuarakan solusi dan inovasi bagi pembangunan berkelanjutan.

“Lomba ini menarik karena sejalan dengan minat kami pada geospasial berbasis lingkungan. Salah satu subtema yang dilombakan adalah Penginderaan Jauh Terapan Sumberdaya dan Lingkungan dan itu sangat relevan dengan bidang yang kami tekuni,” ungkap Asma.

Dalam kompetisi ini, Tim Copernocus mengangkat karya berjudul “Pemanfaatan Analisis NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) untuk Evaluasi Keberhasilan Reklamasi dan Estimasi Simpanan Karbon pada Lahan Pasca tambang.” Melalui penelitian tersebut, mereka memanfaatkan teknologi pengindraan jauh menggunakan citra satelit Sentinel-2 untuk menghitung indeks vegetasi (NDVI), mengevaluasi keberhasilan reklamasi lahan pasca tambang, dan mengestimasi simpanan karbon sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.

“Kami memilih topik ini karena dampak degradasi lahan pasca tambang sangat signifikan, sementara metode penilaian reklamasi yang ada masih terbatas. NDVI dapat menjadi indikator kuantitatif dengan cakupan luas,” jelas Hovan.

Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah membagi waktu antara kesibukan akademik dan aktivitas organisasi. Namun, dengan komitmen dan kerja sama yang solid, karya tersebut berhasil membawa mereka meraih prestasi tertinggi.

“Peran keilmuan yang kami pelajari di kampus sangat penting. Kami menerapkan teknik pengindraan jauh, analisis NDVI, dan pendekatan spasial multi-temporal yang kami pelajari selama kuliah,” ujar Zakia Dinda Chaerunnisa.

Meski belum berencana mengembangkan karya ini lebih lanjut, Tim Copernocus berharap pencapaian ini dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk aktif berkompetisi dan mengembangkan keilmuan geospasial di Indonesia. “Tetap semangat dan manfaatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah nyata. Pilih topik yang relevan dan berikan kontribusi melalui riset kalian,” pesan mereka.

Ajang ini sekaligus menunjukkan peran penting perguruan tinggi, khususnya Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, dalam mendukung pengembangan teknologi geospasial melalui pengajaran dan riset yang aplikatif.

Kontributor: Trinitaty Bulan M Hutabarat, Biomanajemen (21325017)
Editor: I Dewa M. Kresna

X